Featured Post

GBKP Menjadi Keluarga Allah yang Diutus untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia bagi Seluruh Ciptaan

Gambar
  (Markus 16:15; 1 Pet 2:9-10) Ceramah utuk Konvent Pendeta GBKP Wilayah 4 (7 Nov.2025) Pdt.Prof.Dr.Risnawaty Sinulingga MT.h Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan untuk kesempatan berharga saat ini dalam menyampaikan ceramah tentang visi baru gereja GBKP. Ceramah ini disampaikan menurut perumusan visi, dianalisa berdasarkan teks acuan (Markus 16:15 dan 1 Petrus 2:9-10), dibandingkan dengan panggilan gereja dalam Tata Gereja GBKP. Rumusan visi dan panggilan GBKP yang sedikit berbeda dengan teks acuan Alkitab, menunjukkan bahwa GBKP memiliki landasan dogmatis yang cukup kuat dalam perumusan vissi ini. Dalam bagian pertama ceramah, akan dipaparkan makna kata-kata dalam visi yaitu “Menjadi Keluarga Allah yang Diutus”, “Untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia” dan “Bagi seluruh Ciptaan”. Penjelasan ini penting bukan saja karena merupakan bagian dari visi GBKP, tetapi karena adanya perbedaan dengan kalimat teks Alkitab (“…beritakanlah Injil kepada segala makhluk…”) dan panggi...

Catatan Tambahan Khotbah 28 September 2025

Thema  : Minggu Pendidikan: Rindu Mendengarkan Hal yang Baru (Mesikel Mbegi-Mbegi Kerna Si Mbaru)

Nas: Kisah Para Rasul 17:16–21


Pengantar

Minggu Pendidikan dalam gereja bukan hanya perayaan formal, melainkan momentum untuk memperbarui kerinduan kita akan Firman Tuhan. Teks Kisah Para Rasul 17 membawa kita ke kota Athena, pusat filsafat dunia, tempat Paulus berdiri di hadapan orang-orang yang “tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru” (ay. 21). Pertemuan ini menggambarkan ketegangan antara budaya yang haus akan kebaruan dengan Injil yang membawa kabar keselamatan kekal.

 


Fakta

1.  Kesedihan Paulus di Athena
Paulus merasakan kesedihan mendalam karena kota itu dipenuhi patung berhala (ay. 16). Kesedihan ini bukan sekadar emosional, melainkan teologis: Allah yang hidup ditukar dengan buatan tangan manusia.

2.  Dialog dan Diskusi
Paulus tidak tinggal diam. Ia berdiskusi di rumah ibadat, di pasar, bahkan dengan filsuf Epikuros dan Stoa. Di sini, Paulus menunjukkan keberanian seorang pelayan Kristus untuk memasuki ruang publik dengan Injil (ay. 17–18).

3.  Sidang Areopagus
Orang-orang Athena membawanya ke Areopagus. Paulus dianggap sebagai pembawa “ajaran baru” (ay. 19–20). Justru dalam forum inilah Injil diberitakan dengan lebih luas.

4.  Kebaruan dan Kerinduan
Orang Athena terkenal suka mendengar hal-hal baru (ay. 21). Namun kebaruan yang mereka cari berbeda dengan kebaruan Injil. Bagi mereka, Yesus dan kebangkitan adalah “perkara aneh”.

 

Arti dan Makna Teologis

1.     Kesedihan Rohani sebagai Buah Iman
Yohanes Calvin dalam Institutes menekankan bahwa hati yang diperbarui Roh Kudus akan merasakan kesedihan mendalam melihat penyembahan berhala karena hanya Allah yang layak dimuliakan (Inst. I.11.1)¹. Paulus menjadi teladan bagaimana iman melahirkan sensitivitas rohani.

2.     Dialog dan Keterbukaan
Calvin menekankan pentingnya docilitas (kerendahan hati untuk belajar). Seorang presbiter atau pelayan Kristus harus siap berdialog, mendengar, dan sekaligus memberi kesaksian. “Kebenaran Allah tidak pernah berkurang nilainya ketika diuji dalam percakapan dengan dunia” (Inst. III.2.15)².

3.     Kesempatan yang Diciptakan Allah
Bagi Calvin, Providentia Dei (pemeliharaan Allah) bekerja melalui peristiwa sehari-hari. Areopagus adalah bukti bahwa Allah sendiri membuka kesempatan bagi Paulus untuk memberitakan Injil. Tidak ada yang kebetulan; semua adalah bagian dari rencana Allah.

4.     Kerinduan Mendengar yang Baru
Calvin menegaskan bahwa kerinduan manusia akan kebaruan adalah tanda dari sensus divinitatis (kesadaran akan keberadaan Allah)³. Namun, tanpa Injil, kerinduan itu mudah tersesat. Oleh sebab itu, gereja harus mendidik jemaat — sejak anak-anak — untuk menyalurkan kerinduan itu kepada Kristus.

 

Kontekstualisasi dan Penerapan

1.     Bagi Anak dan Remaja
Dunia digital penuh dengan “hal-hal baru” yang memikat. Pendidikan Kristen harus mengarahkan mereka agar tidak hanya mengejar kebaruan duniawi, tetapi haus akan kebaruan Injil.

2.     Bagi Presbiter dan Pelayan
Kesedihan Paulus adalah panggilan bagi presbiter untuk peka terhadap degradasi moral dan spiritual jemaat. Tugas kita adalah membuka ruang dialog, bukan menutup diri.

3.     Bagi Jemaat Umum
Waktu adalah karunia. Jangan habiskan hanya untuk mendengar gosip atau tren sesaat, tetapi sediakanlah waktu untuk mendengar Firman yang hidup.

 

Kesimpulan

Kebaruan sejati bukanlah informasi yang cepat usang, tetapi Injil yang kekal. Seperti Paulus di Athena, gereja dipanggil untuk menjawab kerinduan dunia akan kebaruan dengan memperkenalkan Kristus yang bangkit.

 

Power Statement

"Kebaruan dunia akan cepat usang, tetapi kebaruan Injil kekal selamanya. Mari gunakan waktu kita untuk mendengar dan hidup di dalam Firman Kristus."

 Catatan Kaki

  1. John Calvin, Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles (Philadelphia: Westminster Press, 1960), I.11.1.
  2. Ibid., III.2.15.
  3. Ibid., I.3.1–3. 

Referensi

  • Calvin, John. Institutes of the Christian Religion. Edited by John T. McNeill. Translated by Ford Lewis Battles. Philadelphia: Westminster Press, 1960.
  • Dunn, James D. G. The Acts of the Apostles. Grand Rapids: Eerdmans, 1996.
  • Stott, John. The Message of Acts. Downers Grove: IVP, 1990.
  • Wright, N. T. Paul: A Biography. New York: HarperOne, 2018.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025