Iming Iming Investasi Bodong
Mengikuti Investasi Bodong Ibarat Memaksa Tuhan Memberikan BerkatNya
Oleh Analgin Ginting
Pengantar:
Di zaman sekarang, kita hidup dalam dunia yang serba cepat dan penuh godaan. Salah satunya adalah janji-janji manis investasi yang menjanjikan “untung besar dalam waktu singkat, tanpa kerja keras”. Iklan-iklan menggiurkan berseliweran di media sosial—dan tanpa sadar, banyak dari kita terpikat. Ironisnya, bukan hanya masyarakat umum, tapi juga jemaat dan bahkan para pemimpin gereja pun ikut terjebak dalam pusaran ini.
Artikel ini hadir bukan untuk menghakimi, tapi untuk mengajak kita semua—jemaat dan pemimpin—merenung bersama: apakah kita sedang mencari berkat Tuhan dengan cara yang benar? Atau justru kita sedang memaksa Tuhan untuk memberkati jalan yang salah?
Isi: Kenyataan Pahit di Balik Janji Manis
Belakangan ini, makin banyak jemaat GBKP yang menanamkan uangnya dalam investasi bodong—semacam skema yang menjanjikan keuntungan besar tanpa risiko yang jelas. Ada yang dijanjikan bunga 10% per bulan, bahkan lebih. Padahal, bila kita pikir logis, adakah bisnis yang benar-benar sehat bisa memberi keuntungan sebesar itu secara konsisten?
Fakta yang lebih mengkhawatirkan: bukan hanya jemaat biasa, tapi beberapa presbiter dan pelayan gereja juga ikut terseret. Bahkan, ada yang ikut mempromosikannya karena sudah “merasakan hasilnya” di bulan-bulan awal.
Padahal Alkitab sudah memberi pedoman yang sangat jelas:
> “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
— Matius 6:33
Ayat ini tidak hanya bicara tentang prioritas hidup, tapi juga prinsip utama mencari berkat: berkat datang ketika kita mengejar Tuhan, bukan keuntungan.
Mengapa Banyak Jemaat dan Presbiter Terjebak?
Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab:
1. Lupa Akan Firman Tuhan (Matius 6:33)
Firman ini sering dibaca, tapi tidak betul-betul direnungkan dan diajarkan secara mendalam. Banyak pengajaran hanya di permukaan, tanpa menghubungkannya dengan realitas hidup sehari-hari.
2. Budaya Instan dan Pragmatisme
“Menghasilkan uang tanpa kerja keras” menjadi impian banyak orang. Sayangnya, mentalitas instan ini membuka jalan bagi jebakan investasi bodong.
3. Minimnya Keteladanan dari Para Pemimpin
Tidak semua pemimpin menampilkan contoh nyata bagaimana mencari rezeki dengan cara yang jujur, kerja keras, dan penuh tanggung jawab. Maka jemaat pun tidak punya role model yang kuat.
4. Pengaruh Media Sosial dan Informasi Sepihak
Media sosial menjadi tempat subur bagi penyebaran informasi palsu. Tanpa literasi digital dan kepekaan rohani, siapa pun bisa terperdaya.
Solusi: Langkah Kecil untuk Perubahan Besar
Untuk menghindari jebakan yang sama, berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Pendidikan Keuangan dan Teologi Berkat
Gereja perlu aktif memberikan edukasi tentang pengelolaan keuangan, serta membongkar pemahaman keliru tentang berkat. Berkat bukan sekadar materi, tapi hidup yang utuh dan bermakna.
2. Penguatan Pengajaran Alkitabiah
Pengajaran Matius 6:33 dan prinsip-prinsip hidup yang bijak harus dibawa ke tengah-tengah jemaat secara kontekstual dan aplikatif.
3. Menumbuhkan Keteladanan dalam Kehidupan Sehari-hari
Para presbiter dan pelayan gereja harus menjadi contoh nyata: bekerja keras, hidup jujur, dan tetap mengandalkan Tuhan dalam mencari nafkah.
4. Literasi Digital dan Kritis terhadap Informasi
Gereja bisa bekerja sama dengan profesional untuk mengajarkan jemaat agar bijak dalam menyaring informasi, termasuk tawaran investasi.
Kesimpulan dan Penutup:
Mengikuti investasi bodong bukan hanya soal kecerobohan finansial—tetapi juga menunjukkan kegagalan rohani kita dalam mempercayai dan mengikuti cara Tuhan bekerja.
Ketika kita memilih jalan pintas demi keuntungan, kita sedang berkata kepada Tuhan: “Aku tidak percaya bahwa jalan-Mu cukup bagiku.” Itulah sebabnya, artikel ini menantang kita semua—baik jemaat maupun pelayan—untuk kembali kepada iman yang murni, pengharapan yang sehat, dan kasih yang aktif dalam dunia nyata.
Mari kita ajarkan anak-anak kita untuk bekerja keras dan jujur. Mari kita bangun budaya gereja yang sehat secara spiritual dan bijak secara finansial. Sebab berkat Tuhan tidak bisa dipaksa—tapi pasti diberikan kepada mereka yang mencari Kerajaan-Nya terlebih dahulu.
Komentar