Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Berikut adalah narasi lengkap berdasarkan dokumen “Catatan Pekan Doa Hari ke-4” dengan gaya bahasa yang indah, reflektif, dan meditatif, sesuai dengan semangat ibadah ala komunitas Taizé.
Dalam diam yang hening dan hati yang terbuka, kita diajak masuk ke dalam misteri waktu yang diciptakan Tuhan. Di tengah kesibukan dunia yang berlari cepat, Firman hari ini mengajak kita untuk berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan merenungkan irama kehidupan yang diatur oleh tangan Ilahi. Ada waktu untuk segala sesuatu. Tidak satu pun luput dari pengetahuan dan kasih-Nya. Dalam irama yang lembut namun pasti, kehidupan berganti musim — dan di setiap musim itu, Tuhan hadir dan bekerja.
Pengkhotbah mengungkapkan kenyataan spiritual yang dalam: segala sesuatu di dunia ini memiliki waktunya (momentumnya). Tuhan, dalam kebijaksanaan dan kuasa-Nya, menentukan kapan sesuatu terjadi. Ada waktu untuk lahir, dan ada waktu untuk meninggal; ada waktu untuk menanam, dan ada waktu untuk mencabut yang ditanam. Kehidupan terdiri atas dualitas—kegembiraan dan kesedihan, membangun dan merobohkan, diam dan berbicara—yang semuanya berjalan dalam irama waktu yang kudus.
Setiap kejadian yang tampak bertolak belakang memiliki tempat dan waktu yang sah. Hidup bukanlah kekacauan peristiwa, melainkan tarian waktu yang telah dikoreografikan oleh Sang Pencipta.
Firman ini mengajak kita melihat bahwa yang paling penting bukanlah peristiwanya sendiri, melainkan bagaimana kita memaknainya. Makna spiritual kehidupan terletak dalam kesadaran bahwa Tuhan senantiasa menyertai—dalam suka maupun duka, dalam kehilangan maupun pemulihan.
Mengalami kehidupan bukan hanya sekadar menjalaninya, tetapi membacanya dengan mata hati, dengan iman yang berserah dan harapan yang teguh. Dalam setiap waktu, kasih dan kebijaksanaan Allah hadir dan menuntun. Kita diajak untuk tidak terpaku pada satu musim, tetapi bersabar menanti musim lainnya—sebab semua indah pada waktunya.
Kesabaran dan kerelaan untuk belajar dari setiap musim kehidupan menjadikan manusia lebih menghargai setiap detik hidupnya. Dan ketika seseorang mengenali Tuhan sebagai Pemilik Waktu, ia menjadi lebih arif, lebih bersyukur, dan lebih damai. Sikap positif dan optimis bukanlah hasil dari suasana, tetapi hasil dari iman. Dan hanya mereka yang mampu berserah dan berharap dalam setiap waktu yang dapat menjadi tokoh pendamai di tengah dunia yang gaduh ini.
Dalam kehidupan nyata, kita belajar untuk hidup dalam keselarasan dengan waktu Tuhan.
Di dalam semua itu, kita meneladani Kristus yang hidup sepenuhnya di dalam kehendak Bapa-Nya. Maka marilah kita menjadi pribadi yang tidak hanya mengisi waktu, tetapi menghidupi waktu dengan penuh makna.
“Waktu bukan sekadar hitungan jam dan hari; ia adalah ruang kudus tempat Tuhan menyatakan kasih dan hikmat-Nya. Maka bersabarlah, bersyukurlah, dan percaya—segala sesuatu akan indah pada waktunya.”
Komentar