Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

Bukan JK Atau Abraham Samad, Namun Luhut Panjaitanlah Yang Menjadi Cawapres Jokowi



Saya kira Golkar sedang memainkan kartu truf untuk menentukan Calon Wapres pendamping Jokowi. Memang saat ini sudah mengerucut kepada dua nama yaitu Abraham Samad dan Jusuf Kalla.  Kedua nama ini juga diperkuat oleh beberapa sinyal sinyal yang keluar dari mulut Jokowi sendiri.  Misalnya ketika dia mengatakan calon wapres yang akan mendampinginya bukan dari Jawa, dan menguasai  salah satu ekonomi atau hukum.


Mendengar sinyal yang disampaikan oleh Jokowi juga beberapa petinggi PDIP, maka publik langsung mengassosiasikannya dengan Abraham Samad atau Jusuf Kalla.  Nampaknya sama kuat, dan dua duanya mempunyai peluang yang sama untuk mendampingi Jokowi.


Belakang muncul issu kabinet bayangan Jokowi, dan  Abraham Samad diplot menjadi Jaksa Agung, sehingga publik langsung menganggap bahwa dengan demikian Jusuf Kalla lah yang akan mendampingi  Jokowi.  Apakah benar Jusuf Kalla?


Memang hasil survey beberapa waktu yang lalu publik paling banyak menginginkan Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla.  Walaupun usianya sudah tua (75 tahun) namun Pak JK demikian dia selalu disapa tetap menunjukkan kesehatan yang sangat prima, ditambah dengan pengalaman yang sudah segudang.  Sehingga berpasangan dengan Jusuf Kalla publik melihat sebagai the dream team dengan Jokowi, yang suka blusukan dan cepat mengambil keputusan.


Saya sendiri melihatnya lain.  Memang Jusuf Kalla adalah orang Golkar, namun 5 tahun terakhir ini dia berada di luar struktur Golkar.  Dengan kenyataan ini saya menduga bahwa petinggi Golkar justru tidak terlalu suka jika Jusuf Kalla yang maju mendampingi  Jokowi.


Aburizal Bakrie juga bukan, karena elektabilitasnya yang sangat rendah.  Dan PDIP sendiri pun nampaknya akan menolak Aburizal  Bakrie, lebih memilih Jusuf Kalla atau Abraham Samad.
Lalu siapa yang akan disorongkan oleh Golkar sebagai pendamping Jokowi sebagai calon Wapres?  

 Tinggal dua nama, dan dua duanya bukan dari Jawa, dan bukan juga Sulawesi.  Mereka berasal dari Sumatra.  Yang pertama adalah Akbar Tanjung, saat ini menjabat sebagai  Ketua Dewan Pertimbangan  Golkar dan yang kedua adalah Jenderal Purnawirawan Luhut Panjaitan.  Ketika pulang dari kunjungannya ke Kantor Nasdem kemarin, Akbar Tanjung kembali menegaskan bahwa ada tiga calon wapres dari Golkar yaitu Akbar Tanjung, Jusuf Kalla dan Luhut Panjaitan.


Diantara Akbar dan Luhut, maka saya melihat bahwa Luhut lah  yangakan  disorongkan menjadi pendamping  Jokowi sebagai calon Wapres.   Ada beberapa alasan yang menurut saya sangat mendasar dan mempunyai peluang yang sangat besar 


1.       Luhut Panjaitan disukai PKB, kawan Koalisi PDIP, karena Luhut  pernah menjadi Menteri Perindustrian di Kabinet Abdurrahaman Wahid.

2.       Luhut sudah berteman dengan Jokowi dalam jangka waktu yang lama, sehingga komunikasi Luhut dengan Jokowi bisa dikatakan tanpa barrier, tanpa kendala.  Bahkan pernah terdengar bahwa Luhut berjasa untuk mendorong Jokowi menjadi Calon gubernur DKI.

3.       Luhut dianggap mampu mengatasi semua strategi Prabowo, karena Prabowo adalah mantan anak buah Luhut di Kopassus. Luhut  Panjaitan sampai saat ini dianggap salah satu militer yang paling cerdas.

4.       Luhut mempunyai pengalaman dalam bidang ekonomi dan menguasai konsep pertahanan dan keamanan.  

5.       Luhut disukai di Golkar, khususnya oleh Aburizal Bakrie, sehingga kedudukan ARB ini tetap aman jika  Luhut menjadi petinggi Golkar yang menjadi Wapres.  Berbeda jika yang menjadi Wapres adalah Jusuf Kalla atau Akbar  Tanjung.

6.       Luhut adalah orang Kristen Protestan, sehingga bisa meraup suara orang kristen di seluruh Indonesia.   Dua kali pola Jokowi didampingi oleh wakil orang katolik (wakil walikota Solo) dan orang beragama kristen protestan  Basuki Tjahja Purnama (Ahok).  Sehingga berpasangan dengan Luhut akan menuruskan kebiasaan kemenangan Jokowi.

Memang harus diakui, jalan masih sulit sebab sejauh ini belum pernah ada survey yang memasangkan Jokowi dengan Luhut Panjaitan, sehingga nilai elektabilitasnya sulit diduga.  Namun dengan kerja sama dan kecerdasan Megawati dan Akbar Tanjung sebagai ketua tim pemenangan Jokowi –Luhut, hal ini bisa diatasi.  Ditambah dengan performa yang dilakukan oleh Ahok, dimana pertimbangan agama sesorang nampaknya bukan lagi pertimbangan utama dalam memilih calon pemimpin Indonesia.  Yang penting komitmen dan karakternya.  Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024