Menarik sekali ulasan rekan kompasioner Prayitno
Ramelan tentang keberhasilan ketua majelis tinggi Partai Demokrat
menyelesaikan kemelut di Partai Demokrat. Artikel yang saat ini masih
menjadi Head Line di Kompasina di buka dengan kalimat
“Kemelut di
internal Partai Demokrat telah diselesaikan oleh Pak SBY dengan cantik
dan halus tanpa adanya pemberontakan frontal saat Rapimnas di Hotel
Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (17/2)”. Keberhasilan ini sekaligus menegaskan bahwa SBY adalan seorang politikus handal di jagad perpolitikan nasional.
Tidak terlalu berlebihanlah untuk mengatakan bahwa SBY seorang politikus
handal kalau melihat kembali kiprahnya dalam arena perpolitikan
nasional. Dan menurut pendapat penulis keberhasilan di Hotel Sahid pada
minggu kemarin adalah keberhasilan yang ketiga yang ditorehkan oleh
SBY dalam keterlibatannya dalam perjalanan karier politiknya di tanah
air.
Keberhasilan politik SBY yang pertama adalah keputusannya untuk keluar
dari kabinet gotong royong Presiden Megawati Soekarno Putri pada tahun
2004. Keberanian dia untuk mundur dari jabatan Menko Polkam saat itu,
sekaligus kemampuan dia untuk melakukan pencitraan sehingga timbul
kesan seolah dia terzolimi. Mampu berperan dengan baik serta
mengedepankan
etika politik,
akhirnya melambungkan dirinya menjadi orang no 1 di Republik Indonesia,
menjadi Presiden. Ini adalah keberhasilan politik yang sangat
significant dalam perjalanan selanjutnya Susilo Bambang Yudhoyono.
Menjadi presiden dari tahun 2004 sd 2009 berpasangan dengan rekan
menterinya Jusuf Kalla sebagai wakil presiden yang pada kabinet Gotong
Royong juga menjabat sebagai Menko Kesra. Selama 5 tahun itu kiprah
Jusuf Kalla sebagai wakil presiden menurut banyak pengamat lebih dinamis
dan taktis dibanding dengan Presiden SBY sendiri. Ketika tiba tahun
2009, dimana banyak pengamat meyakini bahwa pasangan ini tetap akan maju
bersama sama pada Pilpres berikutnya, ternyata SBY dan Jusuf Kalla (JK)
bercerai. Perceraian yang tidak diharapkan banyak orang mengingat
keberhasilan keberhasilan pasangan ini baik secara politik maupun secara
ekonomi.
SBY pada awalnya terkesan masih akan mempertahankan untuk berpasangan
dengan Jusuf Kalla, namun ternyata SBY memilih berpasangan dengan
Budiono yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia. SBY
terpilih menjadi presiden untuk periode kedua dengan pasangan yang baru,
sementara Jusuf Kalla yang maju menantang bekas pasangannya berhasil
dikalahkan. Kepiawaian SBY untuk
menceraikan Jusuf Kalla tanpa munculnya gejolak menurut penulis ini adalah keberhasilan politik yang kedua bagi SBY.
Jadi ketika pada hari minggu kemarin, ketika SBY kembali melakukan
langkah politik yang sangat mulus untuk meredam gejolak di partai
Demokrat dalam upayanya merebut kekuasaan tertinggi dari Anas
Urbaningrum, maka kita hanya bisa menganngguk angguk kepala tanda kagum
sekaligus heran.
Keheranan kita tentu saja berkaitan dengan banyaknya kegagalan SBY dalam
bidang pemerintahan, dalam peranannya sebagai Presiden. Banyak
masalah pembangunan, masalah politik, masalah ekonomi (khususnya
pemerataan), masalah pemberantasan korupsi yang terlihat SBY
menyikapinya serba tanggung dan ragu.
Keberhasilan dia memainkan peranan sebagai politikus khususnya di Partai
Demokrat seolah olah tidak diikuti dengan keberhasilan dia sebagai
pemimpin negara, sebagai Presiden Republik Indonesia. Berlarut
larutnya kasus gereja GKI Yasmin di Bogor adalah salah satu contoh dan
PR Politik SBY yang sampai saat ini masih terkatung katung. Tentu hal
ini membuat banyak pihak heran atau mungkin sangat heran. Secara
politik lokal (dipartai dan ambisi pribadi) SBY sangat berhasil. Namun
ketika dia memerankan peranannya sebagai Presiden, SBY terkesan main
aman.
Berhasil di partai namun namun belum berhasil di tingkat negara sebagai
presiden menurut saya lebih disebabkan karena kesantunan SBY
berpolitik dalam koalisinya. SBY terkesan sangat hati hati dan hormat
memperlakukan koalisi politiknya. Bukan sebagai pertanda bahwa
kapasitas politik dan kepemimpinan SBY hanya cocok untuk tingkat Partai.
Tentu harapan semua penduduk dan Rakyat Indonesia adalah agar
keberhasilan keberhasilan politik SBY yang tercatat minimal sudah tiga
kali dapat dipakai untuk meraih keberhasilan dirinya sebagai Presiden
Republik Indonesia yang usianya hanya sekitar 2 tahun lagi.
Komentar