Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

Nakurti Memang Bukan Jokowi

Apa persamaan Solo dan Kabanjahe? (Bagi pembaca yang belum pernah dengar sama sekali nama Kabanjahe  perlu saya jelaskan dulu.  Bahwa Kabanjahe adalah kota sejuk di Sumatra Utara yang jaraknya  sekitar 75 Km dari Kota Medan.  Kabanjahe adalah ibukota Kabupaten Karo).    Lalu mengapa dicari cari persamaan  Solo dengan  Kabanjahe?    Sama seperti mencari persamaan antara gajah dan tiang listrik.
Jangan bingung dulu,  persamaan gajah dan tiang Listrik bisa saja ada kalau dicari cari, meskipun dengan  setengah  “memaksa” kata anak muda sekarang.  Persamaan   gajah dengan tiang listrik adalah  sama  sama sulit naik beca. Hahahaha.

Jadi ada juga sedikit persamaannya kan?  Demikian juga persamaan Solo dan Kabanjahe pun ada dengan sedikit “memaksa”, yaitu sama sama mempunyai warung di malam hari.  Aneh tapi nyata, tapi untuk anda ketahui, bahwa di Solo pasti banyak warung makan yang dimiliki oleh orang asli  Solo.  Di Kabanjahe pun banyak sekali warung makan di malam hari, yang disebut dengan “pasar kaget” yang pedagangnya adalah orang asli dari Solo.  Benar orang Suku Jawa yang kebanyakan berasal dari Solo.  Dan mereka tinggal di sepanjang Jalan Samura di kota Kabanjahe.





Persamaan yang lain adalah Solo dan Kabanjahe adalah sama sama kota yang menjadi tempat kediaman pemimpinnya.  Di Kota Solo bermukim Pak Jokowi atau Joko Widodo, yang kemarin memenangkan Pilkada DKI Jakarta untuk menjadi Gubernur.  Di Kabanjahe pun bermukim seorang bupati yang memimpin Kabupaten Karo namanya Kena Ukur Surbakti.  Kena Ukur Surbakti, kalau disingkat menjadi Nakurti.

Lalu apa persamaan Jokowi dengan Nakurti.  Tidak ada, justru yang ada dan banyak sekali adalah perbedaannya.   Jokowi adalah Walikota yang sangat dicintai rakyat Solo karena keberhasilannya menjadikan Kota Solo lebih manusiawi, lebih bersih, lebih indah dan lebih terkenal ke seluruh pelosok Negeri.  Jokowi adalah nama pemimpin yang sangat merakyat, bersih, transparan dan hidup dengan sangat sederhana.  Jokowi bahkan walikota yang menciptakan  prestasi  untuk Kota Solo dan mampu membuat promosi bagi pejabat pejabat dibawahnya.  (Dengan naiknya Jokowi menjadi Gubernur di Jakarta, kemungkinan yang menjadi Walikota Solo adalah Wakilnya, yaitu FX Rudyatmo.  Semua program yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Jokowi di Solo, jelas dan tidak pernah membingungkan rakyatnya serta seluruh kepala dinas yang ada di Kotamadya Solo.

Berbeda dengan Nakurti yang setelah hampir dua tahun kepemimpinannya semakin membingungkan  rakyat Kabupaten Karo.  Programnya tidak jelas,  apa yang dia lakukan untuk mengembangkan aset utama Kabupaten Karo yang  menjadi Sentra Pertanian khususnya palawija dan jeruk manisa tidak jelas.  Pupuk langka, harga tidak pernah stabil  dan yang paling parah adalah semakin meraja lelanya peredaran pupuk palsu.  Beredarnya pupuk palsu jelas jelas akan membingungkan dan menyengsarakan rakyat kecil.  Bayangkan jika penduduk harus meminjam uang dari Bank atau Koperasi untuk membeli pupuk tanamannya.  Lalu yang dibeli adalah pupuk palsu.  Tanaman rusak dan tidak menghasilkan apa apa, sementara hutang pinjaman harus dibayar.  Aduh, sengsara banget bukan?

Namun yang paling parah adalah inkompetensi Kena Ukur Surbakti (Nakurti).  Tidak kompeten dalam memilih dan menempatkan kepala dinas di jajaran Pemerintah Kabupaten Karo.  Sehingga sering sekali mengganti kepala dinas.    Bisa kah Anda bayangkan kalau  di Dinas Pendidikan Kabupaten Karo dia melakukan penggantian kepada dinas samapi 5 kali hanya dalam waktu 1,5 tahun?   Untuk lebih lengkapnya berita ini silahkan Anda baca di link ini. http://www.harianorbit.com/soal-pengangkatan-pejabat-bupati-karo-langgar-pp-100/





Tidak hanya di  dinas pendidikan Kabupaten Karo, di Dinas Kehutanan, Dinas Pertambangan,  RSU Kabanjahe dia melakukan penggantian kepala dinas seperti jurus Dewa Mabuk.  Padahal  jelas dia bukan peminum Arak seperti Jacky Chen atau  Jaka Tuak, dalam cerita silat jaman dulu yang ditulis oleh Henky.

Kita berharap supaya dengan naiknya Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta bisa menginspirasi Nakurti untuk menjadi Bupati Karo yang dicintai Rakyatnya.   Dengan berusaha menyetop peredaran pupuk palsu, membuat program yang lebih pro rakyat, serta menghentikan kebiasaan  melakukan penggantian mendadak  kepala dinas.  Dengan prestasi yang semakin baik dalam satu tahun ini, siapa tahu jika Nakurti maju kepada Pilkada Sumut tahun depan dia pun bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatra Utara.  Bisa saja terjadi bukan, meskipun saya sendiri sangat meragukan  terjadinya hal itu.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024