Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 29 September – 5 Oktober 2024

Gambar
    1 Timotius 6 : 6 – 10 Thema :  Cukup Erkiteken Kai Si Lit 1 Timotius 6:10-16 (KARO)  Sabap merangap nandangi duit e me sumbul kerina kejahaten. Nggo lit piga-piga kalak si merangap nandangi duit lanai tetap i bas kiniteken janah gulut ukurna ibahan erbage-bage kecedan ate. Tapi kam, o suruh-suruhen Dibata, tadingkenlah si enda ndai kerina. Usahakenlah ndalanken si ngena ate Dibata, tutus ersembah man BaNa, tetap ernalem ku Ia, cidahken keleng atendu, megenggeng dingen lemah lembut! Erlumbalah asa gegehndu i bas perlumban kiniteken, guna ndatken kegeluhen si tuhu-tuhu man gunandu. Sabap guna kegeluhen si e me maka ipilih Dibata kam asum iakukenndu kinitekenndu i lebe-lebe nterem saksi. I lebe-lebe Dibata, si mereken kegeluhen man si nasa lit bage pe i lebe-lebe Kristus Jesus, si erbahan pengakun si tuhu-tuhu i lebe-lebe Pontius Pilatus, kukataken man bandu gelah ikutkenlah pedah-pedah e dingen jagalah gelah tetap bersih dingen la ceda, seh ku warina Tuhanta Jesus Kristus

Ahmad Fathanah Memunculkan Implikasi Macam Macam

Bayangkanlah kenikmatan seperti apa yang sedang dirasakan oleh Ahmad Fathanah menjelang dia ditangkap KPK.  Berada di dalam hotel mewah berbintang 4 di bilangan paling bergengsi di Jakarta.  Ditemani oleh seorang wanita muda, sexy, cantik yang mau diperlakukan apa saja.  Disekitar dia ada uang tunai sebanyak Rp 1 Milyard rupiah.  Dan mungkin saja sebelumnya atau beberapa saat lagi mereka menikmati makanan dari restoran berbintang.  Panya networking atau jaringan dengan petinggi negara.  Dan kalau mulus dan tidak tertangkap pada pemilu nanti tahun 2014 bisa saja menduduki salah satu posisi strategis.  Pertanyaannya, ada lagikah kemewahan hedonisme yang lebih tinggi dari itu?


Namun semuanya tiba tiba blur.....Ibarat sebuah bom yang meledak tiba tiba di dekatnya. Glegarrrr....Semuanya habis dan luluh lantak seketika.  Sekarang jadi pesakitan.   Inilah Jakarta.  Semua terjadi di jakarta.  Lenggak lenggok Jakarta kata Andi Merriam Matalatta, bagaikan pinggul gadis remaja. (masih remajalah kalu masih berusia 19 tahun, dengan tubuh padat dan rok mini ketat terangkat angkat)


Jakarta memang menawarkan segalanya.  Segala kepuasan yang diinginkan insan manusia ada di Jakarta.  Bentuknya segala macam rupapun  ada.  Mulai dari penderitaan yang amat mengerikan sampai kepada  pemuasaan terhadap kenikmatan  mencair basah basah segalanya  ada (seorang teman yang ahli dalam bidang Neuro Language Programing  mengatakan kenikmatan tertinggi yang bisa dirasakan panca indra manusia dicirikan dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh).


Jakarta adalah simbol dari segala kemajuan berfikir dan kenikmatan merasa yang bisa diraih oleh manusia. Pemikiran yang bagaimana liarnyapun, serta perasaan  yang bagaimana sensasinya pun bisa ditemukan di Jakarta.  Jangankan Surga dunia, neraka duniapun ada di jakarta tambahan lagu Andi Merriam Matallata.  Lenggang lenggok Jakarta, Jadi simbol maju usaha, Tak kurang banyak juga yang kecewa,  Akhirnya cuma buang waktu saja


Dari sisi yang lain, Jakarta adalah pusat kekuatan supranatural  yang menawarkan kepada manusia tiga macam maksiat.  Korupsi/judi, perjinahan dan narkoba.  Adalah seorang dukun santet yang sudah berbalik menjadi pendeta, Tony Daud yang mengatakan dalam salah satu buku tulisannya,  bahwa   Penguasa Roh Territorial Jakarta (setan/iblis) mengendalikan kekuasaannya dengan menawarkan ketiga hal itu.


Korupsi, selingkuh dan perjinahan, narkoba adalah alat iblis untuk mengendalikan manusia.  Boleh percaya boleh tidak, namun kejadian dalam satu minggu terakhir ini di Jakarta  penuh dengan peristiwa yang berkiatan dengan hal ini.  Ditanggkapnya Raffi Ahmad dengan teman temannya karena mengkonsumsi narkoba secara rame rame (berjamaah, maaf) lalu dikuti dengan penangkapan Ahmad kedua, yanitu Ahmad Fathanah dalam dekapan gadis remaja dan gelimangan uang Milyaran  Rupiah menegaskan apa yang dikatakan oleh Pendeta Tony Daud.


