Featured Post

GBKP Menjadi Keluarga Allah yang Diutus untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia bagi Seluruh Ciptaan

Gambar
  (Markus 16:15; 1 Pet 2:9-10) Ceramah utuk Konvent Pendeta GBKP Wilayah 4 (7 Nov.2025) Pdt.Prof.Dr.Risnawaty Sinulingga MT.h Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan untuk kesempatan berharga saat ini dalam menyampaikan ceramah tentang visi baru gereja GBKP. Ceramah ini disampaikan menurut perumusan visi, dianalisa berdasarkan teks acuan (Markus 16:15 dan 1 Petrus 2:9-10), dibandingkan dengan panggilan gereja dalam Tata Gereja GBKP. Rumusan visi dan panggilan GBKP yang sedikit berbeda dengan teks acuan Alkitab, menunjukkan bahwa GBKP memiliki landasan dogmatis yang cukup kuat dalam perumusan vissi ini. Dalam bagian pertama ceramah, akan dipaparkan makna kata-kata dalam visi yaitu “Menjadi Keluarga Allah yang Diutus”, “Untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia” dan “Bagi seluruh Ciptaan”. Penjelasan ini penting bukan saja karena merupakan bagian dari visi GBKP, tetapi karena adanya perbedaan dengan kalimat teks Alkitab (“…beritakanlah Injil kepada segala makhluk…”) dan panggi...

Pelajaran Penting, Kristen Mula-Mula (PPKM)

 


Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat membuat  masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas secara terbatas. Menghabiskan waktu di rumah adalah hal yang paling aman dilakukan untuk menghindari penularan Covid-19. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro mengatakan jika masyarakat harus bisa melihat sisi lain dari PPKM Darurat ini. "Selain untuk menghentikan laju Covid-19, dengan momentum ini jadi lebih banyak memiliki waktu untuk melakukan hal yang sebelumnya tidak sempat dilakukan kerana sibuk. Dengan lebih banyak di rumah  punya waktu untuk beribadah atau menjalankan hobi, " ujarnya secara virtual di Instagram live @radiokesehatan.

Tetapi, banyak yang merasa tertekan dengan kebijakan ini. Ruang gerak yang terbatas dan aktivitas  tidak bisa lagi dilakukan untuk sementara. Terlihat dari berbagai macam video yang viral di media sosial, pasca diberlakukannya PPKM secara menyeluruh di Indonesia. Faktor utamanya adalah ekonomi masyarakat yang sulit pulih, semenjak COVID-19 menyerang Indonesia.

Sekalipun demikian, Pemerintah telah menyiapkan skenario perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat hingga enam minggu ke depan. Hal tersebut diketahui berdasarkan bahan paparan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada Senin (12/6/2021). Dalam paparan tersebut disebutkan, PPKM darurat diperpanjang hingga enam minggu karena risiko pandemi Covid-19 masih tinggi, khususnya varian baru (Delta).

APA YANG BISA KITA LAKUKAN?

Kisah Para Rasul 4:32-37 menjadi inspirasi dan solusi menarik dalam situasi PPKM seperti sekarang ini. Sederhana, namun sulit dilakukan oleh beberapa orang yang sudah terjebak dengan konsep kompetitif yang marak sebelum Covid-19 menyerang Indonesia.

Kita sering menemukan di dalam Alkitab bahwa imperatif (perintah) didahului dengan indikatif (pernyataan). Tindakan praktis dilandaskan pada alasan teologis. Apa yang kita lakukan didorong oleh apa yang Allah lakukan. Pola itulah yang kita temukan di sini. aksi (4:34-37) bersumber dari hati (4:32a), teologi (4:32b), dan anugerah ilahi (4:33).

Ribuan orang Yahudi yang bertobat dari pasal 2-4 kemungkinan besar adalah para peziarah dari berbagai daerah yang sedang merayakan Hari Raya Pentakosta (lihat 2:1-11). Tatkala mereka bertobat, mereka memutuskan untuk tinggal di Yerusalem lebih lama. Perbekalan mereka sangat mungkin tidak lagi memadai. Mereka tidak mampu membayar sewa penginapan maupun kebutuhan sehari-hari mereka. Situasi yang dialami oleh kita juga saat PPKM berlangsung. Namun, di tengah situasi seperti ini jemaat mula-mula tidak berdiam diri. Mereka memberi diri. Mereka belajar untuk berbagi. Bagaimana dengan kita?

Apa yang dilakukan oleh mereka  terbilang luar biasa. Kemurahhatian mereka melebihi praktek kebajikan pada zamannya. Sebagai contoh, pada zaman itu tanah atau rumah merupakan sumber kekayaan, status sosial dan jaminan utama. Semakin banyak tanah/rumah yang dimiliki, semakin  seseorang. Semakin banyak ladang berarti semakin banyak penghasilan. Semakin banyak properti semakin tenang sampai tua nanti. Ketika seseorang menjual tanah/rumah dan diberikan untuk kepentingan bersama, orang itu mungkin telah mengurbankan harta utama, sumber penghasilan utama, martabat dalam komunitas maupun ketenangan hari tua.

Hal lain yang membuat kemurahhatian jemaat mula-mula terlihat sangat menonjol adalah pemberian yang tanpa pilih dan pamrih. Menurut kebiasaan pada waktu itu, banyak orang cenderung memberi kepada orang lain yang memiliki status sosial yang sama. Di jaman modern pemberian itu juga umumnya bersifat resiprokal. Maksudnya, memberi supaya diberi. Ada pamrih. Tidak demikian dengan jemaat mula-mula di 4:34-37. Tidak ada keuntungan yang mereka dapatkan dari penerima bantuan. Yang diberi juga orang-orang yang secara sosial dan ekonomi lebih rendah daripada mereka.

Sederhananya, Kisah Jemaat Mula-Mula mengajarkan kita tentang budaya ekonomi gotong royong. Budaya yang timbul dari rasa simpati dan empati terhadap satu dengan yang lainnya. Budaya yang merubah sikap kompetitif. Sebaliknya kita diajak untuk menghasilkan produk-produk yang bisa saling memenuhi satu dengan yang lain. Bisakah kita “saling membeli” produk-produk yang dihasilkan saudara disekitar kita?  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025