Featured Post
Catatan Tambahan PJJ GBKP 27 Juni – 4 Juli 2021.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
ERBUDAYA RAS ERKINITEKEN
Perb.
Rasul-Rasul 17:22-23
(Orat Geluh Selaku
Anggota GBKP)
Teks : Perbahanen Rasul Rasul 17 : 22 -23
17:22 Tedis
Paulus i lebe-lebe sidang Areopagus jenari nina, "O kalak Aten! Enggo
kuidah maka kam kalak tutus tuhu-tuhu i bas agama.
17:23 Sabap
asum aku erdalan-dalan i kutandu enda, janah asum aku ngenennen inganndu
ersembah man dibata, kuidah sada ingan persembahen si lit tulisenna, 'Man
Dibata Si La Itandai'. Dage Dibata si isembahndu, si la itandaindu e, e me
ateku ku petandaken man bandu genduari.
Fakta
1. Paulus berani dan mengapresiasi(memuji) masyarakat
Aten (Athena Yunani saat sekarang ini) pada sidang di Areopagus. Apresiasi Paulus dengan mengatakan (fakta)
bahwa masyarakat Aten serius (tutus) menjalankan agama. Sebab Paulus melhat sendiri mesbah mesbah
persembahan orang Aten ini.
2. Paulus melihat sebuah kenyataan yang menarik hatinya,
saat di tempat tempat persembahan itu dia membaca tulisan “Man Dibata Si La
Itandai” (Kepada Allah Yang Tidak Dikenal)
3. Tulisan ini “ Kepada Allah Yang Tidak Dikenal”
dijadikan Paulus “pintu masuk” untuk
berbicara mengenai budaya dengan pengajaran Yesus Kristus saat dia mengatakan (dage
Dibata si isembahndu, si la itandaindu e, e me ateku ku petandaken man bandu
genduari)
Makna.
1. Dari ayat ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa di
dalam budaya awal /asli masyrakat Aten ada bagian untuk menyembah dibata (tuhan),
menyembah sesuatu yang transenden.
Menyembah sebuah entitas yang lebih tinggi dari manusia di bumi.
Dan kemungkinan besar dan sejauh yang saya tahu pun bahwa dalam setiap budaya ada keyakinan dan ritual
untuk menyembah "dibata". Dan kebanyakan
dibata yang disembah adalah dibata yang sulit dijelaskan secara lebih
lengkap. Lebih banyak unsur tidak
dikenal nya atau la itandai . Termasuk dalam budaya Karo, ada dibata
yang sering juga disebut nini. Diyakini ada dibata dalam kerja tahun, dalam
mengket rumah, dalam prosesi kematian, dalam adat perjabun. Tapi dibata dalam budaya Karo juga tidak dikenal, dan sulit dijelaskan. Karena sang dibata itu tidak pernah memperkenalkan
dirinya kepada manusia Karo.
2. Dalam pandangan Paulus, bahwa dibata si la itandai
e adalah peluang atau pintu masuk untuk
menjelaskan Dibata Siitandai, Dibata yang memperkenalkan diriNYA kepada manusia
. Dibata yang pada awalnya Firman, dan
Firman itu sudah menjadi manusia untuk menyatu dengan manusia demi
menyelamatkan manusia itu. Alkitab
adalah penjelasan mengenai Allah yang dikenal. Jadi Alkitab adalah pelengkap dari budaya,
budaya manapun yang ada di dunia ini,
termasuk budaya karo. Alkitab
adalah penyempurna Budaya Karo, sebab Alkitab akan menjelaskan tentang Dibata
siitandai.
3. Budaya selanjutnya melahirkan pola prilaku atau pola berinteraksi masyarakatnya. Dalam budaya Karo ada Rakut Si Telu ; Kalimbubu, Senina dan Anak Beru. Dengan prinsip prilaku nya mehamat erkalimbubu, metenget ersenina dan metami man anak beru. Inilah yang sehari hari dijalankan oleh Orang Karo terutama dalam acara acara adat, dan kehidupan sehari sehari. Apakah ini sudah lengkap dan sempurna ? Mari coba kita uji apakah ini sudah lengkap dan sempurna dengan mencoba mengajukan pertanyaan "Mengapa Kita harus mehamat erkalimbubu "? Mengapa kita harus metenget ersenina, dan mengaka kita harus metami er-anak beru ? Mungkin jawabannya, kita perlu mehamat erkalimbubu, supaya kita pun disayangi kalimbubu kita. Kita perlu metenget ersenina, supaya diapun selalu merasa senasib sepenanggungan dengan kita, kita perlu metami man anak beru supaya diapun hormat kepada kita dan jika ada kerja kerja kita dia mau terlibat dan bertanggung jawab sampai selesai dan tuntas. Apakah hanya ini jawaban tertingginya, tentang Rakut Si Telu itu ? Kalau hanya ini jawabannya berarti budaya karo hanya mengajarkan tentang hidup di dunia. Tidak ada unsur transenden nya. Pada kenyataannnya tidak begitu .
Kita mehamat ku Kalimbubu gelah kita dat pasu pasu. Dat Pasu pasu ? Koq bisa hormat kepada manusia kita dat pasu pasu bas Dibata nari ? Bagaimana logikanya ? bagaimana penjelasannya. Eh ternyata tidak bisa dijawab. Kenapa tidak bisa dijawab, karena dibata si la itandai e labo pernah jelaskenna bage. Jadi apa dasarnya kita dat pasu pasu ibas dibata sila itandai nari e ?
Justru yang menjelaskan nya adalah Dibata Kalak Kristen, saat Dia mengatakan misalnya (ku pasu pasu kalak
simasu masu kam, ku sumpahi kalak sinumpahi kam). Atau Dibata Yesus Kristus singatakensa
Kelengilah temanndu manusia bagi kam ngekelengi dirindu jine. Ini kan masuk juga dalam rakut sitelu tadi. Kesimpulan : Rakut Sitelu Sempurna pendalanken
kita adi lit ije ajaran Dibata siitandai arah Tuhan Yesus Kristus.
Pengkenaina
· Selaku kalak Karo maka sidalanken orat nggeluh kalak
Karo, rakut sitelu. Tapi orat nggeluh
Rakut Si Telu langa lengkap adi langa ipersada ras Kata Dibata, Dibata sitandai
kita arah Anakna Yesus Kristus. Budaya Karo harus sejalan ataupun
diterangi/disempurnakan oleh Injil.
· Dalanken lah adat istiadat/budaya kalak karo e raduken
pedah Dibata, gelah alu bage ersempurnana
pendalanken kita. Orat nggeluh
kalak Karo, budaya e ijelasi ras iterangi kekelengen Tuhanta Yesus.
· Mehamat man kalimbubu, sebab Tuhan Yesus pe ngatakan
hamatilah nande ras bapandu. Metenget
ersenina sebab Tuhan Yesus pe ngataken kelengilah seninandu, metami man anak beru, sebab Tuhan Yesus
sendiri pe metamikal man ajar ajarna. Amin.
Bujur ras
mejuah juah kita kerina
Pt. Analgin Ginting
Komentar