Khotbah: "Berani Tampil Menyelesaikan Perselisihan/
Konflik"
Perikop: Kisah Para Rasul 15:6-11
"Sebab itu kami percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus
kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga." (Kisah Para
Rasul 15:11)
1. Pembukaan / Ice Breaker
Salam damai sejahtera!
Saudara-saudara, pernahkah Anda berada dalam situasi konflik yang sulit
diselesaikan? Konflik sering kali membuat kita merasa tidak nyaman, bahkan
takut untuk berbicara. Namun, apakah konflik selalu buruk? Dalam kehidupan
Kristen, konflik sebenarnya bisa menjadi kesempatan untuk pertumbuhan jika kita
menanganinya dengan hikmat dan kasih.
Mari kita ingat sebuah kalimat bijak: "Masalah
bukanlah akhir, tetapi awal dari penyelesaian." Hari ini, kita akan
belajar dari Kisah Para Rasul 15, di mana para rasul dan pemimpin gereja berani
tampil menyelesaikan konflik yang berpotensi memecah belah jemaat.
2. Fakta-Fakta dari Kisah Para Rasul 15:6-11
A. Latar Belakang Konflik
- Jemaat
mula-mula menghadapi perdebatan besar terkait syarat keselamatan. Beberapa
orang Yahudi berpendapat bahwa orang non-Yahudi harus disunat dan
mengikuti hukum Musa agar dapat diselamatkan.
- Konflik
ini mengancam persatuan gereja, karena jemaat non-Yahudi merasa keberatan.
B. Peran Para Pemimpin
- Para
rasul dan tua-tua berkumpul di Yerusalem untuk membahas dan menyelesaikan
masalah ini (ayat 6).
- Petrus
tampil berani untuk berbicara, mengingatkan bahwa Allah telah memberikan
Roh Kudus kepada bangsa-bangsa lain tanpa membedakan mereka dari orang
Yahudi (ayat 8-9).
C. Solusi yang Diajukan
- Petrus
menegaskan bahwa keselamatan datang hanya melalui kasih karunia Tuhan
Yesus Kristus, bukan melalui hukum Taurat (ayat 11).
- Pendekatan
ini mengakhiri perdebatan dengan menunjukkan bahwa iman, bukan hukum,
adalah dasar keselamatan.
3. Arti dan Makna Teologis
A. Makna Teologis
- Keselamatan
Melalui Kasih Karunia:
- Petrus
menekankan bahwa semua manusia, tanpa memandang latar belakang,
diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus.
- Konflik
tentang hukum Taurat mengajarkan bahwa agama bukan soal aturan kaku,
tetapi hubungan yang hidup dengan Allah.
- Allah
Tidak Membeda-Bedakan:
- Roh
Kudus diberikan kepada semua orang yang percaya, tanpa memandang status
atau budaya mereka. Ini menegaskan bahwa gereja adalah komunitas yang
inklusif.
- Kepemimpinan
yang Bertanggung Jawab:
- Pemimpin
gereja harus berani tampil dalam konflik untuk memberikan arahan yang
berdasarkan Firman Tuhan.
B. Makna Praktis
- Konflik
adalah bagian alami dari kehidupan bersama. Namun, penyelesaiannya harus
dilakukan dengan kasih, hikmat, dan doa.
- Dalam
menyelesaikan konflik, kita dipanggil untuk mendengar semua pihak,
mengarahkan mereka pada kebenaran Firman Tuhan, dan menjaga persatuan.
4. Penerapan (Implementasi)
A. Dalam Kehidupan Pribadi
- Ketika
menghadapi konflik di keluarga atau pekerjaan, jangan menghindar.
Beranilah untuk berbicara dengan rendah hati dan kasih, serta mencari
solusi yang memuliakan Tuhan.
- Contoh:
Jika terjadi kesalahpahaman dalam keluarga, cobalah mengajak semua pihak
untuk berbicara dalam suasana tenang, dengan doa sebagai pengantar.
B. Dalam Jemaat
- Jemaat
harus menjadi tempat di mana konflik dapat diselesaikan dengan cara yang
membangun.
- Dorong
jemaat untuk menggunakan prinsip Alkitab, seperti mengutamakan kasih dan
kesabaran, dalam menyelesaikan konflik.
- Contoh:
Jika ada perbedaan pendapat di antara anggota pelayanan, presbiter bisa
memfasilitasi dialog yang terbuka dan adil, dengan mengarahkan mereka pada
prinsip Firman Tuhan.
C. Dalam Masyarakat
- Jadilah
pembawa damai di lingkungan tempat tinggal Anda. Tunjukkan bahwa kasih
Kristus mampu menyatukan perbedaan.
- Contoh:
Jika ada konflik antar tetangga, ambillah peran sebagai pendamai yang
netral, mendorong kedua belah pihak untuk saling memahami.
5. Kesimpulan
Saudara-saudara, dari Kisah Para Rasul 15:6-11, kita belajar
bahwa konflik bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi kesempatan untuk
menyatakan kasih Allah dan menjaga persatuan.
- Petrus
dan para rasul menunjukkan bahwa pemimpin Kristen harus berani tampil
untuk menyelesaikan konflik dengan hikmat dan kasih.
- Kita
dipanggil untuk meneladani mereka: mengutamakan kasih karunia Allah,
menerima perbedaan, dan bekerja untuk perdamaian.
Ayo kita refleksikan: Apakah kita sudah berani tampil untuk
menyelesaikan konflik dalam keluarga, gereja, atau masyarakat? Jika belum,
mintalah hikmat dari Tuhan untuk menjadi alat pendamaian yang membawa kemuliaan
bagi-Nya.
Komentar