Sekitar 6 tahun yang lalu saya membaca sebuah artikel
dalam satu majalah bisnis yang menceritakan seorang kepala riset dalam
perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat ingin keluar dari
perusahaannya. Alasannya keluar sangat kuat dan sangat pribadi.
Ditahan dengan cara apapun nampaknya dia tidak mau lagi karena sudah
belasan tahun berkarier ditempat itu.
Seluruh persyaratan administrasi sudah dipenuhi, segala kewajiban
kewajiban nya dan hak hak nya pun sudah diselesaikan dengan cara yang
win win. Dia akan keluar dengan baik baik meninggalkan perusahaannya.
Namun setelah keluar, syukur bagi perusahaan lamanya ini jika dia tidak
memilih bekerja lagi di perusahaan farmasi kompetitor. Namun jika dia
bekerja diperusahaan kompetitor, dan dia membawa serta pengetahuannya
dari perusahaan lama, maka perusahaan nya yang lama akan merasa rugi
sekali dan bisa bisa market share nya tergerusi oleh perusahaan
kompetitor. Maklum diperusahaan Farmasi sangat mementingkan hasil
riset terhadap temuan temuan baru. Maka itu, jika salah satu asset
(Human Capital) terbesar adalah tenaga tenaga periset, apalagi kepala perisetnya.
Sang
Chief Excecutive Officer (CEO) pada saat itu ingin
mengadakan percakapan terakhir dengan kepala risetnya yang mau keluar.
Lalu kepala riset ini diundang untuk bercakap cakap santai, dan dipilih
tempatnya di rumah sang CEO. Dia disuruh datang pada pagi hari dan
mereka akan bercakap cakap sambil sarapan pagi. Sang kepala riset ini
berfikir mungkin dari rumah nanti bosnya akan mengajak dia pergi ke
suatu restaurant untuk tempat sarapan dan percakapan mereka.
Namun begitu sampai dirumah atasannya sang CEO, dia langsung diajak ke
dapur dan dipersialahkan duduk. Si CEO berkata, silahkan kamu duduk,
saya kan memasak sarapan pagi sambil kita bercakap cakap.
Heran dan terkejut sekali si kepala riset yang mau keluar ini mendapat
tawaran dibuatkan sarapan pagi oleh atasannya di dapurnya.
Benar, sang CEO mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk membuatkan
sarapan pagi untuk mereka berdua. Dan sambil menikmati sarapan pagi
mereka bercakap cakap. Tadinya rencananya hanya dua jam, tapi pada saat
itu mereka bercakap cakap sampai sore.
Ketika suatu saat teman teman si kepala riset ini ditanya di kantor
mengapa tidak jadi keluar, dengan enteng dia menjawab : “Siapa yang
sampai hati meninggalkan seorang teman yang bersedia membuatkan sarapan
pagi untuk kita”.
Ternyata sentuhan kemanusiaan, keterbukaan, dan kesetaraan berfikir
bersikap dan berbuat lah yang membuat seseorang bertahan lama disuatu
tempat.
Kisah yang mirip baru saja terjadi di Indonesia. Namun kali ini
berbalik. Bukan CEO menahan anak buahnya yang mau keluar, namun anak
buah lah yang mampu menahan kepindahan seorang CEO yang mau keluar.
Begini ceritanya.
Karena mampu menciptakan keuntungan yang sangat spektakuler diperusahaan
yang dia pimpin Elia Massa Manik hendak ditarik dari Elnusa karena
hendak dipromosikan untuk menjadi CEO pada salah satu BUMN terbesar di
Indonesia. Beberapa menteri yang menjadi atasannya hendak mempromosikan
dia, termasuk juga dengan mengusulkannya langsung kepada Presiden SBY.
Rencana ini didengar oleh karyawan di PT Elnusa, dan para karyawan tidak
setuju dengan kepindahan pimpinan yang sangat dekat dengan hati
mereka. Para karyawan sangat kagum dan merasa dekat dengan pimpinan
yang berpenampilan sangat sederhana dan menghindarkan protokoler.
Apalagi terbukti bisa meraih keuntungan hampir 400 % hanya dalam waktu
satu satu tahun.
Tanpa dikomando oleh siapapun para karyawan ini pada suatu sore bermai
ramai datang berkunjung kerumah sang CEO Elia Massa Manik. Mulai dari
managemen atas sampai
office boy (OB) pun turut serta, sebagai
bukti bahwa semua level karyawan sangat menyukai pimpinannya. Mereka
semua menyampaikan isi hatinya yang intinya ketidak setujuan kalau Massa
Manik meninggalkan Elnusa pada saat ini. Bahkan ada karyawan yang
sampai menangis saat mengatakan keinginannya untuk tetap dipimpin oleh
sang atasan.
Ketika beberapa hari kemudian Massa Manik mengatakan tidak jadi
keluar, saya bertanya apa alasannya. Beliau mengatakan salah satu
alasannya adalah tangisan anak buahnya. “Saya tidak sampai hati
meninggalkan karena mengingat tangisan mereka”, katanya. Lagipula
saya merasa belum tuntas membentuk kerangka bisnis Elnusa, katanya
menambahkan.
