Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 3 – 9 Nopember 2024

Gambar
    Ulangan 10 : 12 - 22 Thema : Ndalanken Kebujuren                                 Ulangan 10 : 12 – 22 10:12 "Genduari o, bangsa Israel, begikenlah kai si ituntut TUHAN Dibatandu man bandu: Sembah lah TUHAN ; dahiken kerina si iperentahkenNa. Kelengi lah Ia; dahi lah dahinNa alu bulat ukurndu , 10:13 dingen ikutken kerina undang-undangNa. Kubereken undang-undangNa man bandu sendah tama kesangapen man bandu . 10:14 Langit si meganjangna kal pe TUHAN empuna. Doni ras kerina isina pe TUHAN kap empuna. 10:15 Tapi mbelin kal kekelengen TUHAN man nini-ninindu, e maka ipilihNa kam i bas kerina bangsa-bangsa nari; janah seh asa genduari pe kam tetap denga bangsa pilihenNa. 10:16 E maka mulai genduari nari, erkemalangenlah man TUHAN olanai mekeng. 10:17 TUHAN Dibatandu, ganjangen kap asa kerina dibata-dibata ras gegehen asa kerina kuasa-kuasa si deban. Ia kap Dibata si mbelin dingen mbisa, janah si nasa lit mbiar man baNa. La Ia rayo-ayo ras la Ia nggit ngalo sogok.

Lubbecke Bukan Samaria


10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.


10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.




Lubbecke bukanlah Samaria.  Jadi orang Samaria bukanlah orang Jerman, namun kami merasa diperlakukan  oleh Orang Samaria ketika selama sekitar 25 hari berada di Lubbecke Jerman.   Khususnya perlakuan orang Samaria yang ada di dalam Lukas 10 : 33-35.  Orang Samaria yang dikisahkan oleh Jesus sendiri dalam Nas itu sangat perfect di dalam mempraktekkan  kasih persaudaraan yang dipahaminya.
Orang Samaria itu melihat (1) orang yang terluka  karena dirampas dan dipukuli sehingga terkapar di tengah jalan.  Sebelumnya ada dua orang petinggi agama lewat, namun pura pura tidak melihat orang yang terkapar, bahkan mereka sengaja melintas  dari seberang jalan.  Membiarkan  sang korban, mengerang kesakitan dibawah terik matahari gurun pasir.  Dan ketika  orang Samaria itu melintas di jalan yang sama, dia melihat, lalu mengikuti kata hatinya untuk datang menghampiri  (2) yang terluka.

 
Ia lalu membalut (3) luka lukanya, lalu menyiramnya dengan minyak (4) dan menyiramnya lagi dengan anggur (5) .  Tidak berhenti perhatiannya, dan tidak putus belas kasih nya;  ia lalu menaikkan (6) orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri.  Pasti berat rasanya, dan sangat hati hati sekali dia karena takut si korban merasa kesakitan saat dipapahnya naik ke atas keledainya.  Mereka berjalan, keledai membawa si korban, lalu Sang Samaria sendiri  berjalan kaki menelusuri jalanan panas berbatu menuju rumah penginapan (7) dan kembali dengan sangat hati hati dia merawatnya (8).


Selesai kah tanggung jawabnya?  Belum, masih ada yang lebih hebat lagi.  Besoknya dia menyerahkan uang dua dinar (9) kepada  pemilik penginapan.  Nampaknya malam itu dia menginap juga menemani  Sang Korban di penginapan,  dia tidak meninggalkannya sendirian.   Lalu dia memberi perintah kepada sang pemilik penginapan, “Rawatlah ia” (10)  dan jika kau belanjakan lebih dari (uang) ini  aku akan menggantinya saat aku kembali (11).


Ada 11 hal yang dilakukan  orang Samaria yang sebenarnya bukan dianggap teman oleh Sang Korban.  Namun dia tulus berbalutkan keikhlasan ketika  dalam menolong  si orang malang yang digambarkan.  Perfect, tidak tanggung tanggung   melakukan praktek Kasih.    Hal yang sama  yang kami rasakan di Jerman, di Lubbecke.   Kami diperlakukan dengan sangat hormat, dengan sangat baik, dengan sangat manusia, dengan sangat ikhlas, dengan sangat ceria.  Lebih dari 11 hal, bahkan 11 kali 11 kali 11.


