Featured Post

Misteri Asal-Usul Suku Karo: Antara Jejak Gayo-Alas dan Dualisme Konsep 'Batak'

Gambar
  Oleh Analgin Ginting 1. Pengantar Perdebatan istilah *Batak* telah melahirkan dua arus besar dalam kajian antropologi dan sejarah etnis Sumatra Utara.  Pandangan pertama — diwakili oleh Prof. Payung Bangun — menyatakan bahwa Batak adalah satu rumpun besar dengan enam puak: Karo, Pakpak/Dairi, Simalungun, Toba, Angkola, dan Mandailing. Pandangan ini mengakui adanya kesamaan bahasa, adat, dan sistem sosial yang mengikat keenam puak tersebut sebagai satu kesatuan genealogis dan kultural.  Pandangan kedua — diwakili oleh Prof. Eron Damanik — menegaskan bahwa istilah *Batak* bukanlah endonim (sebutan dari dalam), melainkan *exonym* (sebutan dari luar) yang diberikan oleh suku Melayu pesisir terhadap masyarakat pegunungan yang masih memegang kepercayaan animistik (pagan). Pandangan ini kemudian diperkuat oleh kolonial Belanda yang memakai label *Batak* sebagai kategori administratif dan etnografis untuk mengatur penduduk pedalaman Sumatra. (Perret, 2010). Artikel ini menganal...

Tiga Orang Karo Bergelar PhD Menetap Di Luar Negeri

Pernah mencuat beberapa waktu yang lalu bahwa  Suku Karo mempunyai jumlah sarjana paling banyak dibandingkan dengan suku suku yang lain di seluruh Nusantara.  Prosentase jumlah  orang yang menjadi Sarjana dari jumlah populasi Suku Karo di seluruh Indonesia bahkan di dunia, dianggap paling banyak.  Bahkan ada sebuah buku yang berisi nama nama orang Karo yang bergelar Sarjana.


Apakah hal ini benar, tentu perlu dilakukan penelitian yang lebih banyak serta lebih ilmiah.  Namun demikian salah satu kesimpulan umum yang bisa ditarik adalah  bahwa memang Suku Karo yang terpelajar dan bergelar Sarjana sungguh sangat banyak.

Hal ini berkaitan dengan  paradigma Orang Karo yang menganggap menyekolahkan anak sampai minimal sarjana adalah investasi yang paling utama.  Anak yang bergelar sarjana dianggap sebuah kemegahan dan juga investasi bagi orang Orang Karo.  Jadi tidak heran kalau sampai pada tahun 80 an, atau  bahkan sampai akhir tahun 90 an masih banyak orang tua yang rela mejual  assetnya untuk menyekolahkan anaknya.

Apakah fenomena ini sampai sekarang masih terjadi tentu juga memerlukan penelitian.  Sebab ada kesan bahwa semangat untuk menyekolahkan anak sampai minimal Sarjana (S1) mengalami penurunan.

Sebenarnya prestasi pendidikan bagi Orang Karo tidaklah hanya sampai S1.  Anak anak muda Karo yang bergelar S2 (Master atau Magister)  sungguh tidak tanggung banyaknya saat ini.  Lalu yang bergelar S3 (Doktor atau PhD) pun demikian juga.  Bahkan yang berhasil menjadi  gelar Guru Besar, Professor pun sudah mulai banyak.  Di IPB, Undip, UI, USU, UGM dan LIPI adalah tempat guru guru besar dari Suku Karo  bekerja untuk mengkontribusikan  ilmu dan pengetahunan yang dia miliki.

Tidak ketinggalan pula, beberapa Suku Karo bergelar PhD menetap diluar negeri tempat mereka menjalankan  karier dan hidupnya.  Saya mengenal  3 orang yang bergelar PhD yang saat ini menetap diluar negeri.

Yang pertama adalah Daniel Ginting PhD saat ini  tinggal dan bekerja di Nebraska Amerika Serikat.  Dia bergelar PhD dalam bidang Soil Science dan Hydrologist.  Menikah dengan seorang wanita keturunan Afrika berkebangsaan Amerika Serikat dan sudah dikaruniai anak 3 orang.  Gelar S1 nya dari Institut Pertanian Bogor.



Yang kedua adalah Victor  E  Ginting, PhD, mengajar di Departemen Matematika Universitas Wyoming USA.  Lulusan S1 dari ITB menikah dengan Beru Sinulingga, dan sudah lebih 10 tahun tinggal dan bekerja disana.  Aktif menulis dan melakukan penelitian.


Yang ketiga adalah Malem Kerina br Perangin angin.  Berubah nama menjadi Malem McLeod karena menikah dengan Mr Mcleod berkebangsaan Australia.  Malem adalah seorang Doktor Ilmu pertanian, khususnya konservasi lahan pertanian yang aktif melakukan pembangunan pertanian di Aceh pasca tsunami.  Lulus S1 dari Institut Pertanian Bogor dan sekelas dengan Daniel Ginting dan penulis sendiri.  Sekarang tinggal menetap dan menjadi warga negara Australia.


 
Keberhasilan mereka bertiga tentu saja menambah  kebanggaan kita sebagai Suku Karo yang sangat pro terhadap pendidikan.  Juga keberhasilan mereka bertiga adalah bukti bahwa Suku Karo adalah pemikir  kelas dunia yang mampu bersaing di belahan dunia manapun di planet ini.    Jumlah orang Karo yang tinggal dan menetap dan menjadi warga negara lain pun saya yakin alangkah banyaknya.  Jika teman teman pembaca blog saya ini mempunyai info tolong disampaikan melalui kolom komentar atau email kepada saya.  Supaya kita tetap bisa menyatukan  anak anak merga silima yang terkenal sangat hebat dan simbisa. 


Tentu info ini dapat juga membangun kebanggaan serta inspirasi bagi anak anak sekolah kita dari suku Karo, sehingga memberanikan mereka untuk meraih gelar setinggi tingginya ke dunia manapun.  Terima kasih.  Mejuah juah. Analgin Ginting.

Komentar

Anonim mengatakan…
Ada yang saya orang karo gelar Phd.dan tinggal di LN yaitu Julio Perkas Ginting Manik, putra dari Andar Manik (Alm) ahli metalurgi UI
Analgin Ginting mengatakan…
Oo, terima kasih atas infonya. Kita akan telusuri. Kalau kam punya data tambahan tolong share ya. Tks

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025