10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Lubbecke bukanlah Samaria. Jadi orang Samaria bukanlah orang Jerman, namun kami merasa diperlakukan oleh Orang Samaria ketika selama sekitar 25 hari berada di Lubbecke Jerman. Khususnya perlakuan orang Samaria yang ada di dalam Lukas 10 : 33-35. Orang Samaria yang dikisahkan oleh Jesus sendiri dalam Nas itu sangat
perfect di dalam mempraktekkan kasih persaudaraan yang dipahaminya.
Orang Samaria itu melihat (1) orang yang terluka karena dirampas dan dipukuli sehingga terkapar di tengah jalan. Sebelumnya ada dua orang petinggi agama lewat, namun pura pura tidak melihat orang yang terkapar, bahkan mereka sengaja melintas dari seberang jalan. Membiarkan sang korban, mengerang kesakitan dibawah terik matahari gurun pasir. Dan ketika orang Samaria itu melintas di jalan yang sama, dia melihat, lalu mengikuti kata hatinya untuk datang menghampiri (2) yang terluka.
Ia lalu membalut (3) luka lukanya, lalu menyiramnya dengan minyak (4) dan menyiramnya lagi dengan anggur (5) . Tidak berhenti perhatiannya, dan tidak putus belas kasih nya; ia lalu menaikkan (6) orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri. Pasti berat rasanya, dan sangat hati hati sekali dia karena takut si korban merasa kesakitan saat dipapahnya naik ke atas keledainya. Mereka berjalan, keledai membawa si korban, lalu Sang Samaria sendiri berjalan kaki menelusuri jalanan panas berbatu menuju rumah penginapan (7) dan kembali dengan sangat hati hati dia merawatnya (8).
Selesai kah tanggung jawabnya? Belum, masih ada yang lebih hebat lagi. Besoknya dia menyerahkan uang dua dinar (9) kepada pemilik penginapan. Nampaknya malam itu dia menginap juga menemani Sang Korban di penginapan, dia tidak meninggalkannya sendirian. Lalu dia memberi perintah kepada sang pemilik penginapan, “Rawatlah ia” (10) dan jika kau belanjakan lebih dari (uang) ini aku akan menggantinya saat aku kembali (11).
Ada 11 hal yang dilakukan orang Samaria yang sebenarnya bukan dianggap teman oleh Sang Korban. Namun dia tulus berbalutkan keikhlasan ketika dalam menolong si orang malang yang digambarkan. Perfect, tidak tanggung tanggung melakukan praktek Kasih. Hal yang sama yang kami rasakan di Jerman, di Lubbecke. Kami diperlakukan dengan sangat hormat, dengan sangat baik, dengan sangat manusia, dengan sangat ikhlas, dengan sangat ceria. Lebih dari 11 hal, bahkan 11 kali 11 kali 11.
Kami dikirimi surat Undangan dan asuransi untuk memenuhi tuntutan terhadap pengurusan Visa di Medan di Jakarta. Lalu kami disediakan tiket pulang pergi Medan-Kuala Lumpur, Amsterdam. Kami di Jemput di Schiphol Amsterdam lalu di bawa dengan 3-4 jam perjalanan ke lambung Kota Lubbecke, yang namanya pun masih sangat asing bagi kami. Seterusnya kami disuguhi makanan, minuman, pertemanan, musik pujian, nyanyian, tepuk tangan dan sambutan hangat oleh setiap orang yang kami
temui.
Kami pun terheran heran saat menikmati Sosis Panggang “Barbeque” yang dicampur dengan Sambel Ulek khas Indonesia. Berpadu dengan minum Beer Khas Jerman yang sangat nikmat dalam rasa kecut di lidah, namun sangat lezat di tenggorokan
Lalu, apa yang tidak di dengar telinga, tak dilihat oleh mata dan tidak di sadari oleh Otak kami perlahan dengan sangat terencana ditunjukkan dan diberikan kepada kami satu persatu untuk kami lihat, jamah, sentuh, dan alami. Maka bergejolaklah panca indra kami dalam sukacitanya yang paling sejati.
Hari demi hari, bahkan jam demi jam sejak tanggal 25 Juni sampai 20 Juli 2012 disusunlah seluruh kegiatan dengan sangat apik. Sempurna, seperti kasih orang Samaria. Pengalaman kami segunung bertambah, perasaan kami terpuaskan oleh kegembiraan yang sangat murni.
Berjalan di Hutan yang dimiliki oleh Kelmpok Tani di Jerman
Dari Oberbauershacft ke Bad HolzHausen, Dari Lubbecke ke Taize di Prancis, dari Gereja ke Supermarket, dari Minden ke Amsterdam. Dari mobil VW dan Naik Ferry, dari naik Bus dan mobil mewah Sedan Jerman, bahkan ada kalanya kami menikmati kemewahan berjalan kaki.
Melihat Rumah Sakit yang sangat rapi, asri dan penuh dengan jiwa pelayanan. Melihat sekolah untuk melatih skill dan knowledge tukang tukang kayu dan bangunan. Mengunjungi pabrik alat percetakan yang sangat canggih, sampai pertanian yang sangat modern.
Melihat tempat bekerja untuk orang orang khusus berkekurangan sampai berkunjung ke rumah modern yang dikhususkan untuk para orang tua. Melihat Mill yang ditarik oleh kuda, sampai kepada pelayanan sosial untuk korban keganasan human trafficking (perdagangan manusia) yang akhirnya dipaksa menjadi wanita prostitusi.
Melihat Stadion Bola yang sangat modern yang terletak di kota kabupaten di pegunungan. Mengunjungi sekolah TK yang fokus kepada permainan dan pembelajaran nilai nilai kehidupan. Tak ketinggalan disediakan waktu khusus bagi kami berjalan jalan di Hutan yang dikelola dengan sangat natural dengan udaranya sejuk membuai.
Orang Samaria itu turun dari keledainya, dan berjalan kaki menuntun si korban. Sahabat kami, orang Jerman itu keluar dari kamar pribadinya dan memilih tidur di Sofa di ruang tamu dan membiarkan kami tidur di kamarnya. Orang Samaria itu berkata rawatlah dia, pakai uang ini dua hari lagi saya akan datang dan mengganti kekurangannya. Sahabat kami Orang Jerman itu berkata, tahun depan kami datang ke klasismu, dan tahun 2015 kalian datang lagi ke Lubbecke.
Maka kekallah kisah Orang Samaria itu akan diceritakan dan memberi inspirasi terus sepanjang jaman. Maka kekal jugalah hubungan atau partnership Klasis Sibolangit dengan Klasis Lubbecke. Karena Tuhan Yesus memang menginginkan semua manusia saling mengasihi dengan sempurna. Kasih itu Universal di dalam darah yang semuanya merah. Sebab dengan demikian Nama Yesus akan dimuliakan dan membumbung tinggi dalam ingatan semua manusia. Seperti menara Gereja St Andreas yang membumbung tinggi ke langit cerah kota Lubbecke. Jerman bukan Samaria dalam peta, namun Jerman adalah Samaria dalam mengasihi.
Komentar