Featured Post
TAK PERLU MEMBANDINGKAN DIRIMU / 1 TESALONIKA 5:18
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Seorang
novelis dan dramawan Irlandia yang hidup di tahun 1800 an bernama Oscar
Wilde pernah mengatakan sebuah kalimat yang sangat baik untuk kita
renungkan. Ia berkata: "Cara terbaik untuk menghargai pekerjaan
anda adalah dengan membayangkan bagaimana diri anda tanpa pekerjaan itu." Quote in
sesungguhnya masih sangat relevan hingga hari ini. Betapa seringnya saya
mendengar orang-orang yang saya kenal bersungut-sungut dalam pekerjaannya, tetapi
ketika mereka keluar dari sana mereka lalu menyesal. Ada kalanya kita terus
mengeluh berharap mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi, tetapi kemudian lupa
mensyukuri apa yang ada. Kita lupa bahwa hidup ini adalah anugerah, dan apa
yang kita miliki saat ini termasuk pekerjaan, meski mungkin terlihat kecil
dibanding orang lain, itu pun merupakan anugerah yang indah dari Tuhan. Mengeluh
itu gampang, tetapi mensyukuri seringkali sulit bagi banyak orang. Apa yang
dikatakan Oscar Wilde sesungguhnya bagus untuk kita pikirkan. Jika sulit
menghargai pekerjaan saat ini, cobalah bayangkan bagaimana nantinya jika
pekerjaan itu tidak lagi ada bagi anda. Itu akan membuat anda bisa mulai
menghargai dan mensyukuri apa yang anda miliki hari ini.
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi diri kita yang suka mengeluh atas pekerjaan dan
situasi yang sedang kita jalani. Salah satunya, kita sering melihat kehidupan
orang lain sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi kehidupan kita sendiri,
alhasil kita akan menilai diri kita secara tidak adil.
Ketika
kita membandingkan diri sendiri dengan kesuksesan orang lain, kita secara
otomatis menurukan diri sendiri, juga mencela kuasa dan anugerah yang Tuhan
berikan kepada kita. Jalan keluar dari siklus ini adalah Pertama-tama terlebih
dahululah bersukacita dalam kebahagian orang lain dan pada saat yang sama kita
juga akan lebih menghargai nasib baik kita serta kemampuan khusus yang kita
miliki.
Hal
ini menjadi penting, sebab bila hal ini tidak mampu kita lakukan. Pikiran kita
justru terbelenggu pada rasa iri hati akan kehidupan orang lain atau justru
membuat kita tidak akan pernah adil dalam menilai diri kita sendiri. Sangat
jarang hal-hal semacam ini menumbuhkan motivasi untuk kita bisa bertumbuh lebih
baik lagi.
Kedua,
bila kita mau meluangkan waktu sejenak melihat apa yang tertulis dalam Alkitab,
ada banyak tokoh disana yang tetap mampu memandang lewat iman ketika masalah
menghadang mereka. Lihatlah Ayub yang memuji Tuhan meski mengalami penderitaan
(Ayub 1:20-22). Daud, yang berulang kali terancam nyawanya akibat dikejar
musuh, bahkan pada suatu kali hendak dibunuh oleh Saul dan terjebak di dalam
gua pun demikian. Apa yang dilakukan Daud? Dia malah memuji Tuhan dan
bermazmur! (Mazmur 57:1-12). Lalu dalam Perjanjian Baru, lihatlah apa
yang terjadi ketika Paulus dan Silas tengah dipasung dalam penjara. Mereka
bukannya menyesali nasib, mengeluh atau menyalahkan Tuhan, namun malah berdoa
dan menyanyikan puji-pujian dengan lantang, hingga semua orang dipenjara
itu mendengarkan. Apa yang terjadi selanjutnya? Terjadilah gempa sehingga semua
pintu dan belenggu terbuka membebaskan mereka. Bukan itu saja, namun terjadi
pertobatan pada diri kepala penjara dan keluarganya. (Kisah Para Rasul
16:19-40). Lihatlah bukti kasih setia Tuhan, Dia tetap menyertai dalam segala
hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap
mengucap syukur dan melantunkan puji-pujian. We are never alone even in
the deepest trouble.
Jadi,
berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain dan mengucap syukur dalam
keadaan, kondisi dan situasi apapun itu sangatlah penting. Begitu pentingnya,
sehingga dikatakan "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab
itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1
Tesalonika 5:18). Itulah yang menjadi keinginan Tuhan bagi kita.
Komentar