Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 13 - 19 Juli 2025

Gambar
  Thema: Membuat Nama (Erbahan Gelar) Nas: Lukas 2:21 (TB)  "Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya." Pengantar Nama adalah pemberian ilahi yang bukan hanya berfungsi sebagai penanda sosial, tetapi juga sebagai penegasan identitas, panggilan hidup, dan relasi seseorang dengan Tuhan. Dalam tradisi Ibrani, pemberian nama erat kaitannya dengan makna profetik dan tujuan ilahi. Yesus, sebagai Anak Allah yang menjadi manusia, diberi nama sesuai dengan rancangan kekal Allah sendiri — sebelum Ia dikandung, bahkan sebelum Ia lahir. Dalam konteks Karo, pemberian nama atau erbahan gelar bukan sekadar urusan budaya, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan eksistensial yang dalam. Fakta Historis dan Biblis Yesus diberi nama pada hari ke-8 saat Ia disunat, sesuai dengan hukum Taurat (Imamat 12:3). Nama "Yesus" (Ibrani: Yeshua) berarti "Yahweh menyelamatkan", yang ...

Berngi 3 Pekan Penatalayan 2025

 

Khotbah: "Berani Tampil Menyelesaikan Perselisihan/ Konflik"

Perikop: Kisah Para Rasul 15:6-11
"Sebab itu kami percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga." (Kisah Para Rasul 15:11)

 1. Pembukaan / Ice Breaker

Salam damai sejahtera!
Saudara-saudara, pernahkah Anda berada dalam situasi konflik yang sulit diselesaikan? Konflik sering kali membuat kita merasa tidak nyaman, bahkan takut untuk berbicara. Namun, apakah konflik selalu buruk? Dalam kehidupan Kristen, konflik sebenarnya bisa menjadi kesempatan untuk pertumbuhan jika kita menanganinya dengan hikmat dan kasih.

Mari kita ingat sebuah kalimat bijak: "Masalah bukanlah akhir, tetapi awal dari penyelesaian." Hari ini, kita akan belajar dari Kisah Para Rasul 15, di mana para rasul dan pemimpin gereja berani tampil menyelesaikan konflik yang berpotensi memecah belah jemaat.

 


2. Fakta-Fakta dari Kisah Para Rasul 15:6-11

A. Latar Belakang Konflik

  • Jemaat mula-mula menghadapi perdebatan besar terkait syarat keselamatan. Beberapa orang Yahudi berpendapat bahwa orang non-Yahudi harus disunat dan mengikuti hukum Musa agar dapat diselamatkan.
  • Konflik ini mengancam persatuan gereja, karena jemaat non-Yahudi merasa keberatan.

B. Peran Para Pemimpin

  • Para rasul dan tua-tua berkumpul di Yerusalem untuk membahas dan menyelesaikan masalah ini (ayat 6).
  • Petrus tampil berani untuk berbicara, mengingatkan bahwa Allah telah memberikan Roh Kudus kepada bangsa-bangsa lain tanpa membedakan mereka dari orang Yahudi (ayat 8-9).

C. Solusi yang Diajukan

  • Petrus menegaskan bahwa keselamatan datang hanya melalui kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bukan melalui hukum Taurat (ayat 11).
  • Pendekatan ini mengakhiri perdebatan dengan menunjukkan bahwa iman, bukan hukum, adalah dasar keselamatan.

 3. Arti dan Makna Teologis

A. Makna Teologis

  1. Keselamatan Melalui Kasih Karunia:
    • Petrus menekankan bahwa semua manusia, tanpa memandang latar belakang, diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus.
    • Konflik tentang hukum Taurat mengajarkan bahwa agama bukan soal aturan kaku, tetapi hubungan yang hidup dengan Allah.
  2. Allah Tidak Membeda-Bedakan:
    • Roh Kudus diberikan kepada semua orang yang percaya, tanpa memandang status atau budaya mereka. Ini menegaskan bahwa gereja adalah komunitas yang inklusif.
  3. Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab:
    • Pemimpin gereja harus berani tampil dalam konflik untuk memberikan arahan yang berdasarkan Firman Tuhan.

B. Makna Praktis

  1. Konflik adalah bagian alami dari kehidupan bersama. Namun, penyelesaiannya harus dilakukan dengan kasih, hikmat, dan doa.
  2. Dalam menyelesaikan konflik, kita dipanggil untuk mendengar semua pihak, mengarahkan mereka pada kebenaran Firman Tuhan, dan menjaga persatuan.

 4. Penerapan (Implementasi)

A. Dalam Kehidupan Pribadi

  • Ketika menghadapi konflik di keluarga atau pekerjaan, jangan menghindar. Beranilah untuk berbicara dengan rendah hati dan kasih, serta mencari solusi yang memuliakan Tuhan.
  • Contoh: Jika terjadi kesalahpahaman dalam keluarga, cobalah mengajak semua pihak untuk berbicara dalam suasana tenang, dengan doa sebagai pengantar.

B. Dalam Jemaat

  • Jemaat harus menjadi tempat di mana konflik dapat diselesaikan dengan cara yang membangun.
  • Dorong jemaat untuk menggunakan prinsip Alkitab, seperti mengutamakan kasih dan kesabaran, dalam menyelesaikan konflik.
  • Contoh: Jika ada perbedaan pendapat di antara anggota pelayanan, presbiter bisa memfasilitasi dialog yang terbuka dan adil, dengan mengarahkan mereka pada prinsip Firman Tuhan.

C. Dalam Masyarakat

  • Jadilah pembawa damai di lingkungan tempat tinggal Anda. Tunjukkan bahwa kasih Kristus mampu menyatukan perbedaan.
  • Contoh: Jika ada konflik antar tetangga, ambillah peran sebagai pendamai yang netral, mendorong kedua belah pihak untuk saling memahami.

 

5. Kesimpulan

Saudara-saudara, dari Kisah Para Rasul 15:6-11, kita belajar bahwa konflik bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi kesempatan untuk menyatakan kasih Allah dan menjaga persatuan.

  • Petrus dan para rasul menunjukkan bahwa pemimpin Kristen harus berani tampil untuk menyelesaikan konflik dengan hikmat dan kasih.
  • Kita dipanggil untuk meneladani mereka: mengutamakan kasih karunia Allah, menerima perbedaan, dan bekerja untuk perdamaian.

Ayo kita refleksikan: Apakah kita sudah berani tampil untuk menyelesaikan konflik dalam keluarga, gereja, atau masyarakat? Jika belum, mintalah hikmat dari Tuhan untuk menjadi alat pendamaian yang membawa kemuliaan bagi-Nya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025