GBKP Sedang Tidak Baik Baik Saja ?
Resume Pertemuan Pemerhati GBKP
Jumat, 29 Agustus 2025 | Pukul 19.00 – 20.50 WIB | Zoom Meeting
Pertemuan ini dibuka dan ditutup dengan doa.
Daftar Hadir
• Pemerhati Medan: Pdt. Prof. Risna br. Sinulingga, Pdt. Dr. Jadiaman P., Pdt. Dr. Setia Ulina br. Tarigan, Pdt. Berthalina br. Tarigan, M.Th., Pt. Mulia Perangin-angin, Pdt. Firman Ginting, Ev. Jhony Ginting.
• Pemerhati Jakarta: Pt. Em. Harun Tambun, Budianto Surbakti, Pdt. Indah br. Ginting, M.Th., Pt. Em. Analgin Ginting.
Hasil Diskusi dan Pengamatan
1. Pengembangan SDM dan Penempatan Pelayan
• Hingga saat ini belum terlihat strategi pengembangan SDM yang jelas dan berkelanjutan.
• Penempatan tenaga kerja/pelayan tidak mengikuti panduan yang ada, sehingga terkesan amburadul.
• Bendahara Moderamen seharusnya bersikap kritis dalam pembayaran gaji, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki job description yang jelas.
• Penempatan tenaga pembantu Moderamen dilakukan tanpa fit and proper test, padahal pada periode sebelumnya hal ini selalu dilaksanakan.
2. Penempatan Pendeta
• Penempatan pendeta pada biro-biro pelayanan tidak mempertimbangkan kondisi keuangan dan kebutuhan klasis, misalnya klasis Lau Baleng yang kekurangan pendeta.
• Di sisi lain, biro moderamen justru berlebihan jumlahnya: contoh, di Biro Hukum ada 2 pendeta, sementara di Biro Litbang ada 3 pendeta yang kurang memahami penelitian.
3. Anggaran dan Keuangan
• Laporan 2024 menunjukkan 80% anggaran habis untuk gaji personalia, sedangkan 21% sisanya untuk belanja klasis. Dengan demikian, terjadi defisit 1% pada tahun tersebut.
• Situasi diperkirakan semakin memburuk karena belum ada program terobosan dari Moderamen atau Bendahara Umum.
• Anggaran untuk studi peningkatan kualitas pendeta tidak tersedia, kecuali ada inovasi baru dalam program keuangan.
4. Evaluasi Kinerja
• Tidak ada evaluasi kinerja pendeta, sehingga sulit menilai siapa yang berprestasi dan siapa yang berkinerja rendah.
• Beberapa pendeta senior seperti Pdt. Tony Chlaber, Pdt. Rudi, dan Pdt. Dewi belum jelas arah penyelesaiannya.
5. Kepatuhan pada Tata Gereja
Moderamen tidak konsisten dengan Tata Gereja, khususnya terkait:
o Perampingan pengurus moderamen dari 9 menjadi 7 orang, yang seharusnya membuat kerja lebih efektif dan efisien. Faktanya, pola lama masih berlangsung.
6. Program Keuangan dan Diakonia
• Belum ada gagasan baru dalam bidang keuangan. Bahkan Moderamen terkesan hanya meniru pola gereja lain (misalnya GMI), dengan mengandalkan keuntungan usaha seperti Abdi Karya, bukan dari setoran jemaat yang sudah terbatas.
• Program Diakonia GBKP di tingkat sinodal belum terorganisir secara profesional.
Rekomendasi Pemerhati
Berdasarkan kondisi di atas, para pemerhati merasa perlu untuk kembali terlibat aktif menyampaikan info, serta mendorong moderamen untuk menyadari keadaan serta segera mencari perbaikan, melalui:
1. Pembicaraan hati ke hati dengan para ketua klasis, misalnya saat Sidang SMS.
2. Diskusi dan percakapan terbuka melalui Zoom, podcast, dan sarana komunikasi lainnya, agar jemaat, pemimpin, dan pemerhati bersama-sama dapat mencari solusi.
Komentar