“Kasih tahu Pak Jokowi,
ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan
menengah, rakyat yang mencintai dia juga”. Inilah
perkataan dari Menteri Perindustrian MS Hidayat menyikapi pandangan
Jokowi tentang penjualan mobil murah ramah lingkungan, Low Car Green Car (LCGC). Jokowi memang tidak terlalu mendukung penjualan mobil murah ini karena kepadatan lalu lintas Jakarta.
Sikap Jokowi yang tegas
dan berani berkata tidak kepada LCGC ternyata membuat menteri
perindustrian merespon dengan kata kata, yang menurut saya mengandung
arogansi. “kasih tahu Pak Jokowi”. Sebenarnya
bisa diganti dengan kata kata yang lebih halus, “kami akan diskusikan
dengan Pak Jokowi bagaimana cara meminimalisir dampak penjualan mobil
murah ini terhadap kemacetan Jakarta”. Kalimat ini tentu lebih sejuk, dan tidak menimbulkan gejolak seperti saat ini.
Namun akhirnya
kata kata yang keluar dari mulut menteri perindustrian adalah kata kata
yang mengandung serangan terhadap kebijakan Jokowi. Langsung saja kalimat ini oleh media on line maupun media arus utama tersebar kemana mana, dan menteri perindustrian pun seketika menjadi terkenal . Sama seperti Farhat Abbas yang sangat getol menyerang Jokowi dan Ahok untuk mendongkrak popularitasnnya.
Menteri MS Hidayat memperkuat argumennya, harus
diberikan kesempatan kepada rakyat kecil yang mencintai Pak Jokowi
untuk bisa membeli mobil murah,” kata Hidayat di Kompleks Istana
Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/9/2013 ). Hidayat menambahkan lagi,
tidak ada salahnya jika rakyat yang memiliki kemampuan lalu membeli
mobil murah. Ia berseloroh, Indonesia sudah 68 tahun merdeka, masa rakyat miskin tidak boleh membeli mobil murah (Kompas.com)
Menurut MS Hidayat mobil murah ini hanya akan dibeli oleh rakyat yang berpenghasilan rendah saja. Keyakinan
ini sangat tidak beralasan, karena rakyat menengah bawah tersebut belum
akan mampu membeli mobil dan sekaligus menyediakan garasi tempat parkirnya. Jangan
jangan mobil LCGC hanya kesempatan bagi orang orang menengah ke atas
untuk menambah mobilnya menjadi mobil kedua atau mobil ketiga dan
keempat. Dan selanjutnya dipakai untuk mengelabui salah satu rencana Jokowi membatasi pemakaian mobil pribadi dengan nomor ganjil genap. Bagaimana kalau justru LCGC ternyata lebih banyak dibeli oleh masyarakat yang sudah memiliki mobil, dengan meminta nomor khusus? Meminta ganjil untuk melengkapi mobilnya yang mempunyai nomor genap dan sebaliknya.
Jokowi memang dengan tegas menolak penjualan mobil murah LCGC ini untuk wilayah Jakarta dan sekitar.
“”Enggak (setuju). Kita pusing
ngalamin itu,” ujar Jokowi di sela-sela
blusukan
ke Kelurahan Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Kamis (12/9/2013) pagi.
Meski demikian, Jokowi tidak dapat menolak keberadaan peraturan tentang
izin produksi
car
(LCGC) tersebut. Jokowi akan berupaya mengantisipasi efek negatif dari
peraturan yang dibuat pemerintah pusat tersebut melalui kebijakan di
Pemerintah Provinsi DKI. (
Kompas.Com)
Pada tahun 2011 saja sudah ada sekitar 12 juta kenderaan hilir mudik di Jakarta.
Kenderaan tersebut terdiri dari mobil sekitar 2,5 juta unit dan sepeda motor
sekitar 9,8 juta unit.
Pertambahan penjualan mobil dan motor di Jakarta pada tahun 2011 adalah mobil 240 per hari dan motor sebanayk 890 per hari.
Dengan meluncurnya mobil murah ke pasaran, jangan jangan penjualan mobil bisa menembus angka penjualan 400 mobil per hari.
Sedangkan penjualan sepeda motor pun tidak mungkin lagi dikurangi.
Bisa dibayangkan seberapa macet jadinya kota Jakarta jika setiap hari ada 13 juta atau bahkan 14 juta mobil hilir mudik.
Sedangkan pertambahan jalan hanya 0,01 persen per tahun.
Jadi jelas penolakan Jokowi lebih logis dan didukung fakta serta disampaikan dengan keberanian.
Sedangkan tanggapan MS Hidayat saya lihat lebih emosional, arogan
dan sengaja ingin mengambil kesempatan
untuk menyerang kebijakan Pak Jokowi yang
ndeso ini.
Bagaimana menurut rekan rekan kompasianer yang lain?
Komentar