Featured Post

Mentalitas Berkekurangan Para Pendeta

Gambar
Oleh: Analgin Ginting Pengantar Dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan sebagian pendeta di berbagai denominasi gereja. Muncul perilaku yang menunjukkan adanya krisis spiritual dan ketidakseimbangan antara panggilan dan gaya hidup. Kita menyaksikan pendeta yang tetap merokok sembari menyusun rasionalisasi teologisnya, pendeta yang menolak penugasan pelayanan ke jemaat tertentu, bahkan jemaat yang menolak kehadiran pendeta karena reputasi atau gaya kepemimpinannya. Tidak jarang, pendeta juga ikut terlibat dalam investasi bodong, atau menyimpulkan diskusi Alkitab secara dangkal tanpa kedalaman refleksi rohani. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah menjadi pendeta adalah panggilan kudus atau sekadar pilihan profesi dan gaya hidup religius? Pertanyaan ini menyentuh inti persoalan spiritualitas pendeta masa kini. Banyak pendeta yang tampak kehilangan daya spiritual yang sejati karena mentalitas berkekurangan (scarcity mentality) yang...

Mereka Sekarang Memuji Dan Membela Sonya

Setelah sempat di bully habis habisan di media social sekarang nampaknya arus berbalik membela Sonya.  Karena situasi Sonya sendiri yang masih berusia belia, dank arena lagi ayahandanya meninggal dunia dalam rangkaian peristiwa ini, mungkin itulah yang membuat simpati dan empathi berbalik membela Sonya.

Beberapa artikel di Kompasiana membuktikan bahwa arus sudah benar ebnar berbalik untuk membela Sonya.



Lihat dan bacala pernyataan dibawa ini yang ditulis oleh seorang Kompasiner bernama Teguh Puryanto :
Sonya adalah gadis remaja produk modernitas yang di besarkan oleh gadget dan gempita panggung hiburan televisi. Ia adalah anak hasil mutasi genetik yang di tularkan sinetron kita. Gaya hidup, cara berbicara, pola hubungan sosial yang di pertontonkan dalam sinetron tersebut bermutasi dalam selaput otaknya menjadi karakter pribadnyai. Meledak dalam ritme persis dalam karakter sinetron anak jalanan.

Sonya, adalah remaja modern kita. Dan kitalah yang membumikan budaya hedonis, angkuh, arogan, pamer, hilang respect pada orang tua. Jiwa mereka adalah jiwa yang hampa, kitalah yang mengisinya dengan gemerlap ilusi lewat sinetron.

Sonya adalah wajah dosa kita. Ia adalah korban dari kejahatan koorporasi media yang mendominasi ruang informasi dengan sampah hedonitas. Ia adalah korban dari kelemahan negara yang tunduk pada pemilik modal. Hedonitas sinetron mengibiri habis keluhuran budi masa lalu kita.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/teguh_puryanto/sonya-tandailah-aku-dek_570799a5b793732809cb289c

Selain itu sebuah artikel lain yang menjadi head line di Kompasianan benar benar menyejukkan hati kita.   Sang Kompasianer yaitu Thomas Sembiring dengan sangat apik dalam gaya bahasa anak muda menuliskan kata indah dalam artikelnya yang berjudul : Surat Cinta untuk Turang, Sonya Depari.
Beberapa penggalan kalimatnya adalah :

Menangislah dan lepaskan sebentar rasa sakit dari gagalnya Turang mengendalikan diri saat menghadapi polisi dan wartawan. Menangislah menerima makian dari seluruh jagad sosial media dan juga derasnya pemberitaan. Katanya kawan-kawan di Facebook, air mata itu adalah obat dari sakit yang disebabkan oleh kepedihan. Maka biarkanlah air matamu menawarkan beban dari kejadian yang mempermalukanmu.

 Dengarlah Turang,

Nasi sudah menjadi bubur, kata sebagian yang mampu memahami labilnya emosimu. Sudah terlanjur seperti adegan sinetron-sinetron yang tak bermutu itu pula caramu berlaku saat mencoba mengatasi tekanan malu bila disorot kamera. Bukan karena semata-mata dicegat oleh patroli kepolisian. Sudah menjadi bubur, katanya Turang. Tetapi belum lagi basi, bukan?

Tak perlu larut dalam kepedihan karena almarhum bapak tentu tak akan mau melihat puterinya terus didera kepedihan sebagaimana ia merasakan. Sekalipun nasi sudah menjadi bubur, jangan lupa bahwa bubur pun masih punya guna. Demikian pun hidupmu, setidaknya masih berguna sebagai pertanda untuk anak-anak sebayamu. Pertanda agar mereka belajar lebih bijaksana ditengah luapan emosi masa muda.


           Selengkapnya :   http://www.kompasiana.com/sembirink86/surat-cinta-untuk-turang-sonya-depari_5707d6f486afbd350b88ee98




Benar lah kata kata bijak orang tua, dalam setiap pengalaman pahit manusia ada solusi, ada jalan keluar, ada pelepasan :  Ada cahaya di ujung lorong

Atau kata kata magic dari sang pendiri Alibaba, Jack Ma,  hari hari yang kita hadapi sekarang mungkin sulit, dan besok mungkin lebih sulit lagi.  Tapi nanti pasti ada masa bahagia.


Untuk anak kami Sonya…tegakkan kepala mu nak…tidak semua yang medsos itu orang jahat, bahkan lebih banyak orang baik.  Mereka adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk menuntunmu menuju masa depan yang lebih baik. God Bless you Sonya…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025