Featured Post
Sifat Patriotisme Orang Karo
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Makam Pahlawan hanya ada dua di Indonesia, satu di Surabaya dan satu lagi di Kabanjahe Ibukota Kabupaten Karo. Sementara di kota kota yang lain termasuk di Jakarta yang ada Taman Makam Pahlawan. Taman Makam Pahlawan berbeda dengan Makam Pahlawan. Makam Pahlawan adalah tempat dimakamkannya para pahlawan yang gugur melawan penjajah. Sedangkan Taman Makam Pahlawan kebanyakan yang dimakamkan adalah orang orang yang berjasa bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang meninggal belakangan.
Mengapa Makam
Pahlawan ada di Kabanjahe ? Karena di
Kabanjahe dan sebagian wilayah Kabupaten Karo ada beberapa kali pertempuran melawan Belanda, sebelum
kemerdekaan dan juga saat agresi militer.
Makam Pahlawan Kabanjahe adalah
tempat dimakamkannya pemuda pemuda Karo yang gugur pada pertempuran merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Republic Indonesia.
Makam Pahlawan adalah identitas Pemuda Karo, yang penuh
keberanian melawan penjajah meskipun pengetahuan dan keterampilan berperang
sangat minim serta ditambah dengan alat alat perang serba ketinggalan; bambu
runcing dan tombak, pisau tumbuk lada (keris Karo). Namun karena semangat dan keberanian yang
tinggi tidak ada kegentaran mereka
melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Semangat patriotisme yang tinggi ternyata tidak hanya saat melawan penjajah, namun sampai sekarang pun semangat patriotisme itu tetap ada dalam diri putra putri Karo. Salah satu bukti kecil adalah banyaknya putra putri Karo yang memasuki dunia militer, dan berhasil sampai berpangkat Jenderal.
Pada awalnya saya menghitung ada sebanyak 49 orang yang
sudah berhasll menjadi Jenderal baik dari Kepolisian RI maupun dari 3 angkatan
Tentara Nasional Indonesia. Namun
setelah diberi info oleh beberapa orang sahabat, ternyata totalnya semua 51
orang. Lima puluh satu orang menjadi
jenderal Bintang 1 sd Bintang 3 dari total jumlah penduduk sekitar 1 juta jiwa
orang kKaro di seluruh dunia. Angka ini
kemungkinan menempatkan Suku Karo
penyumbang Jenderal terbanyak di Indonesia ini.
Sedangkan jumlah perwira menengah yang ada saat ini dari kepolisian dan
3 angkatan lebih kurang 120 an orang. Ada
satu orang putri Karo, beru sebayang saat ini menjabat sebagai Kapolres Magelang
Kota. Woow.
Adanya Makam Pahlawan dan banyaknya Putra Putri Karo berkarier sebagai polisi dan
tentara selain menunjukkan jati diri pemuda karo, juga meninggalkan tanda
tanya. Mengapa ?
Menurut pandangan saya pribadi penyebabnya ada dua. Yang pertama adalah bangsa Belanda memang
tidak suka / marah kepada Suku karo sehingga selalu ingin menundukkan orang
Karo. Lalu yang kedua karena memang
Suku Karo mempunyai kosakata yang maknanya
adalah untuk melawan.
Mari kita tinjau satu persatu. Mengapa Belanda tidak suka atau marah kepada Orang Karo ? Jawabnya bisa
ditemukan pada sejarah Belanda membuka
perkebunan di Sumatra Utara , khususnya perkebunan Tembakau Deli yang sangat
terkenal dulu. Perkebunan tembakau yang
dibuka di wilayah Suku Karo ini memang kerap ”diganggu” pemuda pemuda Karo, terutama pada malam hari. Dan Belanda sangat kewalahan mengamankan
perkebunannya sekalipun dengan mengerahkan tentara. Kebiasaan Orang Karo menyerang perkebunan di
malam hari akhirnya Belanda menamai Orang Karo sebagai “musuh berngi”. Berngi artinya malam, jadi musuh berngi sama
dengan musuh malam (hari) dengan senjata khas “eltep” atau
sumpit.
Senjata sumpit atau sumpitan adalah ruas bambu yang
dipotong, kemudian pelurunya adalah kayu atau bambu yang dibelah dan dipotong serta
diserut menjadi tajam serta dilumuri racun. Siapa yang sudah kena sumpitan tidak berapa
lama kemudian akan mati karena racun tadi.
Hal ini membuat Belanda ketakutan, sampai suatu saat merubah strateginya
dengan mengirim tenaga penginjil ke Tanah Karo.
Maskapai perkebunan Belanda akhirnya membiayai tenaga penginjil NZG untuk “mengkristenisasi”
Orang Karo dengan harapan gangguan “musuh berngi” itu bisa berkurang. Dari sisi yang lain ini juga lah menjadi
sejarah penginjilan kepada Orang Karo.
Tepatnya kedatangan Penginjil yang pertama di Desa Buluh Awar, dan
diperingati pada tanggal 12 April 1890.
Seorang tokoh Pemimpin Karo yang bernama Kiras Bangun (Gara
Mata) saat ini sudah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, tetap saja tidak
percaya akan tipu muslihat Belanda. Sehingga
saat pertama sekali Penginjil Belanda datang ke Kabanjahe (lebih kurang 35 km
dari Buluh Awar) harus dikawal tentara
Belanda, karena mereka takut diserang oleh pemuda karo anak buah si Gara Mata.
Penyebab yang kedua mengapa
sering terjadi pertempuran di wilayah orang Karo adalah adanya sebuah
ungkapan dalam Bahasa Karo “ carana e nge ateku lang” (cara dia
yang tidak sopan, tidak menghargai), dan kalau kesadaran ini sudah muncul, maka
orang Karo sudah siap untuk berduel sampai akhir (meninggal). Orang Karo terkenal sangat ramah, namun kalau
perasaannya sudah tersinggung, maka dia akan mempertahankan harga dirinya
dengan harga apapun.
Nah “suasana batin orang Karo” yang terungkap dalam “carana
e nge ateku lang”, membuat orang Karo tidak takut untuk berkelahi, berperang
melawan penjajah sekalipun peralatan perangnya sangat minim. Saya menduga salah satu yang menyebabkan
banyak pemuda karo yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda adalah
“menganggap Belanda tidak sopan” kepada orang Karo.
Nah dua hal diatas lah menurut hemat saya yang menjadi
penyebab mengapa di Kabanjahe ada Makam Pahlawan, dan mengapa Putra Putri Karo
banyak yang berminat dan berhasil sebagai alat Negara sebagai Polisi dan
sebagai Tentara Nasional Indonesia
.
Saya sebagai Putra Karo merasa sangat bangga. Dan menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 77 pada
bulan Agustus 2022 ini terbercik rasa kagum dan rasa hormat kepada para
Pahlawan yang telah gugur dan harapan besar kepada Petinggi Petinggi Militer
dan Polisi dari Suku Karo. Merdeka!
Komentar