Catatan Tambahan Khotbah 29 Juni 2025
Thema : Mengasihi Semua Manusia (Keleng Ate Man Kerina Jelma )
Nas : 1 Tesalonika 3:11–13 (TB)
Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.
Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.
Pengantar
Dalam dunia yang semakin terpecah oleh perbedaan—baik agama, budaya, politik, maupun etnis—panggilan Rasul Paulus kepada jemaat Tesalonika untuk mengasihi semua orang menjadi pesan kenabian yang sangat relevan. Kasih bukan hanya untuk sesama orang percaya, melainkan juga kepada semua manusia tanpa syarat. Inilah panggilan gereja masa kini: menjadi komunitas yang inklusif, kudus, dan penuh kasih.
Fakta
1. Paulus berdoa kepada Allah dan Yesus Kristus agar mereka membukakan jalan bagi dirinya dan Timotius untuk bisa kembali bertemu dengan jemaat di Tesalonika.
2. Paulus menyampaikan kerinduan agar jemaat tidak hanya bertumbuh secara jumlah, tetapi terlebih dalam kasih—baik antar jemaat maupun kepada semua manusia.
3. Paulus juga mendoakan agar jemaat dikuatkan hatinya, tidak bercacat dan tetap kudus, siap menyambut kedatangan Kristus yang kedua kali.
Arti dan Makna Teologis
1. Doa Sebagai Pintu Dialog dan Penggembalaan: Paulus memulai pelayanannya dengan doa. Ini menandakan bahwa relasi pastoral tidak hanya dibangun lewat kehadiran fisik, tetapi juga melalui persekutuan doa yang tulus. Dalam teologi pastoral, doa menciptakan ruang rohani yang melampaui batas geografis dan sosial【1】.
2. Kasih yang Bertumbuh dan Universal: Ayat ini menekankan dua hal penting: kasih yang bertambah-tambah (dalam relasi internal gereja) dan kasih yang berkelimpahan kepada semua orang (relasi eksternal gereja). Dalam hal ini, kasih Kristen bersifat transenden dan universal—tidak terikat oleh batasan suku, agama, ras, atau golongan (SARA)【2】.
3. Kekudusan Menjelang Kedatangan Kristus: Paulus menekankan bahwa kesiapan menyambut kedatangan Kristus ditandai dengan kehidupan yang tidak bercacat dan kudus. Kekudusan di sini bukan isolasi dari dunia, tetapi hidup yang otentik dan penuh kasih di tengah keberagaman dunia【3】.
4. Mengasihi Semua Orang sebagai Puncak Spiritualitas Kristen: Mengasihi “semua orang” menjadi indikator kedewasaan rohani. Ini selaras dengan pengajaran Yesus: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:44). Dalam konteks ini, kasih tidak bersifat selektif, tetapi mencerminkan sifat Allah yang universal dan tanpa diskriminasi【4】.
Implementasi dalam Konteks GBKP dan Pluralisme
GBKP sejak awal berdirinya telah berada dalam konteks masyarakat yang plural: suku, agama, budaya, dan status sosial yang beragam. Pluralisme bukan sekadar fakta sosiologis, tetapi sekaligus menjadi panggilan teologis bagi gereja untuk menghidupi kasih Allah yang inklusif.
1. Kasih kepada semua orang berarti GBKP terpanggil untuk membangun relasi damai dengan semua elemen masyarakat, baik Kristen maupun non-Kristen. Dalam semangat “keleng ate man kerina manusia,” GBKP tidak eksklusif pada kelompoknya sendiri, melainkan hadir sebagai berkat bagi sesama di semua lini kehidupan.
2. Kehadiran GBKP dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), gerakan sosial lintas iman, dan kemitraan dengan pemerintah dan LSM menunjukkan penerapan nyata dari kasih kepada semua orang. Ini adalah ekspresi dari iman yang hidup dalam dunia nyata—tanpa diskriminasi, penuh penghormatan terhadap sesama ciptaan Allah【5】.
3. Pendidikan teologi di lingkungan GBKP perlu memperkuat pemahaman pluralisme sebagai bagian dari spiritualitas Kristen. Mengasihi semua orang tidak berarti kompromi teologis, melainkan menyatakan kasih Allah yang luas dan radikal sebagaimana dinyatakan dalam Kristus【6】.
Power Statement
“Kasih Kristus tidak mengenal batas. Siapa pun yang kita jumpai adalah sesama yang harus dikasihi. Di tengah keberagaman dunia, GBKP dipanggil bukan hanya untuk setia pada Kristus, tetapi juga untuk setia mengasihi semua manusia.”
Catatan Kaki dan Referensi
1. Moltmann, Jürgen. The Church in the Power of the Spirit. SCM Press, 1977.
2. Miroslav Volf. Exclusion and Embrace: A Theological Exploration of Identity, Otherness, and Reconciliation. Abingdon, 1996.
3. John Stott. The Message of Thessalonians: Preparing for the Coming King. IVP, 1991.
4. N.T. Wright. Paul for Everyone: 1 Thessalonians. SPCK, 2002.
5. Desantara. Pluralisme Agama dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Desantara Foundation, 2006.
6. Konferensi WCC. Christian Witness in a Multi-Religious World. 2011. Dokumen resmi tentang kesaksian Kristen dalam dunia plural.
Komentar