Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 29 Juni - 05 Juli 2025

Gambar
  Thema: Hidup Bersama Dengan Saudara Secara Berkelanjutan (Tetap Nggeluh Ras Senina) Nas :  Yosua 22:1–9 Pengantar Dalam dunia yang semakin individualistik, pesan Alkitab tentang kesetiaan terhadap sesama saudara—baik secara biologis maupun spiritual—menjadi relevan dan mendesak. Yosua 22 menampilkan narasi historis dan teologis yang sangat kuat tentang kesetiaan lintas batas wilayah, suku, dan kepentingan. Ketika suku Ruben, Gad, dan setengah Manasye telah menyelesaikan tanggung jawab mereka, mereka diizinkan kembali, bukan hanya dengan berkat materi, tetapi juga dengan peneguhan rohani agar tetap setia kepada Tuhan. Ini adalah pelajaran mendalam bagi gereja masa kini tentang kolaborasi, komitmen, dan kesinambungan iman dalam hidup bersama. Fakta 1.  Yosua memanggil suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye untuk mengakui kesetiaan mereka dalam mematuhi perintah Musa dan perintah Yosua. Mereka tidak meninggalkan saudara-saudara mereka dalam waktu yang lama, tet...

Catatan Tambahan PJJ 22–28 Juni 2025

 

Thema:  Endesken Persembahan Man Tuhan

(Menyadari dan Menghayati Persembahan Kepada Tuhan)

Nas: Imamat 23:15–22 (TB)

“Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah Sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; sampai pada hari sesudah Sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN… (selanjutnya sesuai nas lengkap)”

Pengantar

Persembahan bukan sekadar tindakan memberi sesuatu kepada Tuhan, melainkan ungkapan ketaatan, syukur, dan kekudusan. Dalam Imamat 23, Tuhan tidak hanya memerintahkan Israel untuk mempersembahkan hasil panen atau hewan kurban, tetapi juga memerintahkan mereka untuk menghitung waktu dengan cermat, menyiapkan bahan terbaik, dan mengikuti aturan yang ketat. Semua ini menyatakan bahwa Tuhan menghendaki ibadah yang sadar, tepat, dan kudus. Bukan karena Tuhan membutuhkan materi, melainkan karena melalui disiplin dan pengorbanan, hati umat-Nya dibentuk menjadi taat dan bersyukur.



Fakta 

  1. Bangsa Israel diperintahkan oleh Tuhan untuk menghitung waktu secara tepat—yakni tujuh minggu penuh (50 hari)—sebelum mempersembahkan korban sajian kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa ibadah kepada Tuhan harus dilakukan dengan perhitungan dan persiapan yang matang.
  2. Setiap orang harus membawa dua roti unjukan yang dibuat dari dua persepuluh efa tepung terbaik, dicampur dengan ragi, dan dibakar sebagai persembahan hulu hasil kepada Tuhan.
  3. Bersama dengan roti itu, mereka juga mempersembahkan tujuh ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, seekor lembu jantan muda, dan dua ekor domba jantan sebagai korban bakaran bagi Tuhan.
  4. Selain itu, seekor kambing jantan harus dipersembahkan sebagai korban penghapus dosa dan dua ekor domba jantan lainnya sebagai korban keselamatan.
  5. Semua persembahan itu harus ditunjukkan oleh imam sebagai persembahan unjukan di hadapan Tuhan dan menjadi bagian persembahan kudus.

Arti dan Makna Teologis

  1. Persembahan membutuhkan kesiapan waktu dan kesungguhan hati. Ada momen khusus yang ditetapkan Tuhan; ini berarti kita tidak boleh sembarangan memberi kepada Tuhan, tetapi harus menghitung, menata, dan menyiapkannya secara saksama.
  2. Persembahan harus berkualitas dan sesuai kehendak Tuhan. Tidak semua pemberian diterima Tuhan. Hanya yang terbaik, tidak bercela, dan sesuai ketetapan Tuhan yang berkenan bagi-Nya. Ini mencerminkan bahwa Tuhan tidak melihat seberapa besar, tetapi seberapa benar dan tulusnya pemberian itu.
  3. Persembahan dalam Perjanjian Lama bersifat simbolik dan profetik. Kambing dan domba sebagai korban penghapus dosa dan keselamatan merupakan bayangan dari Kristus. Dalam Perjanjian Baru, persembahan yang sempurna adalah Yesus Kristus sendiri yang menjadi korban penghapus dosa bagi semua manusia (bdk. Ibrani 10:10).
  4. Makna persembahan bukan sekadar materi, melainkan kehidupan. Kristus adalah persembahan hidup. Maka kita pun dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang kudus dan berkenan kepada Allah (Roma 12:1).

Implementasi dan Penerapan dalam Kehidupan

  1. Menata persembahan secara sadar dan terencana. Sebagaimana Israel menghitung 50 hari sebelum mempersembahkan hasil pertama mereka, umat Tuhan masa kini juga perlu merancang dan meresapi setiap persembahan—baik materi, waktu, maupun tenaga—dengan hati yang tulus dan hormat.
  2. Memberi dengan kualitas terbaik. Baik dalam persembahan uang, pelayanan, maupun hidup sehari-hari, marilah kita memberi yang terbaik kepada Tuhan—bukan sisa, bukan seadanya, tapi persembahan yang mencerminkan rasa syukur dan hormat kita.
  3. Mengubah persembahan menjadi hidup yang dipersembahkan. Dalam Kristus, kita tidak lagi mempersembahkan domba dan kambing, tetapi seluruh keberadaan kita—pikiran, tubuh, pekerjaan, dan pelayanan—menjadi korban yang hidup bagi Tuhan.
  4. Menghidupi prinsip kesetiaan. Ibadah dan persembahan bukan hanya soal saat-saat tertentu, tetapi gaya hidup yang penuh pengabdian kepada Tuhan.

Penutup / Power Statement

Persembahan yang sejati bukan hanya dari tangan, tetapi dari hati yang taat. Kita tidak hanya mempersembahkan roti dan hasil kerja kita, tetapi seluruh hidup kita sebagai wujud syukur dan hormat kepada Tuhan yang telah lebih dahulu mempersembahkan Diri-Nya bagi kita.

Referensi dan Catatan Kaki

  1. John E. Hartley, Leviticus (WBC), Word Books, 1992.
  2. Gordon J. Wenham, The Book of Leviticus (NICOT), Eerdmans, 1979.
  3. Roy Gane, Cult and Character: Purification Offerings, Day of Atonement, and Theodicy, Eisenbrauns, 2005.
  4. F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, Eerdmans, 1990.
  5. Alkitab LAI Terjemahan Baru (TB), Imamat 23 dan Ibrani 10.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)