Catatan Tambahan PJJ 16 - 22 Maret 2025

![]() |
Bila
seseorang bertanya pada saudara saat ini, apa artinya membuat diri kita rileks?
Apa jawaban yang saudara miliki. Apakah rileks itu adalah sesuatu yang
direncanakan akan dilakukan pada saat mendatang – pada saat liburan, ketika di
tempat tidur, bila pensiun atau bila sudah menyelesaikan pekerjaan.
Bila
jawabannya adalah itu, maka sadarilah bahwa selama ini hidup saudara hampir
seluruhnya dipakai untuk mengalami sesuatu yang membuat tegang, merasa
diserang, terburu-buru dan panik. Tapi tidak mengapa, diitengah budaya yang
justru menyukai konflik dan sensasi, ketenangan bisa dibilang bagaikan seni
yang hilang. Dalam hal berbeda misalnya, sering kali kita begitu cepat membalas
kritik atau mengumumkan ketidaksukaan kita – khususnya saat kita berada di
depan keyboard. Sayangnya, interaksi semacam itu akan kembali menghantui kita.
Yang seharusnya kita lakukan adalah menenangkan diri. Semakin kita mampu tetap
tenang, semakin ringan dan bahagialah kita.
Bersikap
tenang tidak berarti bersikap sedingin es atau memendam emosi, melainkan
melatih pengendalian diri agar kita bisa mendamaikan situasi, mencegah beban
pikiran, sakit hati, rasa berat dan duka. Bersikap tenang berarti menolak
menggigit “umpan” emosi dan memilih merespos dengan anggun dan elok
Saat
kita merasa ada ketegangan yang meningkat, ingatkanlah dirimu dan katakan pada
dirimu bahan refleksi kita hari ini yang diambil dari Mazmur 116:7 “Kembalilah
tenang, hai jiwaku sebab Tuhan telah berbuat baik kepadamu”. Ingatlah ayat ini,
dan bersikaplah lebih tenang sebelum melakukan tindakan apapun itu.
Janganlah
seperti seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak, berkata “saya tidak
bisa merapikan rumah menjadi sebersih yang saya inginkan sebelum semua orang
meninggalkan rumah di pagi hari dan sesampai mereka kembali ke rumah.” Ia
begitu panik memikirkan ketidakmampuannya untuk menjadi sempurna, sehingga
dokternya meresepkan obat anticemas untuknya.
Ternyata,
sikap demikian muncul karena dirinya merasa seakan ada sepucuk pistol yang
diarahkan ke kepalanya dan pemegang pistol itu menuntut agar ia memberesken
semua piring yang ada di meja, membereskan dan membersihkan rumah– atau
tugas-tugas rumah tangga lainnya! Padahal, semua itu tidak pernah ada.
Kenyataannya, tak ada orang lain selain dirinya sendirilah yang menciptakan
tekanan yang dialaminya.
Ingat,
saya pernah mendengar kata bijak soal ini, begini katanya “Drama membuat hidup
lebih “berbumbu”, tetapi juga bisa sangat melelahkan. Lebih baik bersabar dan
memupuk rasa tenang”
Komentar