Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Gambar
Thema: Pengurus yang Dipercaya ( Pengurus Si Terteki ) Nas: 1 Korintus 4:1–5 “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Pengantar Menjadi seorang pengurus dalam pelayanan jemaat adalah sebuah kehormatan besar sekaligus amanah ilahi yang penuh tanggung jawab. Dalam nasihat Rasul Pau...

Nilai Semangkuk Miso di Mutiara Gading Timur

Semangkuk Miso (Mie Sop) itu rasanya gurih sekali.  Tapi bukan karena rasanya itu alasan  perantau dari Sumatra Utara setiap pagi dan petang berbondong bondong datang ke rumah kecil yang dipermak jadi warung, di salah satu sudut perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi Timur.   Alasan yang sebenarnya adalah merasakan  makanan khas masa kecil/remaja ketika masih di kampung halaman.


Miso tidak terlalu dikenal di Pulau Jawa, khususnya Jabodetabek.   Disini masyarakat lebih mengenal Mie Baso atau Mie Ayam.  Miso memang setahuku makanan kecil di kala senggang,   di Medan dan seluruh Sumatra Utara.  Biasanya  dibuat dari campuran mie putih dan kuning, ditambah daging ayam goreng yang sudah dicabik kecil kecil.  Lalu ditambah kuah panas.
13492405371953220930
Semangkuk Miso yang siap untuk disantap. Sumber Foto Dokumen Pribadi


Kuahnya dibuat dari sop kaldu sapi, bercampur dengan daun seledri.  Menu tambahannya biasanya ada perkedel.  Yang disuguhkan di Mutiara Gading Timur  perkedel diganti dengan telur ayam rebus, bulat utuh.



Saat saya kecil dulu di Kabanjahe, saya paling suka makan miso Bang Kumis yang dijual di samping bioskop Ria Kabanjahe.  Dan kebiasaan saya dulu kalau makan miso, kuahnya dihabisi dulu, sedangkan mie dan semua menu yang lain dibiarkan. Setelah itu  minta lagi kepada penjualnya untuk  tambah kuah.  Saya biasanya berani meminta  tambah kuah (gratis) hanya sekali, namun ada teman saya kalau meminta tambah kuah bisa sampai 3 kali atau 4 kali.  Hahahaha.


Penjual Miso biasanya perantau dari Jawa yang bermukim di Sumatra Utara.   Demikian juga yang  di Mutiara Gading Timur penjualnya adalah Mbak Tuty,  ibu muda yang sehari hari berjualan dengan memakai kerudung adalah seorang wanita keturunan Jawa yang menikah dengan laki laki dari suku Mandailing.


Rindu suasana kampung halaman, itulah thema sebenarnya kedatang tamu tamu berkunjung ke Warung Mbak Tuty.  Lalu disuguhi lah kita makanan makanan kecil yang semuanya khas Sumatra Utara.  Ada sate kerang, ada lontong sayur, ada kue lupis dengan lapisan gula merah yang amat gurih.  Tentu saja ada makanan berupa goreng gorengan yang setiap pagi dan sore tersedia.  Sekali sekali ada juga minuman Cendol Medan, yang membuai keindahan masa kecil.


Saat  tamu tamu berdatangan ke warung ini tidak terasa bahwa kebanyakan mereka berbeda sub etnis dan agama.  Ada Batak Tapanuli, Madailing, Simalungun, Karo, Pakpak, Jawa yang berasal dari SUMUT, Padang, dan juga Aceh.  Tidak pernah mereka mempersoalkan suku dan agama, dan perbedaan yang lain.  Sebab yang utama adalah semangkuk Miso, atau sepiring Lontong.  Lalu semuanya bersenda gurau memperbincangkan apa saja.  Silih berganti tamu tamu datang dengan sepeda motor atau mobilnya masing masing.  Bahkan ada kesan, bahwa sang tamu  sengaja datang ke warung Miso Mbak Tuty untuk menegaskan bahw dia juga berasal atau pernah di Sumatra Utara.


Saya merenung setelah kemarin makan Miso disini, betapa persatuan dan kesatuan Bangsa sebenarnya bisa dibentuk dari hanya semangkuk Miso.  Lalu  mengapaka saudara kita masih saling  bunuh, seperti kejaidan baru baru ini  di Sampang Madura?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025