Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 09–15 November 2025

Gambar
  Lahir Dalam Roh (Tubuh Secara Pertendin) Yohanes 3 : 1–21 Pendahuluan / Pengantar Perikop ini memperlihatkan salah satu percakapan paling mendalam antara Yesus dan manusia—yakni dialog antara Yesus dan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang terdidik dan berpengaruh. Dalam konteks sosial Yahudi abad pertama, kedudukan Nikodemus menjadikannya seorang tokoh yang dihormati dan ahli Taurat. Namun di balik segala pengetahuan dan statusnya, ia datang kepada Yesus pada waktu malam—suatu lambang pencarian dalam gelap, kerinduan akan terang yang sejati. Percakapan ini tidak hanya membicarakan tentang pengetahuan teologis, tetapi tentang transformasi eksistensial: kelahiran kembali (born again). Yesus menegaskan bahwa keselamatan dan pengenalan akan Kerajaan Allah bukanlah hasil warisan agama, pengetahuan manusia, atau ketaatan legalistik, tetapi hasil karya Roh Kudus yang melahirkan kembali hati manusia menuju kehidupan baru. Kelahiran kembali ini adalah pintu menuju eksistensi baru...

“PESTAKENLAH KERJA RANI”

 


Ulangan 16:19-12 menjadi salah satu landasaan teologis dari GBKP untuk melaksanakan Kerja Rani disetiap tahunnya. Namun, kegiatan Kerja Rani tentu tidak hanya menjadi sekedar perayaan yang lewat begitu saja. Apalagi sekedar melakukan kegiatan tanpa makna, hanya sekedar menaati Perintah Tuhan atau mengenang sejarah saja. Tentu tidak demikian!

Selayaknya Bangsa Israel dengan ungkapan penuh syukur, membawa persembahan dengan Sukacita dan rasa hormat kepada Tuhan, demikianlah pula kita melakukan hal ini dan memaknai Perayaan Kerja Rani di Gereja kita.

Nah, yang menjadi pertanyaan “bagaimana kita dapat mengimplikasikannya dalam kehidupan bergereja kita?”

Seperti halnya konteks dalam perikop 2 Korintus 9, yakni jemaat Korintus mengumpulkan persembahan seperti yang telah mereka janjikan untuk perluasan pelayanan Berita Baik. Demikian jugalah dalam praktik Kerja Rani, GBKP yang melaksanakan Kerja Rani akan membagi persembahan tersebut untuk pelayanan dalam Gereja pelaksana dan juga untuk Gereja GBKP lainnya. Dengan motivasi inilah, kita sebagai seorang yang menyerahkan hidup untuk dituntun oleh Roh Kudus, akan dengan penuh hormat dan ikhlas untuk memberikan persembahannya dalam perayaan ini.

Penuh Hormat dan Keikhlasan ini menjadi poin penting dalam kedua bahan Alkitab yang menjadi renungan kita. Memberi dengan penuh hormat ditunjukkan dalam sikap bangsa Israel. Sebab, mereka memberikan persembahan tersebut selayaknya pemahaman mereka akan Tuhan sebagai Raja, bukan suruh-suruhan. Atau dengan kata lain, Bangsa Israel memberikannya dengan kesadaran Tuhan sebagai pemilik kehidupannya, sudah seharusnya memberikan persembahan ungkapan syukur dengan rasa hormat kepada Sang Pemilik Kehidupan. Sebab, akan berbeda saat seorang tidak dengan rasa hormat dalam memberi kepada Tuhan. Mereka yang demikian ini, memberikan dengan tuntutan dan berbagai macam permintaan.

Sedang memberi dengan keikhlasan dapat kita pelajari dari apa yang diajarkan Paulus kepada jemaat Korintus. Ataupun seperti teladan yang diberikan oleh Jemaat Makedonia pada pasal sebelumnya. Yakni, memberi tanpa ada rasa beban dalam hati, sekalipun hidup dalam kemiskinan, juga mengalami pencobaan dan penderitaan. Tetapi, Jemaat Makedonia kaya dalam kemurahan, sebab seperti halnya apa yang diajarkan Paulus, mereka yang demikian ini memiliki keyakinan bahwa Tuhanlah yang telah menyediakan benih bagi para penabur dan roti untuk dimakan.

Demikianlah bentuk keyakinan ini perlu dan baik untuk kita tanamkan dalam hati kita. Sebab salah satu alasan utama kebanyakan dari kita selalu cemas dan bersikap kompetitif adalah kita takut bila menjadi orang seperti Makedonia; penuh dengan kemurahan, penuh dengan ketenangan dan keyakinan akan rencana dari Tuhan. Kita takut hidup demikian ini, membuat kita menjadi orang yang tidak bisa mengatur keuangan, malas atau bodoh karena terlalu santai. Suatu kehidupan yang bagi beberapa orang justru akan membuat mereka tidak pernah mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup. Padahal tidak demikian!

Bila kita memiliki keyakinan tersebut, kita tidak akan terlalu diganggu oleh kekhawatiran pada keinginan, kebutuhan dan impian. Kekhawatiran yang justru sering kali menghilangkan potensi besar dalam diri, juga kebahagian dan kenikmatan akan hidup. Sebaliknya, keyakinan akan Tuhan yang telah menyediakan, justru akan membuat kita jauh lebih maksimal dalam mencapai tujuan. Sebab didalamnya ada ketenangan dan kedamaian batin yang meberikan energi berlebih dalam diri untuk menghadapi dan menjalani kehidupan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025