Featured Post

Mentalitas Berkekurangan Para Pendeta

Gambar
Oleh: Analgin Ginting Pengantar Dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan sebagian pendeta di berbagai denominasi gereja. Muncul perilaku yang menunjukkan adanya krisis spiritual dan ketidakseimbangan antara panggilan dan gaya hidup. Kita menyaksikan pendeta yang tetap merokok sembari menyusun rasionalisasi teologisnya, pendeta yang menolak penugasan pelayanan ke jemaat tertentu, bahkan jemaat yang menolak kehadiran pendeta karena reputasi atau gaya kepemimpinannya. Tidak jarang, pendeta juga ikut terlibat dalam investasi bodong, atau menyimpulkan diskusi Alkitab secara dangkal tanpa kedalaman refleksi rohani. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah menjadi pendeta adalah panggilan kudus atau sekadar pilihan profesi dan gaya hidup religius? Pertanyaan ini menyentuh inti persoalan spiritualitas pendeta masa kini. Banyak pendeta yang tampak kehilangan daya spiritual yang sejati karena mentalitas berkekurangan (scarcity mentality) yang...

Berngi 4 Pekan Penatalayan 2025

 

Khotbah: "Berteman Secara Tetap dan Abadi"

Perikop: Kejadian 26:26-33
"Lalu bersumpahlah mereka satu sama lain. Kemudian Ishak melepas mereka, maka mereka meninggalkan dia dengan damai." (Kejadian 26:31)




1. Pembukaan / Ice Breaker

Salam Damai Sejahtera!
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, pernahkah kita mengalami hubungan pertemanan yang rusak karena salah paham atau konflik? Terkadang, meskipun kita ingin berdamai, tidak mudah untuk menjalin hubungan yang langgeng.

Mari kita bayangkan: apa jadinya jika setiap konflik tidak diselesaikan? Dunia ini akan penuh kebencian dan perselisihan. Namun, Allah mengajarkan kita melalui Ishak untuk membangun hubungan yang tetap dan abadi, bahkan dengan orang-orang yang pernah menjadi musuh kita.

Hari ini, kita akan belajar dari pertemuan Ishak dengan Abimelekh di Kejadian 26:26-33 tentang bagaimana menjalin hubungan yang langgeng meskipun ada tantangan.


2. Fakta-Fakta dari Kejadian 26:26-33

A. Latar Belakang Konflik

  • Sebelum perikop ini, Ishak mengalami ketegangan dengan Abimelekh, raja Gerar.
  • Orang-orang Abimelekh merebut sumur-sumur yang digali oleh Ishak dan para hambanya (ayat 19-21). Hal ini menciptakan konflik yang membuat Ishak harus berpindah-pindah tempat.

B. Pertemuan Ishak dan Abimelekh

  • Abimelekh datang kepada Ishak bersama Ahuzat (penasehatnya) dan Pikol (panglima tentaranya) untuk berdamai (ayat 26-28).
  • Abimelekh mengakui bahwa Allah menyertai Ishak, dan mereka ingin membangun hubungan damai yang abadi.

C. Perdamaian yang Diteguhkan dengan Perjanjian

  • Ishak menunjukkan sikap terbuka dan bersedia menerima inisiatif damai dari Abimelekh.
  • Mereka bersumpah satu sama lain, membangun perjanjian damai, dan Ishak melepas mereka dengan damai (ayat 31).

3. Arti dan Makna Teologis

A. Makna Teologis

  1. Allah Adalah Sumber Perdamaian:
    • Kehadiran Allah dalam hidup Ishak membawa berkat dan menciptakan pengakuan dari Abimelekh.
    • Allah mengajarkan bahwa perdamaian sejati dimulai dari hati yang berserah kepada-Nya.
  2. Pengampunan Melampaui Konflik:
    • Meskipun Ishak mengalami ketidakadilan (sumurnya direbut), ia memilih berdamai daripada membalas dendam.
    • Ini mencerminkan sikap Kristus yang mengampuni, meskipun kita sering melawan Dia (Efesus 4:32).
  3. Perjanjian Damai Adalah Wujud Kasih Allah:
    • Hubungan yang abadi didasarkan pada perjanjian damai yang berakar pada kasih Allah, bukan pada kepentingan pribadi semata.

B. Makna Praktis

  1. Perselisihan tidak selalu buruk; itu bisa menjadi kesempatan untuk memuliakan Allah melalui rekonsiliasi.
  2. Dalam hubungan yang retak, Allah memanggil kita untuk menjadi agen pendamaian dan membangun hubungan yang abadi.

4. Penerapan (Implementasi)

A. Dalam Kehidupan Pribadi

  • Ketika menghadapi konflik dengan teman atau keluarga, ingatlah bahwa Allah memanggil kita untuk berdamai.
  • Langkah praktis:
    • Akui kesalahan Anda, jika ada.
    • Ambil inisiatif untuk meminta maaf atau mengajak berdamai.
    • Jangan simpan dendam, tetapi jadikan kasih Allah sebagai dasar hubungan.

B. Dalam Jemaat

  • Konflik sering terjadi dalam pelayanan gereja, tetapi kita harus menjadikannya kesempatan untuk memperkuat hubungan.
  • Contoh: Jika ada perbedaan pendapat dalam rapat pelayanan, fokuslah pada tujuan bersama, bukan kepentingan pribadi.

C. Dalam Masyarakat

  • Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai di lingkungan tempat tinggal kita.
  • Contoh: Jika ada konflik antar tetangga, jadilah pihak yang mengambil langkah pertama untuk mendamaikan kedua belah pihak.

5. Kesimpulan

Saudara-saudara, kisah Ishak dan Abimelekh mengajarkan kita bahwa hubungan yang tetap dan abadi dibangun di atas dasar kasih dan perdamaian Allah. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mencerminkan kasih Allah dalam setiap hubungan kita, bahkan dengan orang yang pernah menjadi musuh kita.

Tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah ada hubungan yang perlu Anda pulihkan hari ini?
  • Apakah Anda sudah menjadi pembawa damai di keluarga, gereja, atau masyarakat?

Mari kita jadikan hidup kita sebagai cerminan kasih Allah yang menciptakan perdamaian dan hubungan yang abadi.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025