Sebuah tangisan berhasil membuat sang CEO tetap bertahan. Betapa
sentuhan kemanusiaan, keterusterangan terbukti kembali membuat seseorang
bertahan didalam satu organisasi. Padahal tawaran yang diberikan
kepadanya adalah menjadi pimpinan pada organisasi yang berlipat lipat
kali lebih besar.
Pelaku The 8 Habit.
Massa Manik bukan hanya pimpinan hebat yang lemah
management skill nya. Atau manager hebat yang lemah
ledership skill nya. Tapi Massa Manik adalah seorang yang paripurna, dua duanya hebat.
Leadership skill dan
Management skill
nya sama sama hebat. Buktinya, target Elnusa tercapai bahkan
melebihi harapan, dan karyawannya semua berani mendekat dan berbicara
langsung kepadanya.
Massa Manik Menyatu Dengan Karyawan PT Elnusa. Sumber Foto : Elnusa.Co.id
_
Bahkan yang paling mengagumkan adalah ditemukannya visi 25 tahun PT
Elnusa. Yaitu perusahaan ini dibawa untuk menguasai market share 25
persen. Apa yang dilakukan untuk mencapainya, sudah disusun dengan
sangat rapi untuk 5 tahun pertama (lihat tulisan sebelumnya
disini).
Pada masa 5 tahun kedepan akan dianggarkan investasi lebih kurang $ 500
juta, dengan rata rata $100 juta setiap tahunnya. Strategi yang akan
dicapai adalah dengan merubah konsep bisnis tidak lagi hanya sebagai
perusahaan jasa pada industri hulu minyak dan gas. Namun menjadi
perusahaan yang menyuplai energi yang dibutuhkan oleh setiap industri
minyak dan gas dan juga industri lainnya. Juga direncanakan agar mampu
Go International sejak tahun 2013.
Investasi didapat dengan mengadakan
right issue pada tahun 2014, dan juga mengadakan
road show
ke bank bank untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga yang paling
lunak. Beberapa Bank menawarkan diri dengan memberikan pinjaman sampai $
500 juta. Mereka belum memutuskan meminjam dari bank mana, karena akan
mempertimbangkan dengan ketat serta memilih bank dengan suku bunga
pinjaman yang paling kecil.
Grand Design untuk 25 tahun kedepan pun menurut Massa Manik akan mereka selesaikan dijung tahun ini. Sehingga
road map 25 tahun kedepan untuk meraih
market share
25 % sudah terang dan jelas. Tentu semangat kerja keras karyawan untuk
meraihnya pun akan meningkat jika design nya jelas kata Massa Manik.
Punya Visi dan Misi yang jelas, strategi pun sudah disusun, lalu
karyawan diberdayakan secara mental (pengetahuan dan ketrampilan),
memperhatikan kesejahteraan dan perumahan karyawan, lalu memimpin
dengan hati dan keteladanan adalah strategi Massa Manik dalam memimpin
PT Elnusa. Strategi Massa Manik sangat sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Steven Covey dalam bukunya
The 8 habit. Bahwa seorang pimpinan harus selalu mengingat 4 dimensi manusia; mental, hati, tubuh dan jiwa.
Mental butuh pengetahuan, visi dan sasaran untuk dicapai. Hati butuh
sentuhan dengan cara mendengarkan mereka dan melengkapi dengan startegi
untuk mencapai visi. Tubuh butuh kekuatan, makanan dan kesehatan
dengan cara menghilangkan semua pikiran negatif dan stress, butuh
ransum. Serta jiwa membutuhkan kebanggaan. Jiwa menunggu
keteladanan. Jangan biarkan mereka sendirian, tapi pimpinan itu harus
serta merta datang membantu setiap saat anak buah membutuhkan bantuan.
Inilah profesionalisme.
Massa Manik ternyata telah mempraktekkan kepemimpinan berdasarkan konsep
The 8 Habit,
di PT Elnusa yang dia pimpin sehingga mampu melakukan terobosan out of
darkness dengan gemilang. Temukan suara hatimu, dan bantu mereka
semua menemukan suara hati mereka, adalah slogan Steven Covey untuk
meringkaskan The 8 Habit yang sangat berguna itu.
Ahh hebat sekali dan membanggakan sekali berita ini di tengah maraknya
berita berita tak sedap di sekitar perusahaan ber plat merah, BUMN.
Tidak salah kalau PT Elnusa diusulkan sebagai percontohan (kepemimpinan
dan penciptaan ulang strategi bisnis) perusahaan perusahaan ber plat
merah, sehingga suatu saat semua BUMN bisa meraih keuntungan yang masuk
ke kas negara. Dampaknya para karyawan dan pimpinanannya pun bangga
serta mempunyai keberanian menolak tekanan tekanan dari Anggota DPR.
Selamat Natal…
Komentar