Kami dikirimi surat Undangan dan asuransi untuk memenuhi tuntutan terhadap  pengurusan Visa di Medan di Jakarta.  Lalu kami disediakan tiket pulang pergi Medan-Kuala Lumpur, Amsterdam.   Kami di Jemput di Schiphol Amsterdam  lalu di bawa dengan 3-4 jam perjalanan ke lambung Kota Lubbecke, yang namanya pun masih sangat asing bagi kami.  Seterusnya  kami disuguhi  makanan, minuman, pertemanan, musik  pujian, nyanyian, tepuk tangan dan sambutan hangat  oleh setiap orang yang kami
temui.

Kami pun terheran heran saat menikmati Sosis Panggang “Barbeque” yang dicampur dengan Sambel Ulek khas Indonesia.  Berpadu dengan minum Beer Khas Jerman yang sangat nikmat dalam rasa kecut di lidah, namun sangat lezat di tenggorokan

Lalu, apa yang tidak di dengar telinga, tak dilihat oleh mata dan tidak di sadari oleh Otak kami  perlahan dengan sangat terencana  ditunjukkan dan diberikan kepada kami satu persatu  untuk kami  lihat, jamah, sentuh, dan alami.   Maka bergejolaklah panca indra kami dalam sukacitanya yang paling sejati. 
Hari demi hari, bahkan jam demi jam  sejak tanggal 25 Juni sampai 20 Juli 2012 disusunlah seluruh kegiatan  dengan sangat apik.  Sempurna, seperti kasih orang Samaria.   Pengalaman kami segunung bertambah,  perasaan kami  terpuaskan oleh kegembiraan  yang sangat murni.


                                        Berjalan di Hutan yang dimiliki oleh Kelmpok Tani di Jerman

Dari Oberbauershacft ke Bad HolzHausen, Dari Lubbecke ke Taize di Prancis,  dari Gereja ke Supermarket,  dari Minden ke Amsterdam.  Dari  mobil VW  dan Naik Ferry,  dari naik Bus dan mobil mewah Sedan Jerman, bahkan ada kalanya kami menikmati kemewahan berjalan kaki.  


Melihat Rumah Sakit yang sangat rapi, asri dan penuh dengan jiwa pelayanan.   Melihat sekolah untuk melatih skill dan knowledge tukang tukang kayu dan bangunan.  Mengunjungi  pabrik alat percetakan yang sangat canggih,  sampai  pertanian yang sangat modern.


 Melihat tempat bekerja untuk orang orang khusus berkekurangan sampai berkunjung ke rumah modern yang dikhususkan untuk para orang tua.  Melihat Mill yang ditarik oleh kuda, sampai kepada  pelayanan sosial untuk korban keganasan  human trafficking (perdagangan manusia) yang akhirnya dipaksa menjadi wanita prostitusi.



Melihat Stadion Bola yang sangat modern  yang terletak di kota kabupaten di pegunungan.  Mengunjungi sekolah TK yang fokus kepada permainan dan pembelajaran  nilai nilai kehidupan.  Tak ketinggalan disediakan  waktu khusus bagi  kami berjalan jalan di Hutan yang dikelola dengan sangat natural  dengan udaranya sejuk membuai.



Orang Samaria itu turun dari keledainya, dan berjalan kaki menuntun si korban.  Sahabat kami, orang Jerman itu keluar dari kamar pribadinya dan memilih tidur di Sofa di ruang tamu dan membiarkan kami tidur di kamarnya.  Orang Samaria itu berkata rawatlah dia, pakai uang ini dua hari lagi saya akan datang dan mengganti kekurangannya.  Sahabat kami Orang Jerman itu berkata, tahun depan kami datang ke klasismu, dan tahun 2015  kalian datang lagi ke Lubbecke.

 
Maka kekallah kisah Orang Samaria itu akan diceritakan dan memberi  inspirasi terus sepanjang jaman.  Maka kekal jugalah  hubungan atau partnership  Klasis Sibolangit dengan  Klasis Lubbecke.  Karena Tuhan Yesus memang menginginkan semua manusia saling mengasihi dengan sempurna.  Kasih itu Universal  di dalam  darah yang semuanya  merah.  Sebab dengan demikian Nama Yesus akan dimuliakan dan membumbung tinggi dalam ingatan semua manusia.   Seperti   menara Gereja St Andreas yang membumbung tinggi ke langit cerah kota Lubbecke.    Jerman bukan Samaria dalam peta,  namun Jerman adalah Samaria  dalam mengasihi.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024