Featured Post

Catatan Khotbah Minggu 12 Mei 2024

Gambar
 Minggu Eksaudi : Begiken Min O Jahwe Warna Mbentar Invocatio          :  “(Pilipi 3 : 16)” Ogen                     :  Perbahanen Rasul Rasul 1 : 1 - 5  (Tunggal )     Khotbah            :  Masmur 31 : 1 – 5      (Responsoria )     Thema                 :  Pemindon Lako Iampang-ampangi Tuhan              Khotbah : Masmur 31 : 1 – 5     Masmur Daud. Ku Kam aku cicio o TUHAN ula pelepas aku kemalun. Kam kap Dibata si bujur, mindo aku, maka IkeliniNdu aku. Begiken min pertotonku pedas min Kam reh mulahi aku. Jadi min Kam deleng batu inganku cicio, kubungku si nteguh inganku terkawal. Kam kap ingan cebuni dingen bentengku, tegu-tegu dingen babai aku erkiteken GelarNdu. Tegu-tegu aku maka ula aku kena siding itogeng kalak man bangku. Ampang-ampangi aku maka ula aku kena cilaka. Pembukaan   Syalomm mejuah juah senina ras turang, Kidekah nggeluh manusia ibas doni enda, lit lalap perbeben.  Lit nge lalap kiniseran, kiniseraan si mengancam keselamatan ta.  Tapi lit ka nge jalan keluar,

Sifat Patriotisme Orang Karo

 Makam Pahlawan hanya ada dua di Indonesia, satu di Surabaya dan satu lagi di Kabanjahe Ibukota Kabupaten Karo.  Sementara di kota kota yang lain termasuk di Jakarta yang ada Taman Makam Pahlawan.  Taman Makam Pahlawan berbeda dengan Makam Pahlawan.  Makam Pahlawan adalah tempat dimakamkannya para pahlawan yang gugur melawan penjajah.  Sedangkan Taman Makam Pahlawan kebanyakan yang dimakamkan adalah orang orang yang berjasa bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang meninggal belakangan.

Mengapa  Makam Pahlawan ada di Kabanjahe ?  Karena di Kabanjahe dan sebagian wilayah Kabupaten Karo ada beberapa kali  pertempuran melawan Belanda, sebelum kemerdekaan dan juga saat agresi militer.  Makam Pahlawan Kabanjahe  adalah tempat dimakamkannya pemuda pemuda Karo yang gugur pada pertempuran merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republic Indonesia.

Makam Pahlawan adalah identitas Pemuda Karo, yang penuh keberanian melawan penjajah meskipun pengetahuan dan keterampilan berperang sangat minim serta ditambah dengan alat alat perang serba ketinggalan; bambu runcing dan tombak, pisau tumbuk lada (keris Karo).  Namun karena semangat dan keberanian yang tinggi  tidak ada kegentaran mereka melawan penjajah Belanda dan Jepang.

Sumber photo : Diskominfo Karo

Semangat patriotisme yang tinggi ternyata tidak hanya saat melawan penjajah, namun sampai sekarang pun semangat patriotisme itu tetap ada dalam diri putra putri Karo.  Salah satu bukti kecil adalah banyaknya putra putri Karo yang memasuki dunia militer, dan berhasil sampai berpangkat Jenderal. 

Pada awalnya saya menghitung ada sebanyak 49 orang yang sudah berhasll menjadi Jenderal baik dari Kepolisian RI maupun dari 3 angkatan Tentara Nasional Indonesia.  Namun setelah diberi info oleh beberapa orang sahabat, ternyata totalnya semua 51 orang.  Lima puluh satu orang menjadi jenderal Bintang 1 sd Bintang 3 dari total jumlah penduduk sekitar 1 juta jiwa orang kKaro di seluruh dunia.  Angka ini kemungkinan  menempatkan Suku Karo penyumbang Jenderal terbanyak di Indonesia ini.  Sedangkan jumlah perwira menengah yang ada saat ini dari kepolisian dan 3 angkatan lebih kurang 120 an orang.  Ada satu orang putri Karo, beru sebayang saat ini menjabat sebagai Kapolres Magelang Kota. Woow.

Adanya Makam Pahlawan dan banyaknya  Putra Putri Karo berkarier sebagai polisi dan tentara selain menunjukkan jati diri pemuda karo, juga meninggalkan tanda tanya.  Mengapa ?

