Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 09–15 November 2025

Gambar
  Lahir Dalam Roh (Tubuh Secara Pertendin) Yohanes 3 : 1–21 Pendahuluan / Pengantar Perikop ini memperlihatkan salah satu percakapan paling mendalam antara Yesus dan manusia—yakni dialog antara Yesus dan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang terdidik dan berpengaruh. Dalam konteks sosial Yahudi abad pertama, kedudukan Nikodemus menjadikannya seorang tokoh yang dihormati dan ahli Taurat. Namun di balik segala pengetahuan dan statusnya, ia datang kepada Yesus pada waktu malam—suatu lambang pencarian dalam gelap, kerinduan akan terang yang sejati. Percakapan ini tidak hanya membicarakan tentang pengetahuan teologis, tetapi tentang transformasi eksistensial: kelahiran kembali (born again). Yesus menegaskan bahwa keselamatan dan pengenalan akan Kerajaan Allah bukanlah hasil warisan agama, pengetahuan manusia, atau ketaatan legalistik, tetapi hasil karya Roh Kudus yang melahirkan kembali hati manusia menuju kehidupan baru. Kelahiran kembali ini adalah pintu menuju eksistensi baru...

Let the Church Be the Church

🕊️ 

Mengenang Pemikiran Teologis Pdt. Matius Panji Barus, S.Th., M.Th.

Ada sebuah pertanyaan yang sederhana tapi dalam yang diajukan seninaku Herman Ginting kepada saya. 

> “Apa pikiran Pdt. Matius Panji Barus tentang GBKP?”

Saya terdiam sejenak ketika pertanyaan ini diajukan. Sulit menjawabnya dengan singkat, karena mengenal beliau bukan sekadar mendengar ceramah atau membaca tulisan—tetapi melalui interaksi panjang, percakapan hangat, dan teladan hidupnya.



1. Persahabatan dan Keteladanan

Saya mengenal Pdt. Matius Panji Barus (sering kami singkat Pdt. MP Barus) sejak tahun 2004, saat saya memimpin pelatihan Kebiasaan yang Efektif bagi seluruh pimpinan GBKP. Beliau dikenalkan oleh sahabat saya, Elia Massa Manik.

Sejak itu hubungan kami terjalin erat. Saya memanggil beliau silih, panggilan khas Karo karena istrinya beru Ginting, sama seperti marga saya. Dalam perjalanan panjang hingga tahun 2010 ketika saya menjadi anggota moderamen di bawah kepemimpinannya, saya mengenal beliau sebagai sosok yang:

  • Rendah hati dan sopan
  • Konsisten dalam sikap dan tindakan
  • Memiliki etika pelayanan yang tinggi

2. “Let the Church Be the Church”

Salah satu konsep yang melekat dalam ingatan saya adalah perkataan beliau:

> “Let the Church Be the Church.”

Biarkanlah gereja tetap menjadi gereja.

Konsep ini sejalan dengan pemikiran John A. Mackay (Konferensi Oxford 1937), yang menekankan bahwa gereja harus hidup sesuai hakikatnya—sebagai tubuh Kristus yang hadir bagi dunia, bukan sekadar bangunan atau institusi sosial.

Dalam konteks GBKP, Pdt. MP Barus merumuskannya dalam dua prinsip sederhana namun dalam:

1. Gereja harus menjadi rumah yang nyaman bagi semua orang, termasuk jemaat yang paling miskin sekalipun. Semegah apa pun gedungnya, jangan sampai membuat orang kecil enggan datang

2. Semua pelayan gereja—pendeta, pertua, diaken, dan pimpinan kategorial—harus menjadikan gereja sebagai “tempat Tuhan di dunia.” Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat penghiburan, pemulihan, dan solusi bagi jemaat dari berbagai latar sosial.

3. Refleksi untuk GBKP Hari Ini

Belakangan ini, saya kadang merasa cemas. Ada kecenderungan GBKP menjadi tempat yang lebih nyaman bagi pelayannya sendiri dibanding bagi seluruh jemaatnya. Semoga saya keliru.

Sebagai penghormatan bagi beliau, saya sampaikan dalam persemayaman di GBKP Bekasi:

> “Marilah kita lebih bergairah berteologi, agar GBKP terus bertumbuh secara teologis dan tetap menjadi gereja yang sejati.”

4. Makna Teologis

Dalam teologi gereja (ecclesiology), istilah ekklesia berarti perhimpunan orang yang dipanggil keluar oleh Allah. Gereja bukan sekadar bangunan, tetapi komunitas yang dipanggil untuk hadir di tengah dunia membawa kasih dan pengharapan.

Konsep “Let the Church Be the Church” sejalan dengan teologi Missio Dei: misi adalah karya Allah, dan gereja adalah alat-Nya di dunia untuk melayani manusia tanpa diskriminasi sosial atau ekonomi


5. Penutup

Warisan teologis Pdt. MP Barus bukan dalam bentuk buku tebal atau teori rumit, melainkan keteladanan sederhana yang kuat:

Gereja harus ramah bagi yang paling miskin.

Gereja harus menjadi rumah Tuhan yang menghadirkan penghiburan nyata.

Inilah panggilan untuk kita semua, agar GBKP tetap menjadi gereja yang sejati, rumah bagi semua, dan cahaya bagi dunia. 🌿

📚 Referensi Singkat

1. John A. Mackay, Let the Church Be the Church, Oxford Conference, 1937.

2. Artikel Let the Church Be the Church – Pastor Rudy TLC

3. Teologi Missio Dei – Wikipedia

4. Makna ekklesia – The Gospel Coalition



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025