Featured Post

Catatan Khotbah Minggu 12 Mei 2024

Gambar
 Minggu Eksaudi : Begiken Min O Jahwe Warna Mbentar Invocatio          :  “(Pilipi 3 : 16)” Ogen                     :  Perbahanen Rasul Rasul 1 : 1 - 5  (Tunggal )     Khotbah            :  Masmur 31 : 1 – 5      (Responsoria )     Thema                 :  Pemindon Lako Iampang-ampangi Tuhan              Khotbah : Masmur 31 : 1 – 5     Masmur Daud. Ku Kam aku cicio o TUHAN ula pelepas aku kemalun. Kam kap Dibata si bujur, mindo aku, maka IkeliniNdu aku. Begiken min pertotonku pedas min Kam reh mulahi aku. Jadi min Kam deleng batu inganku cicio, kubungku si nteguh inganku terkawal. Kam kap ingan cebuni dingen bentengku, tegu-tegu dingen babai aku erkiteken GelarNdu. Tegu-tegu aku maka ula aku kena siding itogeng kalak man bangku. Ampang-ampangi aku maka ula aku kena cilaka. Pembukaan   Syalomm mejuah juah senina ras turang, Kidekah nggeluh manusia ibas doni enda, lit lalap perbeben.  Lit nge lalap kiniseran, kiniseraan si mengancam keselamatan ta.  Tapi lit ka nge jalan keluar,

TANAH KARO ITU YERUSALEM BARU, DULU!

 


Dalam Kekristenan dan Yahudi, Tanah impian sering kali disebut sebagai Yerusalem Baru. Suatu wilayah yang digambarkan sebagai tempat yang sangat Indah juga penuh kedamaian Dimanakah tempat itu?

Gambaran Alkitab mengatakan bahwa Yerusalem Baru ada di surga dan turun dari surga. Setiap kali menyebutkan tentang Yerusalem Baru, Alkitab selalu mengatakan bahwa kota itu ”turun dari surga”, dan pintu masuknya dijaga oleh para malaikat. (Wahyu 3:12; 21:2, 10, 12) Selain itu, kota itu sangat luas sehingga tidak mungkin ada di bumi. Kota ini berbentuk kubus yang memiliki keliling ”12.000 setadi”. * (Wahyu 21:16) Itu berarti setiap sisi tingginya hampir 560 kilometer, menjulang hingga menembus luar angkasa. Tentu mengenai hal ini, penulis menyadari bahwa setiap orang memiliki tafsiran dan teorinya masing-masing.

Bahkan beberapa orang Yahudi sangat tertuju dengan tempat ini. Mereka membentuk komunitas ataupun kelompok tersebut dengan nama ZIONISME (Istilah yang layak untuk kita semua mencari tahu dan memahaminya). Berdasarkan Kitab Yehezkiel dan Alkitab Ibrani, Yerusalem Baru (יְהוָה שָׁמָּה, YHWH-shammah, atau YHWH disini") adalah penglihatan nubuat Yehezkiel dari sebuah kota yang terpusat di Bait Allah yang dibangun kembali, Bait Allah Ketiga, yang didirikan di Yerusalem, yang akan menjadi ibukota Kerajaan Mesianik, tempat pertemuan dua belas suku Israel pada zaman Mesianik. Nubuat tersebut dicatat oleh Yehezkiel bertepatan pada Yom Kippur tahun 3372 dari kalender Ibrani

Penulis tidak ingin membicarakan istilah ini dalam sudut pandang Alkitab dan Zionisme secara menyeluruh, tetapi penulis memiliki opini mengenai Yerusalem Baru dan Tanah Karo

Bukan karena penulis bersuku Karo, sekalipun faktor itu tidak bisa dihilangkan dari pola pikir yang melatarbelakangi penulis. Berdasarkan riset dan wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa orang tua asli Karo. Secara khusus, orang-orang yang dalam penglihatan penulis sebagai “Tokoh yang memahami Adat” Sehingga penulis menyimpulkan bahwa orang Karo telah dan pernah menikmati Yerusalem Baru.

Sadarkah kita, bahwa Tanah Karo mendapatkan tambahan nama “Simalem” yang dalam bahasa indonesia berarti “Damai”, “Penuh Berkat” “Sejuk” dsb. Tentu tambahan kata ini bukanlah sesuatu yang mengada-ngada. Menurut tokoh-tokoh yang memahami Adat, di Tanah Karo hal itu dahulunya terwujud.

Dimulai dari gambaran soal Kepercayaan Masyarakat Suku Karo yang terlihat dalam bangunan Rumah Adat Karo yang dari bawah sturktur bangunan sampai atasnya sangat kental dengan bentuk “segita” dan diterjemahkan sebagai bentuk sebuah “penyembahan”. Adapun penyembahan yang dimaksudkan penulis bukanlah men-tuhan-kan rumah, sebaliknya masyarakat Suku Karo dalam bayangan penulis menyadari akan kehadiran Tuhan dalam rumahnya. Sehingga bentuk tangga masuk yang miring dan pintu yang kecil, membuat orang-orang masuk kedalam rumah dalam sikap hormat. (bdk 1 Kor 11:3, Kolose 1:18)

Rumah dalam bahasa Karo disebut sebagai “Jabu” yang berarti juga “Keluarga”. Tidak seperti Bahasa Inggris ataupun Bahasa Indonesia. Masyarakat karo tidak pernah membedakan istilah Rumah dan Keluarga. Sebuah bahasa yang menunjukkan kepada penulis tentang gambaran “Rumah” bagi Masyarakat Karo (dulu) menggambarkan suasana kekeluargaan yang diimpikan oleh banyak orang saat ini.

Dengan demikian, anggapan akan budaya ACC (Anceng, Cian, Cikurak yang berarti iri hati) sebagai tradisi yang diwariskan oleh orang Karo itu adalah kesalahan. Sebab, Masyarakat Karo memiliki Rumah “Siwaluh Jabu” dan hal ini tidak akan tercipta bila memiliki budaya ACC

Sebaliknya budaya kepedulian (mediate) justru sangat tergambar oleh Masyarakat Karo. Hal ini digambarkan dari Rumah-rumah masyarakat Suku Karo tertata dengan begitu rapi. Sehingga, melalui pintu rumah saja mereka dapat saling melihat teras rumah masing-masing.Gambaran yang memperlihatkan tentang kepedulian dari Masyarakat Karo dahulu. Tidak hanya itu, budaya gotong royong digunakan pula sebagai cara membangun Rumah juga berbagai macam kegiatan lainnya.

Sistem Kekerabatan lainnya seperti Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Turi-Turin Orat Nggeluh lainnya juga menjadi faktor penting tercipatanya gambaran Tanah Karo Simalem di masyarakat Karo dahulu.

Dari hal ini, penulis menyimpulkan bahwa Masyarakat Karo dahulunya pernah dan telah menikmati Yerusalem Baru. Sehingga yang menjadi pertanyaan bagi penulis saat ini adalah bagaimana dengan situasi Tanah Karo sekarang? Apakah Modenisasi dan Globalisasi masih menciptakan Tanah Karo sebagai Yerusalem Baru? Atau masyarakat Karo justru tidak lebih seperti Kaum Zionisme yang bermimpi tentang Yerusalem Baru?






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023