Featured Post
“PESTAKENLAH KERJA RANI”
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Ulangan
16:19-12 menjadi salah satu landasaan teologis dari GBKP untuk melaksanakan Kerja Rani disetiap tahunnya. Namun, kegiatan Kerja Rani tentu
tidak hanya menjadi sekedar perayaan yang lewat begitu saja. Apalagi sekedar
melakukan kegiatan tanpa makna, hanya sekedar menaati Perintah Tuhan atau
mengenang sejarah saja. Tentu tidak demikian!
Selayaknya
Bangsa Israel dengan ungkapan penuh syukur, membawa persembahan dengan Sukacita
dan rasa hormat kepada Tuhan, demikianlah pula kita melakukan hal ini dan
memaknai Perayaan Kerja Rani di Gereja kita.
Nah,
yang menjadi pertanyaan “bagaimana kita dapat mengimplikasikannya dalam
kehidupan bergereja kita?”
Seperti
halnya konteks dalam perikop 2 Korintus 9, yakni jemaat Korintus mengumpulkan
persembahan seperti yang telah mereka janjikan untuk perluasan pelayanan Berita
Baik. Demikian jugalah dalam praktik Kerja Rani, GBKP yang melaksanakan Kerja
Rani akan membagi persembahan tersebut untuk pelayanan dalam Gereja pelaksana
dan juga untuk Gereja GBKP lainnya. Dengan motivasi inilah, kita sebagai
seorang yang menyerahkan hidup untuk dituntun oleh Roh Kudus, akan dengan penuh
hormat dan ikhlas untuk memberikan persembahannya dalam perayaan ini.
Penuh
Hormat dan Keikhlasan ini menjadi poin penting dalam kedua bahan Alkitab yang
menjadi renungan kita. Memberi dengan
penuh hormat ditunjukkan dalam sikap bangsa Israel. Sebab, mereka
memberikan persembahan tersebut selayaknya pemahaman mereka akan Tuhan sebagai
Raja, bukan suruh-suruhan. Atau dengan kata lain, Bangsa Israel memberikannya
dengan kesadaran Tuhan sebagai pemilik kehidupannya, sudah seharusnya
memberikan persembahan ungkapan syukur dengan rasa hormat kepada Sang Pemilik
Kehidupan. Sebab, akan berbeda saat seorang tidak dengan rasa hormat dalam
memberi kepada Tuhan. Mereka yang demikian ini, memberikan dengan tuntutan dan
berbagai macam permintaan.
Sedang
memberi dengan keikhlasan dapat kita
pelajari dari apa yang diajarkan Paulus kepada jemaat Korintus. Ataupun seperti
teladan yang diberikan oleh Jemaat Makedonia pada pasal sebelumnya. Yakni,
memberi tanpa ada rasa beban dalam hati, sekalipun hidup dalam kemiskinan, juga
mengalami pencobaan dan penderitaan. Tetapi, Jemaat Makedonia kaya dalam
kemurahan, sebab seperti halnya apa yang diajarkan Paulus, mereka yang demikian
ini memiliki keyakinan bahwa Tuhanlah yang telah menyediakan benih bagi para
penabur dan roti untuk dimakan.
Demikianlah
bentuk keyakinan ini perlu dan baik untuk kita tanamkan dalam hati kita. Sebab
salah satu alasan utama kebanyakan dari kita selalu cemas dan bersikap kompetitif adalah kita takut bila menjadi
orang seperti Makedonia; penuh dengan kemurahan, penuh dengan ketenangan dan
keyakinan akan rencana dari Tuhan. Kita takut hidup demikian ini, membuat kita menjadi orang yang tidak bisa mengatur keuangan, malas atau bodoh
karena terlalu santai. Suatu kehidupan yang bagi beberapa orang justru akan
membuat mereka tidak pernah mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup. Padahal
tidak demikian!
Bila kita memiliki keyakinan tersebut, kita tidak
akan terlalu diganggu oleh kekhawatiran pada keinginan, kebutuhan dan impian. Kekhawatiran
yang justru sering kali menghilangkan potensi besar dalam diri, juga kebahagian
dan kenikmatan akan hidup. Sebaliknya, keyakinan akan Tuhan yang telah
menyediakan, justru akan membuat kita jauh lebih maksimal dalam mencapai tujuan.
Sebab didalamnya ada ketenangan dan kedamaian batin yang meberikan energi
berlebih dalam diri untuk menghadapi dan menjalani kehidupan ini.
Komentar