Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

Aceng Fikri Memang Berbeda Dengan Yusuf

Masih ingat Aceng Fikri yang namanya melambung menjadi perbincangan di seluruh dunia?  Benar dia adalah Bupati Kabupaten Garut yang heboh karena berhasil  menceraikan istrinya yang bariu dinikahinya selama 4 hari.  Proses perceraiannya pun sangat aneh dan amat mengeritken dahi, yaitu melalui sms.   Surat cerai dia tulis di gadget atau smart phone nya, tentu isinya pun sangat ringkas dan to the point, lalu Klik.  Hanya satu kali klik, surat elektronik itu menyebar mencari tangan pemegang hp dimanapun dia berada.  Keujung dunia manapun dia, asal nomornya klop, maka surat  itu akan datang membawa beritanya.


Berita menggelagar itu menggoncang Fany Octora, gadis belia berusia 18 tahun, Sang Istri Baru yang dicerai.  Baru 4 hari Choy…, lalu dicerai.  Alasannya sangat merendahkan kaum wanita, katanya tidak perawan lagi.  Lalu sms perceraian itu dibumbui  dengan makian dan hinaan kata kata “Penipu”.


Ah dasar laki laki,  wanita muda itu dikawini, ditiduri, lalu setelah itu dikatakan tidak gadis lagi dan diceraikan lewat pesan singkat sms.  Betapa pernikahan hanya  dijadikan untuk arena g pemuasaan nafsu.  Laki laki itu  sangat  melecehkan wanita dan merendahkan nilai nilai kemanusiaan.   Akibatnya  kita semua sudah tahu.


Kisah yang hampir mirip pernah terjadi sekitar dua ribu tahun yang lalu.  Seorang laki laki yang sangat lugu, bukan Bupati tapi hanya tukang kayu biasa mendapati tunangannya tiba tiba hamil.  Padahal dia belum resmi menikah, baru bertunangan.  Menurut adat saat itu kalau masih bertunangan dilarang sekali mencium apalagi menyetubuhi tunangannya.  Si laki laki yang bernama Jusuf ini  jelas sekali sangat terkejut campur marah,  sedih campur kecewa, stress campur nekad menghadapi peristiwa ini.


Dia bermaksud menceraikan diam diam tunangannya dengan cara meninggalkannya.  Dia tidak memakai  hp nya dan mengirimkan sms percerarian kala itu bukan hanya karena hp nya tidak ada atau belum ada, tapi karena sikap dan attitude serta sistem nilainya yang tidak sedikitpun menimbulkan niat seperti itu.



Jusuf  si laki laki bertunangan ini berfikir keras,  dan niatnya sudah bulat untuk melarikan diri supaya dirinya dan nama besar keluarganya tidak terkena aib karena kehamilan tunangannya diluar nikah.  Pada  titik kritis yang paling genting, pada malam hari dia mau lari sejauh mungkin,  sebuah bisikan halus datang kedalam mimpi di tidurnya.
 
Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 

 Yusuf akhirnya mengikuti pesan halus yang sangat berwibawa itu.  Mendampingi Maria dalam proses persalinan anak yang dikandungnya.  Peristiwa itu lalu dikenang manusia sepanjang jaman, dan dirayakan di seluruh pelosok dunia sebagai hari raya Natal, memperingati kelahiran Yesus Kristus.

Makna Pernikahan.

Seorang rekan pernah mengatakan bahwa  manusia perlu menyadari dan mempertahankan pandangan bahwa pernikahan itu sakral dan sarat dengan makna yang amat hakiki dalam kehidupan. Pernikahan bukan hanya bermaksud untuk menciptakan kesempatan bersenang senang atau rekreasi, tapi lebih dari itu pernikahan adalah upaya manusia untuk berkreasi, menciptakan untuk mewariskan sesuatu dalam kehidupan ini.

Ringkasnya adalah bahwa sebuah pernikahan harus dipandang sebagai perwujudan rencana Allah dalam kehidupan manusia.  Ide untuk menikah itu datang dari Allah sendiri, untuk membuat kehidupan manusia itu sempurna dan mampu berketurunan.  Dan keturunan manusia, yakni anak anaknya  lahir  dari pria dan wanita yang bergabung dalam satu ikatan kasih yang kekal.  Dan karena pernikahan adalah ide Allah, maka manusia harus menyikapinya dengan sakral dalam arti sekali menikah maka harus lah dijaga dan dipertahankan selama lamanya.  Yusuf jelas mempertahankan pernikahannya karena itu adalah rencana Allah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025