Menurut pandangan saya pribadi penyebabnya ada dua.  Yang pertama adalah bangsa Belanda memang tidak suka / marah kepada Suku karo sehingga selalu ingin menundukkan orang Karo.   Lalu yang kedua karena memang Suku Karo mempunyai kosakata yang maknanya  adalah untuk melawan.

Mari kita tinjau satu persatu.  Mengapa Belanda tidak suka  atau marah kepada Orang Karo ? Jawabnya bisa ditemukan pada sejarah  Belanda membuka perkebunan di Sumatra Utara , khususnya perkebunan Tembakau Deli yang sangat terkenal dulu.   Perkebunan tembakau yang dibuka di wilayah Suku Karo ini memang kerap ”diganggu” pemuda pemuda  Karo, terutama pada malam hari.  Dan Belanda sangat kewalahan mengamankan perkebunannya sekalipun dengan mengerahkan tentara.  Kebiasaan Orang Karo menyerang perkebunan di malam hari akhirnya Belanda menamai Orang Karo sebagai “musuh berngi”.  Berngi artinya malam, jadi musuh berngi sama dengan musuh malam (hari) dengan senjata khas “eltep” atau sumpit.

Senjata sumpit atau sumpitan adalah ruas bambu yang dipotong, kemudian pelurunya adalah kayu atau bambu yang dibelah dan dipotong serta diserut menjadi  tajam serta  dilumuri racun.  Siapa yang sudah kena sumpitan tidak berapa lama kemudian akan mati karena racun tadi.  Hal ini membuat Belanda ketakutan, sampai suatu saat merubah strateginya dengan mengirim tenaga penginjil ke Tanah Karo. 

Maskapai perkebunan Belanda akhirnya membiayai  tenaga penginjil NZG untuk “mengkristenisasi” Orang Karo dengan harapan gangguan “musuh berngi”  itu bisa berkurang.  Dari sisi yang lain ini juga lah menjadi sejarah penginjilan kepada Orang Karo.  Tepatnya kedatangan Penginjil yang pertama di Desa Buluh Awar, dan diperingati pada tanggal 12 April 1890. 

Seorang tokoh Pemimpin Karo yang bernama Kiras Bangun (Gara Mata) saat ini sudah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, tetap saja tidak percaya akan tipu muslihat Belanda.  Sehingga saat pertama sekali Penginjil Belanda datang ke Kabanjahe (lebih kurang 35 km dari Buluh Awar) harus dikawal  tentara Belanda, karena mereka takut diserang oleh pemuda karo anak buah si Gara Mata.

Penyebab yang kedua mengapa  sering terjadi pertempuran di wilayah orang Karo adalah adanya sebuah ungkapan dalam Bahasa Karo “ carana e nge ateku lang” (cara dia yang tidak sopan, tidak menghargai), dan kalau kesadaran ini sudah muncul, maka orang Karo sudah siap untuk berduel sampai akhir (meninggal).  Orang Karo terkenal sangat ramah, namun kalau perasaannya sudah tersinggung, maka dia akan mempertahankan harga dirinya dengan harga apapun. 

Nah “suasana batin orang Karo” yang terungkap dalam “carana e nge ateku lang”, membuat orang Karo tidak takut untuk berkelahi, berperang melawan penjajah sekalipun peralatan perangnya sangat minim.  Saya menduga salah satu yang menyebabkan banyak pemuda karo yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda adalah “menganggap Belanda tidak sopan” kepada orang Karo.

Nah dua hal diatas lah menurut hemat saya yang menjadi penyebab mengapa di Kabanjahe ada Makam Pahlawan, dan mengapa Putra Putri Karo banyak yang berminat dan berhasil sebagai alat Negara sebagai Polisi dan sebagai Tentara Nasional  Indonesia . 

Saya sebagai Putra Karo merasa sangat bangga.  Dan menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 77 pada bulan Agustus 2022 ini terbercik rasa kagum dan rasa hormat kepada para Pahlawan yang telah gugur dan harapan besar kepada Petinggi Petinggi Militer dan Polisi dari Suku Karo.  Merdeka!

Komentar

Unknown mengatakan…
Tulisan yang memiliki pencerahan bagi generasi penerus, belum mengetahui peristiwa para pahlawan. Dengan tulisan ini kami generasi ( muda - mudi )mampu memahami dasar kemerdekaan Indonesia, terkhususnya nama2 para Pahlawan yg sudah terhapus di beberapa buku di terbitkan.

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023