Featured Post

Berngi 7 Pekan Penatalayan 2025

Gambar
  K hotbah: "Menciptakan Perdamaian" Perikop: Matius 5:9 "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." 1. Pembukaan / Ice Breaker Salam Damai Sejahtera! Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, siapa di antara kita yang pernah menjadi "penengah" dalam suatu konflik? Mungkin saat teman berselisih, atau saat ada perdebatan di keluarga? Menjadi pembawa damai itu tidak mudah, tapi juga tidak mustahil. Mari kita renungkan: dunia kita hari ini sering kali penuh dengan konflik—baik di rumah, gereja, maupun masyarakat. Tetapi Allah memanggil kita bukan hanya untuk menghindari konflik, melainkan untuk menciptakan perdamaian . Itulah panggilan mulia yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 5:9. 2. Fakta-Fakta dari Matius 5:9 A. Damai Adalah Panggilan Anak-Anak Allah Dalam teks ini, Yesus menyebut mereka yang membawa damai sebagai “anak-anak Allah.” Fakta penting: Menjadi pem...

“PESTAKENLAH KERJA RANI”

 


Ulangan 16:19-12 menjadi salah satu landasaan teologis dari GBKP untuk melaksanakan Kerja Rani disetiap tahunnya. Namun, kegiatan Kerja Rani tentu tidak hanya menjadi sekedar perayaan yang lewat begitu saja. Apalagi sekedar melakukan kegiatan tanpa makna, hanya sekedar menaati Perintah Tuhan atau mengenang sejarah saja. Tentu tidak demikian!

Selayaknya Bangsa Israel dengan ungkapan penuh syukur, membawa persembahan dengan Sukacita dan rasa hormat kepada Tuhan, demikianlah pula kita melakukan hal ini dan memaknai Perayaan Kerja Rani di Gereja kita.

Nah, yang menjadi pertanyaan “bagaimana kita dapat mengimplikasikannya dalam kehidupan bergereja kita?”

Seperti halnya konteks dalam perikop 2 Korintus 9, yakni jemaat Korintus mengumpulkan persembahan seperti yang telah mereka janjikan untuk perluasan pelayanan Berita Baik. Demikian jugalah dalam praktik Kerja Rani, GBKP yang melaksanakan Kerja Rani akan membagi persembahan tersebut untuk pelayanan dalam Gereja pelaksana dan juga untuk Gereja GBKP lainnya. Dengan motivasi inilah, kita sebagai seorang yang menyerahkan hidup untuk dituntun oleh Roh Kudus, akan dengan penuh hormat dan ikhlas untuk memberikan persembahannya dalam perayaan ini.

Penuh Hormat dan Keikhlasan ini menjadi poin penting dalam kedua bahan Alkitab yang menjadi renungan kita. Memberi dengan penuh hormat ditunjukkan dalam sikap bangsa Israel. Sebab, mereka memberikan persembahan tersebut selayaknya pemahaman mereka akan Tuhan sebagai Raja, bukan suruh-suruhan. Atau dengan kata lain, Bangsa Israel memberikannya dengan kesadaran Tuhan sebagai pemilik kehidupannya, sudah seharusnya memberikan persembahan ungkapan syukur dengan rasa hormat kepada Sang Pemilik Kehidupan. Sebab, akan berbeda saat seorang tidak dengan rasa hormat dalam memberi kepada Tuhan. Mereka yang demikian ini, memberikan dengan tuntutan dan berbagai macam permintaan.

Sedang memberi dengan keikhlasan dapat kita pelajari dari apa yang diajarkan Paulus kepada jemaat Korintus. Ataupun seperti teladan yang diberikan oleh Jemaat Makedonia pada pasal sebelumnya. Yakni, memberi tanpa ada rasa beban dalam hati, sekalipun hidup dalam kemiskinan, juga mengalami pencobaan dan penderitaan. Tetapi, Jemaat Makedonia kaya dalam kemurahan, sebab seperti halnya apa yang diajarkan Paulus, mereka yang demikian ini memiliki keyakinan bahwa Tuhanlah yang telah menyediakan benih bagi para penabur dan roti untuk dimakan.

Demikianlah bentuk keyakinan ini perlu dan baik untuk kita tanamkan dalam hati kita. Sebab salah satu alasan utama kebanyakan dari kita selalu cemas dan bersikap kompetitif adalah kita takut bila menjadi orang seperti Makedonia; penuh dengan kemurahan, penuh dengan ketenangan dan keyakinan akan rencana dari Tuhan. Kita takut hidup demikian ini, membuat kita menjadi orang yang tidak bisa mengatur keuangan, malas atau bodoh karena terlalu santai. Suatu kehidupan yang bagi beberapa orang justru akan membuat mereka tidak pernah mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup. Padahal tidak demikian!

Bila kita memiliki keyakinan tersebut, kita tidak akan terlalu diganggu oleh kekhawatiran pada keinginan, kebutuhan dan impian. Kekhawatiran yang justru sering kali menghilangkan potensi besar dalam diri, juga kebahagian dan kenikmatan akan hidup. Sebaliknya, keyakinan akan Tuhan yang telah menyediakan, justru akan membuat kita jauh lebih maksimal dalam mencapai tujuan. Sebab didalamnya ada ketenangan dan kedamaian batin yang meberikan energi berlebih dalam diri untuk menghadapi dan menjalani kehidupan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024