Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

Nakurti Memang Bukan Jokowi

Apa persamaan Solo dan Kabanjahe? (Bagi pembaca yang belum pernah dengar sama sekali nama Kabanjahe  perlu saya jelaskan dulu.  Bahwa Kabanjahe adalah kota sejuk di Sumatra Utara yang jaraknya  sekitar 75 Km dari Kota Medan.  Kabanjahe adalah ibukota Kabupaten Karo).    Lalu mengapa dicari cari persamaan  Solo dengan  Kabanjahe?    Sama seperti mencari persamaan antara gajah dan tiang listrik.
Jangan bingung dulu,  persamaan gajah dan tiang Listrik bisa saja ada kalau dicari cari, meskipun dengan  setengah  “memaksa” kata anak muda sekarang.  Persamaan   gajah dengan tiang listrik adalah  sama  sama sulit naik beca. Hahahaha.

Jadi ada juga sedikit persamaannya kan?  Demikian juga persamaan Solo dan Kabanjahe pun ada dengan sedikit “memaksa”, yaitu sama sama mempunyai warung di malam hari.  Aneh tapi nyata, tapi untuk anda ketahui, bahwa di Solo pasti banyak warung makan yang dimiliki oleh orang asli  Solo.  Di Kabanjahe pun banyak sekali warung makan di malam hari, yang disebut dengan “pasar kaget” yang pedagangnya adalah orang asli dari Solo.  Benar orang Suku Jawa yang kebanyakan berasal dari Solo.  Dan mereka tinggal di sepanjang Jalan Samura di kota Kabanjahe.





Persamaan yang lain adalah Solo dan Kabanjahe adalah sama sama kota yang menjadi tempat kediaman pemimpinnya.  Di Kota Solo bermukim Pak Jokowi atau Joko Widodo, yang kemarin memenangkan Pilkada DKI Jakarta untuk menjadi Gubernur.  Di Kabanjahe pun bermukim seorang bupati yang memimpin Kabupaten Karo namanya Kena Ukur Surbakti.  Kena Ukur Surbakti, kalau disingkat menjadi Nakurti.

Lalu apa persamaan Jokowi dengan Nakurti.  Tidak ada, justru yang ada dan banyak sekali adalah perbedaannya.   Jokowi adalah Walikota yang sangat dicintai rakyat Solo karena keberhasilannya menjadikan Kota Solo lebih manusiawi, lebih bersih, lebih indah dan lebih terkenal ke seluruh pelosok Negeri.  Jokowi adalah nama pemimpin yang sangat merakyat, bersih, transparan dan hidup dengan sangat sederhana.  Jokowi bahkan walikota yang menciptakan  prestasi  untuk Kota Solo dan mampu membuat promosi bagi pejabat pejabat dibawahnya.  (Dengan naiknya Jokowi menjadi Gubernur di Jakarta, kemungkinan yang menjadi Walikota Solo adalah Wakilnya, yaitu FX Rudyatmo.  Semua program yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Jokowi di Solo, jelas dan tidak pernah membingungkan rakyatnya serta seluruh kepala dinas yang ada di Kotamadya Solo.

Berbeda dengan Nakurti yang setelah hampir dua tahun kepemimpinannya semakin membingungkan  rakyat Kabupaten Karo.  Programnya tidak jelas,  apa yang dia lakukan untuk mengembangkan aset utama Kabupaten Karo yang  menjadi Sentra Pertanian khususnya palawija dan jeruk manisa tidak jelas.  Pupuk langka, harga tidak pernah stabil  dan yang paling parah adalah semakin meraja lelanya peredaran pupuk palsu.  Beredarnya pupuk palsu jelas jelas akan membingungkan dan menyengsarakan rakyat kecil.  Bayangkan jika penduduk harus meminjam uang dari Bank atau Koperasi untuk membeli pupuk tanamannya.  Lalu yang dibeli adalah pupuk palsu.  Tanaman rusak dan tidak menghasilkan apa apa, sementara hutang pinjaman harus dibayar.  Aduh, sengsara banget bukan?

Namun yang paling parah adalah inkompetensi Kena Ukur Surbakti (Nakurti).  Tidak kompeten dalam memilih dan menempatkan kepala dinas di jajaran Pemerintah Kabupaten Karo.  Sehingga sering sekali mengganti kepala dinas.    Bisa kah Anda bayangkan kalau  di Dinas Pendidikan Kabupaten Karo dia melakukan penggantian kepada dinas samapi 5 kali hanya dalam waktu 1,5 tahun?   Untuk lebih lengkapnya berita ini silahkan Anda baca di link ini. http://www.harianorbit.com/soal-pengangkatan-pejabat-bupati-karo-langgar-pp-100/





Tidak hanya di  dinas pendidikan Kabupaten Karo, di Dinas Kehutanan, Dinas Pertambangan,  RSU Kabanjahe dia melakukan penggantian kepala dinas seperti jurus Dewa Mabuk.  Padahal  jelas dia bukan peminum Arak seperti Jacky Chen atau  Jaka Tuak, dalam cerita silat jaman dulu yang ditulis oleh Henky.

Kita berharap supaya dengan naiknya Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta bisa menginspirasi Nakurti untuk menjadi Bupati Karo yang dicintai Rakyatnya.   Dengan berusaha menyetop peredaran pupuk palsu, membuat program yang lebih pro rakyat, serta menghentikan kebiasaan  melakukan penggantian mendadak  kepala dinas.  Dengan prestasi yang semakin baik dalam satu tahun ini, siapa tahu jika Nakurti maju kepada Pilkada Sumut tahun depan dia pun bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatra Utara.  Bisa saja terjadi bukan, meskipun saya sendiri sangat meragukan  terjadinya hal itu.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023