Featured Post

Berngi 7 Pekan Penatalayan 2025

Gambar
  K hotbah: "Menciptakan Perdamaian" Perikop: Matius 5:9 "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." 1. Pembukaan / Ice Breaker Salam Damai Sejahtera! Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, siapa di antara kita yang pernah menjadi "penengah" dalam suatu konflik? Mungkin saat teman berselisih, atau saat ada perdebatan di keluarga? Menjadi pembawa damai itu tidak mudah, tapi juga tidak mustahil. Mari kita renungkan: dunia kita hari ini sering kali penuh dengan konflik—baik di rumah, gereja, maupun masyarakat. Tetapi Allah memanggil kita bukan hanya untuk menghindari konflik, melainkan untuk menciptakan perdamaian . Itulah panggilan mulia yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 5:9. 2. Fakta-Fakta dari Matius 5:9 A. Damai Adalah Panggilan Anak-Anak Allah Dalam teks ini, Yesus menyebut mereka yang membawa damai sebagai “anak-anak Allah.” Fakta penting: Menjadi pem...

Masih Sanggupkah Indonesia Mempertahankan "Bangsa dan Negaranya"

Besok adalah tanggal 17 Agustus 2012. Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke 67. Usia yang sudah mulai uzur. Banyak prestasi Bangsa yang sudah dicapai, namun banyak kegagalan yang masih nyata dalam kehidupan sehari hari, yang solusi penyelesaiannya semakin suram tidak ada arah dan harapan. Untuk menjadi perenungan kita bersama, saya ingin memaparkan sedikit yang bisa saya amati dan pahami.

Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada dua tahun terakhir ini mencapai diatas 6%. Suatu pertumbuhan yang sangat fantastis dan menjadikan Indonesia menjadi satu negara yang paling baik prospek ekonominya di dunia. Product Domestic Bruto (PDB) sudah menjadi lebih dari $ 3000, suatu jumlah yang sangat fantastis sebab setiap orang Indonesia mempunyai in come/pendapatan sekitar Rp 30.000.000 per tahun atau lebih Rp 2.500.000 per bulan.

Namun fakta ini sangat ironi, dan sangat menyakitkan untuk sebagian orang Indonesia yang masih hidup dalam taraf kemiskina, sebab masih ada 29,13 juta penduduk Indonesia yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Sebagai kategori orang miskin mereka HANYA mempunyai pendapatan sebanyak Rp 379.052 per bulannya. Kalau pendapatan mereka sudah sampai Rp 400.000 per bulan mereka tidak lagi dikelompokkan miskin, dan jika pendapatan mereka Rp 600.000 per bulan mereka tidak lagi kelompok miskin, dan jika pendapatan mereka sudah pada angka Rp 800.000 per bulan mereka tidak lagi kelompok miskin, dan jika mereka sudah mempunyai pendapatan Rp 1000.000 per bulan jelas mereka tidak lagi keompok miskin. Buruh di Jakarta yang mempunyai pedapatan sekitar Rp 1.800.000 per bulan jelas bukan lagi orang miskin. Mari renungkan dalam dalam, apa yang bisa dilakukan dengan uang Rp 1.800.000 per bulan, apalagi dengan uang yang hanya Rp 400.000 per bulan.




Jadi dapat disimpulkan bahwa kategori miskin yang dikeluarkan oleh BPS hanyalah untuk kepentingan politik dan memuaskan atasannya.

Itulah sebabnya angka 29,13 juta penduduk miskin di Indonesia ditertawai oleh Bank Dunia dan memberikan angka yang lebih membuat geleng geleng kepala sangat kencang; 115 juta penduduk Indonesia masih hidup dalam taraf kemiskinan. Jadi masih ada sebanyak 48 persen penduduk Indonesia yang hidup dalam kemiskinan.
Ngerinya lagi, utang Bangsa Indonesia saat ini adalah sebanyak Rp 1.837,99 Triliun. Sepanjang tahun 2011 saja ada pertambahan utang sebanyak Rp 33.9 T, dan cicilan bunga dan pokok hutang yang harus dibayar adalah sebanyak Rp 261.8 T. Masih adakah Presiden yang sanggup mengatasi semuanya itu?

Korupsi

Prilaku korupsi Bangsa tidak lah semakin berkurang dan karakter Bangsa semakin baik. Bahkan hal hal yang diluar dugaan semakin tersingkap dan terbuka lebar lebar. Semain banyak yang terungkap dan terbuka dengan jelas bahwa pelaku pelaku korupsi adalah para orang orang terhormat para pejabat yang mempunyai jabatan sangat tinggi. Bahkan yang lebih ironi adalah banyak pelaku korupsi para penegak hukum sendiri.

Kerugian ekonomi pasti lah sangat besar dengan tindakan korupsi tersebut, namun yang paling menyakitkan adalah penghianatan kepada rakyat. Jika harga barang itu hanya Rp 90 M, mengapa dibuat menjadi Rp 190 M. Berarti ada uang yang DICURI sebanyak Rp 100 Milyard. Uang yang seharusnya dapat dipakai untuk memperbaiki infrastruktur demi memperbaiki kehidupan orang orang yang hanya mempunyai pendapatan Rp 400.000 DICURI oleh pemimimpinnya yang setiap saat menggembar gemborkan DEMI RAKYAT.