Sebuah   puisi kehidupan mengatakan,  apalah manusia, dia seperti embun.  Sebentar ada namun sekejap hilang tak berbekas.  Dia seperti daun, yang sebentar hijau menghiasi pohon pohon, namun bila waktunya tiba akan jatuh, kering dan hilang selamanya. 

 Implikasi


Peristiwa penangkapan Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Isaaq melahirkan implikasi yang sangat besar.  Secara politis sudah jelas akan berdampak terhadap meluncurnya keanjlokan elektabilitas PKS pada Pemilu yang akan datang.  Banyak rekan kompasianer yang sudah menuliskannya, salah satu  yang sangat kami kagumi adalah Pak Prayitno Ramelan, yang dengan kepakaran dan kerendah hatiannya sudah menuliskan ulasannya dengan sangat tajam.  Bagi yang belum sempat membacanya, silahkan baca disini. Namun implikasi yang yang lebih menakutkan adalah hilangnya pegangan rakyat pada Partai Politik.


PKS sempat sangat memukau dan melahirkan harapan yang demikian besar kepada Rakyat Indonesia, terutama kelas bawah.  Apa yang ditawarkan oleh PKS direspon dengan sangat antusias bahwa sudah ada partai yang sangat mengerti situasi rakyat.   Rakyat  yang sering digusur, tertindas dan terzolimi.  Kadernya cerdas, muda dan agamis, berani dan berkomitmen tinggi.  Begitulah pandangan rakyat pada saat baru munculnya partai PKS.



Namun sekarang, Presidennya Partainya sendiri yang melakukan tindak pidana suap, yang difasilitasi oleh seorang penikmat mesum mesum. Wah, kepada siapa lagi kita berharap? Benar kepada siapa lagi rakyat berharap?


Saya teringat akan peristiwa pada tahun 1965 ketika hilang pegangan rakyat terhadap partai politik.  Sebab tanpa tahu menahu berduyun duyun rakyat kecil dibantai di negeri ini hanya karena simpati  kepada Partai Komunis Indonesia.  Rakyat lari kepada organisasi keagamaan mencari perlindungan.  Berduyun duyun manusia di kampung saya di Sumatra Utara masuk ke Gereja minta dibaptis secara massal.  Tidak ada pengajaran apa apa, yang penting datang dan dibaptis.


Tadinya mereka percaya sekali  kepada partai, karena janji janjinya yang dapat menyelesaikan masalah mereka.  Ada sumbangan pupuk, benih, pacul, yang mereka terima.  Tanda terima yang diisi dengan nama dan alamat  selanjutnya dipakai untuk mencari dan menemukan mereka yang akhirnya mengalami pembantaian yang sangat sadis dan mengerikan.


Setelah itu okelah masih ada satu harapan yaitu organisasi keagamaan.  Namun jika organisasi keagamaan pun ternyata sama saja kemana lagi rakyat meletakkan pegangannya?   PKS adalah partai yang berbasis agama, tentu banyak sekali rakyat yang shock mendengar peristiwa penangkapan kader terhormatnya ini.

Resolusi

Suara rakyat itu diam.  Ketidaksetujuan mereka tidak laku dilontarkan di televisi, surat kabar apalagi infotaiment.  Namun hati mereka bergejolak.  Jadi harus dimengerti bahwa dalam peristiwa suap (dan jinah) yang dialami oleh Partai yang pernah sangat menjanjikan ini rakyat merasa tertipu.  Rakyat merasa diperbodoh, rakyat merasa hanya dijadikan pelengkap penderita dalam segala program, visi dan misi partai politik.  Oleh sebab itu harus ada upaya untuk mengobati kekecewaan  hati mereka. Lakukan lah resolusi.


Dibutuhkan secara mendesak tokoh tokoh seperti Jokowi dan Ahok  yang mau mendekati, memahami dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah rakyat secara tulus dan bekerja keras.  Melahirkan negarawan seperti Jokowi dan Ahok, Mocahamad Hatta, adalah Pekarjaan Rumah sesungguhnya dari partai partai politik yang ada.


Sepuluh partai politik sudah dipilih untuk membawa perubahan besar di Indonesia. Terus terang belum satu partai pun yang diyakini dan dipercaya mempunyai  komitmen dan kemampuan seperti itu.  Masih ada waktu untuk memilih dan melatih kader yang benar benar pro rakyat.  Jika tidak, rakyat benar benar kehilangan pegangan di Indonesia ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024