Sebenarnya apa salah Sonya Depari? Apa kah salah dia mengaku
anak jenderal, ketika bersama teman temannya dia ditilang polisi? Apakah Sonya
satu satunya orang di republik ini yang mengaku anak jenderal, atau teman, atau
kerabat, atau kenalan seorang pejabat jika suatu saat ditilang polisi?
Enggak usah terlalu
jauh dulu dianalisa lah. Apalagi kalau
mengatakan ini karena kegagalan sistem pendidikan kita, karena miskinnya
pengajaran orang tua dan lain lain. Apa
yang dilakukan atau dikatakan Sonya adalah reaksi spontan ketika menghadapi
polisi dalam posisi yang lebih lemah seperti ditilang. Dan reaksi seperti itu bukan hanya ada dalam
bawah sadar Sonya anak remaja itu.
Saya pun berani taruhan bahwa mungkin lebih 6 dari sepuluh
orang yang ditilang polisi segera menyebutkan nama pejabat kepolisian yang dia
kenal. Sebab saya sudah banyak mendengar pegakuan baik dari anak remaja maupun
para orang tua yang mempunyai status yang sangat terhormat, bagaimana mereka bereaksi kalau berurusan dengan polisi
Apa yang dilakuan Sonya adalah merupakan hasil pengajaran
tidak langsung yang dia alami saat menonton hal hal serupa di televisi dan
media media yang lain. Lihat lah
tontonan di televisi tentang kasus papa minta saham beberapa waktu yang lalu.
Bukankah polanya sama? Bukankah tokoh tokoh dalam kasus itu juga menyebut
nyebut nama pejabat untuk mewujudkan dan membereskan keinginannya?
Bullying kepada Sonya sungguh sangat banyak sekali dan belum
berhenti sampai sekarang. Demikian juga pemberitaan Irjen Pol Arman Depari pun semakin menjadi jadi dan bisa saja
akan dimanfaatkan orang orang yang tidak suka atau takut kepada Deputy Kepala
BNN itu. Dan dampak yang paling tragis
adalah meninggalnya ayah kandung dari
Sonya sendiri. Betapa mahal harga yang harus
dibayar oleh keluarga besar Sonya Depari. Dan Sonya sendiri yang pasti mengalami
shock berat atas kasus ini.
Menurut saya kesalahan Sonya adalah khas kesalahan anak remaja,
dia hanya melakukan apa yang menurut dia baik untuk dilakukan. Bahkan saya melihat Sonya sebenarnya tampil
sebagai pemimpin, karena dia memilih berdebat dengan polisi wanita
yang menangkapnya untuk membela teman temannya.
Sonya adalah anak mandiri yang pernah menjuarai beberapa kegiatan modelling
yang dia ikuti. Ini adalah ciri ciri
anak yang mandiri, ciri ciri anak yang mempunyai karakter otentik.
Namun sekarang Sonya pasti berada dipersimpangan jalan,
dalam suatu kondisi yang bisa bisa membuat dia jatuh lebih jauh. Kondisi yang bisa membuat dunianya kelam dan
semakin kelam. Namun situasi yang sedang dialami oleh Sonya bisa juga membuat
dia kelak tampil sebaliknya. Bisa
membuat dia menjadi tokoh hebat, bisa menjadi pemimpin yang mempunyai karakter
kuat.
Warren Bennis ahli kepemimpinan itu pernah ditanya siapa
saja yang bisa mejadi pemimpin. Lalu dia
menjawab bahwa pemimpin itu tidak ditentukan oleh pendidikan, tidak ditentukan
oleh usia, tidak ditentukan oleh ras dan suku bangsa, tidak ditentukan oleh uang atau hartanya. Akan tetapi dari semua pemimpin
hebat yang pernah saya tanya dan pelajari ada satu kesamaannya, jawab Warren Bennis. Mereka semua pernah mengalami pengalaman yang
sangat menyakitkan, sangat menyesalkan, sangat memalukan, bahkan pengalaman
yang dapat mematikan mereka. Namun mereka
bisa keluar dari situasi itu dan belajar banyak.
