Featured Post

Misteri Asal-Usul Suku Karo: Antara Jejak Gayo-Alas dan Dualisme Konsep 'Batak'

Gambar
  Oleh Analgin Ginting 1. Pengantar Perdebatan istilah *Batak* telah melahirkan dua arus besar dalam kajian antropologi dan sejarah etnis Sumatra Utara.  Pandangan pertama — diwakili oleh Prof. Payung Bangun — menyatakan bahwa Batak adalah satu rumpun besar dengan enam puak: Karo, Pakpak/Dairi, Simalungun, Toba, Angkola, dan Mandailing. Pandangan ini mengakui adanya kesamaan bahasa, adat, dan sistem sosial yang mengikat keenam puak tersebut sebagai satu kesatuan genealogis dan kultural.  Pandangan kedua — diwakili oleh Prof. Eron Damanik — menegaskan bahwa istilah *Batak* bukanlah endonim (sebutan dari dalam), melainkan *exonym* (sebutan dari luar) yang diberikan oleh suku Melayu pesisir terhadap masyarakat pegunungan yang masih memegang kepercayaan animistik (pagan). Pandangan ini kemudian diperkuat oleh kolonial Belanda yang memakai label *Batak* sebagai kategori administratif dan etnografis untuk mengatur penduduk pedalaman Sumatra. (Perret, 2010). Artikel ini menganal...

Catatan Khotbah Minggu 31 Agustus 2025

Minggu Mamre

Thema: Tanggung Jawab Seorang Ayah (Tanggung Jawab Sekalak Bapa)

Nas: 1 Samuel 2:22–25

> Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.



Pembukaan 

Keluarga adalah wadah pertama di mana nilai-nilai iman ditanamkan dan karakter dibentuk. Alkitab memberikan banyak contoh tentang bagaimana peran seorang ayah menjadi penentu arah hidup anak-anaknya. Kisah Imam Eli menjadi peringatan keras: seorang ayah yang gagal mendisiplinkan anak-anaknya dapat membawa kehancuran bukan hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi komunitas iman. Di hadapan Allah, seorang ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi imam keluarga, pelindung moral, dan pembentuk rohani.

Fakta

1. Eli adalah seorang imam yang sudah lanjut usia, dihormati di Israel, tetapi anak-anaknya, Hofni dan Pinehas, melakukan dosa besar di hadapan Tuhan (1 Sam. 2:12, 22).

2. Dosa mereka mencakup pelecehan terhadap korban persembahan dan tindakan amoral dengan perempuan yang melayani di Kemah Pertemuan.

3. Eli menegur mereka, namun tegurannya tidak disertai tindakan tegas untuk menghentikan kejahatan tersebut.

4. Allah menilai bahwa kegagalan Eli menjaga kekudusan ibadah dan keluarganya adalah pelanggaran serius, sehingga hukuman atas keluarga Eli tak terelakkan (1 Sam. 2:27–36).


Arti dan Makna Teologis 

1. Ada kecenderungan anak-anak melakukan perbuatan jahat, sekalipun ayahnya seorang imam atau hamba Tuhan.

2. Seorang ayah harus berani menegur anak-anaknya yang melakukan perbuatan tercela; tegas, serius, tetapi tetap dalam kasih sayang.

3. Kesucian peribadatan dan kesucian keluarga di hadapan Tuhan merupakan tanggung jawab terpenting dari seorang ayah.

4. Kondisi spiritualitas keluarga supaya tetap mulia dan layak di hadapan Tuhan adalah tugas utama seorang ayah yang merupakan imam di dalam keluarga.

Penerapan

1. Dalam Keluarga Modern – Ayah perlu membangun komunikasi terbuka dengan anak, tetapi juga tidak mengabaikan disiplin rohani. Mengasihi berarti juga berani menegur dan mengarahkan.

2. Dalam Ibadah Keluarga – Seorang ayah perlu memimpin doa, pembacaan firman, dan menjadi teladan dalam kesalehan.

3. Dalam Masyarakat – Perilaku keluarga yang baik menjadi kesaksian hidup yang membawa kemuliaan bagi Tuhan, sebaliknya kelalaian akan membawa cela.

4. Pengambilan Keputusan – Ayah harus memiliki keberanian untuk menolak kompromi terhadap dosa, meskipun hal itu tidak populer atau menyakitkan.

Kesimpulan

Seorang ayah yang takut akan Tuhan memegang peran strategis dalam menjaga kemurnian iman keluarga. Kegagalan Eli mengingatkan bahwa otoritas tanpa disiplin rohani akan berakhir dengan keruntuhan. Ayah dipanggil untuk menjadi penjaga, pembimbing, dan imam keluarga yang setia kepada Tuhan.

Power Statement

"Ayah yang sejati bukan hanya mencari nafkah, tetapi memimpin keluarganya menuju kekudusan di hadapan Allah — dengan kasih, ketegasan, dan integritas."

Referensi

1. Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia, 1 Samuel 2:12–36.

2. Longman, Tremper III & Garland, David E. (Eds.). The Expositor’s Bible Commentary – Old Testament. Grand Rapids: Zondervan, 2006.

3. Tripp, Tedd. Shepherding a Child’s Heart. Wapwallopen: Shepherd Press, 1995.

4. Ryken, Philip Graham. 1 Samuel: Looking on the Heart. Wheaton: Crossway, 2015.

5. Piper, John. “Fathers, Do Not Provoke Your Children.” Desiring God, 2


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025