Sebuah pepatah kuno berkata, kalau engkau membalas 
kebaikan kepada orang yang jahat kepadamu, maka engkau ibarat meletakkan
 bara api di atas kepalanya.  Selanjutnya dia  akan sadar dan mencari 
kesempatan untuk membalas kebaikanmu.
Saya tidak yakin apakah Jokowi pernah mendengar pepatah ini.  Namun 
secara ikhlas, spontan  dan tidak ada motif apa apa dia melakukannya 
saat Jokowi  mencium tangan mantan atasannya, Gubernur Jawa Tengah Bibi 
Waluyo.  Sebagaimana ramai diberitakan di berbagai media 
on line dan main stream  dari 
berbagai sudut pandang.
                                                     Sumber Foto : Solopos.com
Balaslah kejahatan dengan kebaikan, hanya dengan demikian orang yang 
jahat kepadamu sadar dan insyaf atas kesalahannya, kata orang orang 
bijak.    Gubernur mencium tangan gubernur.  Peristiwa yang benar benar 
langka.   Saya hanya pernah mengingat dua kali pejabat tinggi mencium 
tangan atasannya.  Menteri Muda Pemuda dan Olah Raga pada tahun 80 an, 
Abdul  Gafur pernah mencium tangan Presiden Soeharto.  Dan Menteri 
Sekretaris Negara sekarang Sudi Silalahi pernah mencium tangan Presiden 
SBY.    Abdul Gafur dan Sudi Silalahi mencium tangan  orang yang memang 
atasannya.  Berbeda dengan Jokowi  dimana saat mencium tangan Bibit 
Waluyo, bukan lagi menjadi atasannya, bahkan mereka kedudukannya setara 
 yaitu sama sama gubernur.
Lalu apa dasar dan tujuan Jokowi?   Katanya yang muda menghormati  yang 
tua.  Namun menurut saya bukan  hanya itu alasan Jokowi.  Ada 
pertimbangan dalam diri Jokowi untuk segera berdamai dengan orang lain. 
 Jokowi tidak ingin punya musuh.  Dan cara Jokowi  menurut saya sangat 
elegan, sangat dewasa, dan sangat tepat.
Kontra dengan Teror.
Terorisme ingin mengubah kejahatan pihak lain dengan kejahatan.   Jika 
pemerintah tidak becus dan kebijakannya merugikan rakyat, mari kita 
ingatkan dengan keras kita buat teror.   Barangkali inilah prinsip dan 
salah satu dasar pemikiran pelaku teror.  Namun Jokowi punya cara yang 
lain. Semua kejahatan orang lain, (Bibit Waluyo pernah mengatakan Jokowi
 saat menjabata Walikota Solo sebagai orang bodoh)  diingatkan dengan 
cara yang lebih halus dan sopan.
Ahli ahli prilaku mengatakan, seseorang tidak mungkin mau mengubah 
prilakunya  meskipun dipaksa  atau dirayu dengan cara apapun.  Dia hanya
 bisa berubah jika mereka mau mengubahnya.  Kunci perubahan itu dari 
sebelah dalam, dari hati dan kemauan setiap orang.  Jokowi sudah 
melakukan  kebaikan kepada orang yang pernah secara sengaja dan terbuka 
tidak baik kepadanya.
Apa yang ada dipikiran Pak Bibit Waluyo saat ini?  Pada awalnya dia 
pasti terkejut, dan malu dan kehilangan akal mau membalas dengan cara 
apa.  Namun perlahan dia akan menyadari bahwa, Jokowi yang pernah dia 
hina dulu itu ternyata tetap rendah hati dan menghormati dirinya.  Saya 
yakin sekali suatu saat Pak Bibit Waluyo pun akan berbuat baik membalas 
rendah hati  Jokowi.  Sebab satu satunya cara dia membuang bara api di 
kepalanya adalah dengan membalas kebaikan Jokowi.  Bagaimana menurut 
Anda?
 
 
Komentar