Dengan demikian saya juga berharap bahwa Sonya pun jangan
terlalu lama dirundung rasa sedih, rasa malu, rasa bersalah dalam situasi ini. Cepatlah pulih, kuasai diri ambil sikap yang
lebih positif. Ingat di depan sudah
menunggu jadwal ujian untuk masuh perguruan tinggi. Kita ingin Sonya bisa berhasil, bisa sukses,
bisa kelak menjadi pemimpin yang handal dan berkarakter. Belajarlah banyak dari pengalaman kemarin.
Sonya masih sangat muda, dia adalah seorang siswi yang
secara mental dan fisik sangat sehat dan kuat, bahkan dari sisi yang lain
cantik. Sonya adalah adik kita, anak
kita dan bagian dari hidup kita semuanya. Mari kita stop mem-bullyi Sonya. Bahkan kita perlu semua belajar dari kasus
yang dihadapi Sonya. Semua harus kembali
melihat dirinya sendiri dan belajar.
Para orang tua harus belajar untuk mengajari anak anaknya
cara bersikap dan berkomunikasi yang benar.
Interaksi orang tua dengan anak anak remaja nya harus lebih sering
supaya jangan pengajaran yang tidak benar dari televisi lebih banyak masuk ke
dalam kesadaran sang anak.
Polisi pun harus belajar banyak dari kasus ini. Buat apa
banyak banyak mendatangi rumah orang tua Sonya.
Satu orang polisi saja pun yang datang sudah membuat shock dan takut,
apalagi serombongan. Diduga kedatangan
polisi berombongan ke rumahnya yang membutan Makmur Sembiring Depari ayhanda
Sonya meninggal dunia.
Pers pun harus mampu memberikan berita yang berimbang
terhadap satu kasus. Bahkan kita
mengharapkan pers mampu melakukan setiap tindakannya dengan landasan filosofis
yang benar dan bermakna. Apa gunanya
bertanya kepada Irjen Arman Depari tentang pengakuan Sonya? Apa maknanya
pertanyaan klarifikasi itu? Mengapa tidak dianalisa dulu apa maksud “anak jenderal”
seperti yang dikatakan Sonya.
Belajarlah.
Semoga pengalaman Sonya ini juga bisa menjadi pengalaman
semua masyarakat sehingga kita tidak perlu lagi mem bullyi Sonya di Twitter,
FB, WA dan lain lain. Saya kira anak
remaja kita sendiripun akan berkata seperti Sonya jika ditangkap atau ditilang
polisi, dan jika mempunyai jiwa kepemimpinan seperti Sonya.
Komentar
Sebagai manusia kita seharusnya mampu melihat pelajar SMA sederajat yang melakukan konvoi setelah berakhirnya ujian nasional adalah sebagai ungkapan manusiawi atas berakhirnya masa pendidikan SMA.
Memang ada euforia yang berlebihan dan sudah mengakar dalam budaya kita.
Pendidikan kita harus terus berubah agar nilai yang dilambangkan dengan angka atau predikat abjad tidak lagi menajadi skala prioritas tapi mengubah wajah pendidikan sebagai jalan untuk mengalami perubahan dan transformasi diri menuju manusia yang manusiawi.
Sonya dan semua rombongan konvoi pelajar SMA juga manusia.
Kesalahan mereka bukan untuk dimaklumi tetapi sikap kita sebagai masyarakat lah yang harus memberikan ruang bagi mereka untuk bertumbuh.
Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di tahun-tahun berikutnya
Ya kita perlu sekali tanpa henti melakukan pembinaan karakter untuk anak anak remaja kita, lalu mengusulkannya dengan sistem pendidikan kita. Pernah ada perdebatan panjang tentang mana lebh penting, Kompetensi atau Karakter. Akhirnya disetujui karakter lah yang lebih penting.