Penampilan mereka biasa saja, seperti kebanyakan pegawai rendahan di kantor-kantor. Umumnya perusahaan menyebut mereka Office Boy, tapi kami di SLI (Supreme Learning International) menyebut mereka, Training Support. Sebagai Training Support, maka peranan mereka sangat banyak mulai dari menjaga kebersihan kantor, menyediakan kopi dan teh, sebagai kurir, sebagai administratur sampai mempersiapkan seluruh kebutuhan training. Mem foto copy, menjilid, mengepak, mengantar sampai kenderaan, bahkan sesekali mengantar ke kantor tempat training akan diadakan.
Sering sekali di lokasi training pun mereka harus hadir, untuk membantu instruktur dalam mengangkat kardus, membuka mengeluarkan isinya, membagikannya kepada peserta, memasang alat-alat bantu media, menghidupkan
notebook computer, menyetel
LCD Projector, pengeras suara, perekan video dan camera foto. Sehingga boleh dikatakan mereka mempunyai tugas dan pekerjaan yang sangat banyak.
(Foto disebelah adalah hasil jepretan Budi, dalam salah satu sesi outbound training di daerah Sentul beberapa waktu yang lalu)
Kehadiran mereka sangat membantu, ketidak hadiran mereka pasti akan membuat operasional kerja kami berantakan. Untuk hadir di kantor di Jakarta dan pulang dari kantor ke rumah mereka, juga adalah sebuah perjuangan nyata. Dua orang tinggal di Depok dan satu orang bahkan tinggal di daerah Darmaga Bogor. Tidak heran kalau mereka harus berangkat subuh sekali, dan pulang setelah malam menjelang. Sebab mereka jugalah yang membuka dan menutup kantor kami.
Suatu saat saya ada training di daerah Jakarta Pusat. Saya di ditemani Budi yang rumahnya di Bogor. Sebelum saya sampai di lokasi dia sudah mengirim sms kepada saya, mengatakan bahwa dia sudah sampai . Saat itu masih jam 07.15, saya masih di tengah jalan. Training akan dimulai jam 08.30 dan berakhir jam 18.00. Setelah selesai training, masih perlu waktu sekitar 15 menit untuk membereskan semua peralatan. Akhirnya Budi kembali ke Bogor naik kereta rel listrik. Dan ketika saya tanya jam berapa akan sampai di rumah, dia menjawab sekitar jam 10.00 malam. Tadi pagi saya bangun jam 04.00 subuh, berangkat jam 04.30 Pak, katanya dengan senyum di bibir dan mata yang kelelahan.
Mereka tidak pernah mengeluh, bahkan menikmati hidupnya. Max, benar-benar sukses sebab anak-anaknya sudah dewasa bahkan 2 orang sudah bekerja, dan sebentar lagi akan menikahkan anak yang tertua. Yanto masih bujangan, selalu tersenyum dan tidak pernah memikirkan soal jodohnya. Yang penting
happy pak, katanya setiap kali saya tanya kapan mau menikah. Budiman yang tinggal di Bogor mempunyai dua orang anak, tinggal di desa Petir daerah Darmaga, jago mancing. Sering diajak oleh teman-temannya mancing di laut, dan bersama ayah mertua mancing di sungai atau empang. (sekali-sekali saya berguru kiat mancing kepada dia, dan jawabnya lancar mengikuti pengalamannya).
Mereka berhasil dalam hidup, tidak risau akan besar kecil pendapatannya. Tidak mengeluh aka jauh nya tempat tinggal mereka, serta banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan. Mereka alirkan saja alur kehidupan yang mereka miliki, dan tanpa sadar mereka sedang membangun karakter. Karakter yang menghantarkan mereka menemukan kesuksesan dalam hidup mereka. Menurutku sukses yang sebenarnya.
Komentar