Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

TAK PERLU MEMBANDINGKAN DIRIMU / 1 TESALONIKA 5:18

 


Seorang novelis dan dramawan Irlandia yang hidup di tahun 1800 an bernama Oscar Wilde pernah mengatakan sebuah kalimat yang sangat baik untuk kita renungkan. Ia berkata: "Cara terbaik untuk menghargai pekerjaan anda adalah dengan membayangkan bagaimana diri anda tanpa pekerjaan itu." Quote in sesungguhnya masih sangat relevan hingga hari ini. Betapa seringnya saya mendengar orang-orang yang saya kenal bersungut-sungut dalam pekerjaannya, tetapi ketika mereka keluar dari sana mereka lalu menyesal. Ada kalanya kita terus mengeluh berharap mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi, tetapi kemudian lupa mensyukuri apa yang ada. Kita lupa bahwa hidup ini adalah anugerah, dan apa yang kita miliki saat ini termasuk pekerjaan, meski mungkin terlihat kecil dibanding orang lain, itu pun merupakan anugerah yang indah dari Tuhan. Mengeluh itu gampang, tetapi mensyukuri seringkali sulit bagi banyak orang. Apa yang dikatakan Oscar Wilde sesungguhnya bagus untuk kita pikirkan. Jika sulit menghargai pekerjaan saat ini, cobalah bayangkan bagaimana nantinya jika pekerjaan itu tidak lagi ada bagi anda. Itu akan membuat anda bisa mulai menghargai dan mensyukuri apa yang anda miliki hari ini.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi diri kita yang suka mengeluh atas pekerjaan dan situasi yang sedang kita jalani. Salah satunya, kita sering melihat kehidupan orang lain sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi kehidupan kita sendiri, alhasil kita akan menilai diri kita secara tidak adil.

Ketika kita membandingkan diri sendiri dengan kesuksesan orang lain, kita secara otomatis menurukan diri sendiri, juga mencela kuasa dan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Jalan keluar dari siklus ini adalah Pertama-tama terlebih dahululah bersukacita dalam kebahagian orang lain dan pada saat yang sama kita juga akan lebih menghargai nasib baik kita serta kemampuan khusus yang kita miliki.

Hal ini menjadi penting, sebab bila hal ini tidak mampu kita lakukan. Pikiran kita justru terbelenggu pada rasa iri hati akan kehidupan orang lain atau justru membuat kita tidak akan pernah adil dalam menilai diri kita sendiri. Sangat jarang hal-hal semacam ini menumbuhkan motivasi untuk kita bisa bertumbuh lebih baik lagi.

Kedua, bila kita mau meluangkan waktu sejenak melihat apa yang tertulis dalam Alkitab, ada banyak tokoh disana yang tetap mampu memandang lewat iman ketika masalah menghadang mereka. Lihatlah Ayub yang memuji Tuhan meski mengalami penderitaan (Ayub 1:20-22). Daud, yang berulang kali terancam nyawanya akibat dikejar musuh, bahkan pada suatu kali hendak dibunuh oleh Saul dan terjebak di dalam gua pun demikian. Apa yang dilakukan Daud? Dia malah memuji Tuhan dan bermazmur! (Mazmur 57:1-12). Lalu dalam Perjanjian Baru, lihatlah apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas tengah dipasung dalam penjara. Mereka bukannya menyesali nasib, mengeluh atau menyalahkan Tuhan, namun malah berdoa dan menyanyikan puji-pujian dengan lantang, hingga semua orang dipenjara itu mendengarkan. Apa yang terjadi selanjutnya? Terjadilah gempa sehingga semua pintu dan belenggu terbuka membebaskan mereka. Bukan itu saja, namun terjadi pertobatan pada diri kepala penjara dan keluarganya. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Lihatlah bukti kasih setia Tuhan, Dia tetap menyertai dalam segala hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap mengucap syukur dan melantunkan puji-pujian. We are never alone even in the deepest trouble.

Jadi, berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain dan mengucap syukur dalam keadaan, kondisi dan situasi apapun itu sangatlah penting. Begitu pentingnya, sehingga dikatakan "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Itulah yang menjadi keinginan Tuhan bagi kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025