Featured Post

Wartawan dan Assessor

Gambar
Membedakan Investigative Reporting dan Assessment Reporting: Antara Negative Thinking dan Positive Thinking Pendahuluan Dalam dunia profesional, baik jurnalisme maupun asesmen memiliki peran penting dalam membentuk opini publik dan pengambilan keputusan. Namun, investigative reporting (pelaporan investigatif) dan assessment reporting (pelaporan asesmen) berbeda secara mendasar dalam pendekatan, tujuan, dan paradigma berpikir yang digunakan oleh para pelakunya. Artikel ini mengulas perbedaan keduanya dengan menekankan pada orientasi berpikir — negatif versus positif — yang melandasi masing-masing praktik profesional. 1. Investigative Reporting: Mencari Fakta di Balik Fakta Investigative reporting adalah bentuk jurnalisme mendalam yang berupaya mengungkap hal-hal tersembunyi di balik peristiwa atau kebijakan publik. Ia dilakukan oleh wartawan profesional yang memiliki kompetensi dalam pengumpulan data, wawancara kritis, verifikasi, dan penulisan dengan standar etika jurnalistik tinggi (d...

Saya Pun Kaget Dengan Cara Bertanya Mendikbud M Nuh

Saya pun kaget dengan cara Manteri Pendidikan Dan Kebudayaan M Nuh bertanya  kepada tersangka  AD yang membunuh Deny, pelajar SMA Yayasan Karya 66 (Yake) .  Seperti diberitakan detik.com bahwa M Nuh merasa kaget atas jawaban AD yang mengaku puas setelah membunuh Deny.


Persisnya diberitakan detik.com cara bertanya M Nuh kepada AD seperti dibawah ini :
“Jadi saya tadi sudah bertemu dengan tersangka. Memang saya agak surprise saya tanya ‘puas mas telah membunuh korban, puas pak’. Siapa yg gak kaget membunuh orang puas,” ujar M Nuh di Polres Jakarta Selatan, Jalan Kebayoran Baru, rabu (26/9/2012)


Dimana letak kekagetan saya adalah pada isi dan cara pertanyaan M N uh, “puas mas telah membunuh korban, puas pak.” Menurut saya pertanyaan M Nuh jelas salah, karena jenis pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan tertutup, yang jawabnya sudah bisa ditentukan hanya dua yaitu “puas atau tidak puas”.  Pertanyaan seperti ini disebut juga  pertanyaan membingkai (framing) atau pertanyaan yang memaksa orang yang ditanya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan orang yang bertanya.


Jelas sekali AD akan memberi jawaban puas, karena yang bertanya adalah seorang menteri.  Dan keinginan AD adalah memuaskan orang yang bertanya, bukan menyampaikan perasaannya yang sebenarnya.  Untuk mendapatkan  perasaan AD yang sebenarnya seharusnya menteri M Nuh mengajukan pertanyaan, “bagaimana perasaan mu setelah membunuh” dan berikan dia waktu berfikir untuk mencari jawabannya.  Saya yakin AD tidak akan berani berkata “puas”.


Atau ajukan pertanyaan membingkai yang lain, “menyesal enggak mas sudah membunuh”, kemungkinan jawaban AD adalah menyesal Pak.  Mengapa bukan pertanyaan seperti ini yang diajukan menteri M Nuh?   Jangan jangan M Nuh sengaja “memaksa”  AD untuk memberikan jawaban yang mengagetkan seperti itu.   Atau memang  M Nuh sama sekali tidak menguasai teknik bertanya yang lebih pas.  Rasanya mustahil seorang menteri  tidak mengetahui cara bertanya yang lebih baik dan lebih kontekstual.  Apalagi seorang menteri yang bergelar Profesor.
( http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/26/saya-pun-kaget-dengan-cara-bertanya-mendikbud-m-nuh/ )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025