Sampai kapan situasi seperti ini terjadi dan bertahan? Sampai kapan rakyat dihianati. Sanggup kah, Lembaga Persiden, Lembaga MPR dan DPR dan semua partai politik mengatasi hal ini.

Kehidupan Beragama

Enam puluh tujuh tahun sudah merdeka, namun menjalankan ibadah agama saja sulit. Lihat warga GKI Yasmin, HKBP Philadelfia Bekasi, dan GBKP Bandung Timur yang gerejanya ditutup dan pemerintah tidak punya program untuk mengatasinya. Lalu dengar apa yang terjadi di Aceh Singkel sebanyak 18 gereja dipaksa tutup. Juga gereja gereja ditenmpat yang lain.

Belum lagi penderitaan teman teman yang bergabung dalam Ahmadyah, sampai sekarang mereka merasa diancam hanya untuk menjalankan bagian paling suci dalam aktivitasnya, beribadah. Sampai kapan ini berakhir, dan adakah yang sanggup mengatasi semuanya ini?

Utang Utang Atas Konflik.

Siapa sebenarnya pelaku G 30 S PKI. Siapa yang harus menjelaskan kebenaran itu. Siapa yang menjelaskan kejadian sebenarnya dari peristiwa Semanggi 1 dan Semanggi 2, dan seluruh konflik yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998. Bagaiman dengan konflik konflik yang lain yang melibatkan aparat negara?

Bagaimana dengan Petrus, bagaimana dengan Konflik Tanjung Priok, konflik Poso dan Ambon? Bagaimana dengan Lapindo, bagaimana dengan Freeport. Jembatan Kutai Kertanegera yang runtuh itu. Siapa yang bertanggung jawab untuk menjelaskan semua yang ada? Sanggupkah Presiden dengan seluruh menterinya untuk mengatasi hal ini?

Prestasi Olah Raga Bangsa

Olah raga bagi Bangsa Indonesia tidak lebih dari permainan politik. Tidak ada lagi prestasi Bangsa ini dibidang olah raga. Semua pembangunan olah raga dikorupsi. Lalu ada konflik antar pengurus seperti PSSI. Bahkan berita yang sangat memalukan pemain bulutangkis kita pun dipulangkan dari Olympiade karena diskualifikasi. Bangsa ini tidak lagi sportif dalam bidang yang paling sportif.
Apalagi yang bisa diharapkan dari olah raga, prestasinya tidak ada, dan karakter sportifitasnya pun habis sirna dibawa angin.

Belum lagi soal kemacetan Jakarta dan kota kota besar Indonesia. Terjualnya suber daya alam, bahan mentah bangsa ke negara lain yang jumlahnya semakin hari semakin besar. Beras , buah buahan, sayuran, gula, ikan pun sudah harus diimpor dari negara negara lain. Yang paling menyakitkan adalah ikan asin berformalin sudah membanjiri pasar dalam negeri?

Sanggup kah Jakarta mengatasi semua ini? Hah, Jakarta semakin tidak peduli dengan apa yang terjadi di wilayah yang lain. Meskipun kiblat tetap ke Jakarta, padahal sumber uang Jakarta jelas bukan dari jakarta. Egois sekali orang orang Jakarta. Egoisme kesukuan lah yang juga ketidak relaan memindahkan Ibukota Pemerintahan ke Kalimantan. Sampai kapan kita menunggu?

Sejarah

Sejarah Indonesia bukan sejarah kesatuan. Hebatnya kerajaan kerajaan dulu karena sangat lokal dan kedaerahan. Majapahit, Pajaran, Sriwijaya itu bukan kesatuan yang sangat besar seperti sekarang Indonesia. Tapi hanya lokal. Itupun yang diangkat menjadi sejarah adalah Kerajaan yang berpusat di Pulau Jawa. Bagaimana dengan kerajaan yang di Halmahera, di Kalimantan, di Sulawesi dan di Sumatra? Bagaimana dengan kerajaan Haru. Kerajaan yang lebih hebat dari majapahit namun tidak pernah dipublikasikan dengan propersi yang sama dengan Majapahit atau Mataram.

Dulu di awal tahun kemerdekaan, kesatuan dan persatuan bisa diciptakan karena ada tokoh tokoh negarawan yang hebat wawasan kebangsawannya. Sekarang, untuk Jakarta saja pun ada yang tidak rela dipimpin oleh orang yang bukan kelompoknya.
Kalau begitu jangan jangan pilihan yang lebih baik, demi kemanusiaan dan demi harkat semua bangsa di wilayah Indonesia secara ikhlas dan se sejatinya, lebih baik ada Negara Kalimantan atau Negara Sulawesi. Sebab wawasan kenegarwanan itu semakin sulit, dan semakin tidak kelihatan. Tidak ada pemimpin sekarang yang pikirannya tidak terpaut dengan kekuasaan dan korupsi dan keamanan lembaga atau korp nya saja. Benar Kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024