Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

Hanya Tiga Orang Karo Yang Lolos Jadi Anggota DPR RI Ke Senayan



Akhirnya hanya tiga orang Karo yang sukses melenggang ke Senayan sebagai anggota legislatif (anggota DPR RI) periode 2014-2019.  Tadinya saya meramalkan akan ada 4 atau lima orang yang akan menjadi juru bicara Orang Karo di DPR RI.   Nama nama tiga orang tersebut adalah 

1.       Tifatul Sembiring (PKS)
2.       Delia Pratiwi Br Sitepu (Golkar)
3.       Rudi Hartono Bangun ( Partai Demokrat)

Mereka yang gagal ke Senayan antara lain Corry Sebayang dan Liasta Karo Karo dari Gerindra, Sudiman Tarigan dan Baltasar Tarigan dari PDIP, Letjen TNI (Purn) Arifin Tarigan dari PBB.  Selengkapnya calon calon yang lain gagal ke Senayan bisa dibaca di link ini.

Delia Pratiwi Br Sitepu


Kalau kita lihat maka ketiga nama Orang Karo tersebut adalah beragama Islam.  Delia Pratiwi br Sitepu adalah Putri dari H. Ngogesa Sitepu, Bupati Kabupaten Langkat dan Rudi Hartono Bangun adalah putra dari H. Saleh Bangun, Ketua DPRD Tingkat I Sumatra Utara.  


Dari kenyataan ini dapat kita simpulkan bahwa di dalam Suku Karo maka teman teman atau keluarga kita yang beragama islam lebih bagus, lebih fleksibel, lebih terbuka dalam berpolitik.  Sedangkan bagi Orang Karo yang beragama Kristen lebih malu malu, lebih kaku, dan tidak bebas dan terbuka dalam pendidikan politik apalagi dalam memerankan politik praktis.


Kita berharap Orang Karo (Muslim) yang sudah berhasil dalam berpolitik dapat mempertahankan prestasi ini, sedangkan bagi Orang Karo yang beragama Kristen bersedia instrospeksi diri serta belajar berpolitik dengan lebih terbuka, sehingga dapat lebih yakin dan percaya diri saat menjadi calon anggota legislatif atau Senator (anggota DPD).


Salah satu hal yang saya lihat dan rasakan  bagi Orang Karo Kristen belum sepenuhnya mampu membebaskan paradigma agama dalam paradigma politik. Atau penggabungan paradigma agama dan paradigma politik belum berada dalam satu titik Atau penggabungan paradigma agama dan paradigma politik belum berada dalam satu titik yang harmonis dan sinergis.  

Dr Badikenita Br Sitepu

Maksud saya, masih ada keragu raguan bagi kita orang kristen Karo untuk terjun sepenuhnya dalam dunia politik.  Saat memutuskan terjun sepenuhnya dalam dunia politik, masih ada pemikiran bahwa politik itu kotor.  Dosa kalau melakukan ini dan itu.  Padahal kalau seseorang terjun ke dunia politik, maka dia harus cerdas menyikapi dan melakonkan paradigma politik, tanpa harus mengorbankan kekristenannya. Selanjutnya pemilih atau pendukung Orang Karo pun masih sebagian besar ragu ragu dalam memberikan dukungannya kepada calon politisi yang beragama Kristen. 


Disinilah saya lihat kelebihan teman teman yang beragama Islam, bahwa ketika mereka berpolitik maka mereka total tanpa keraguan lagi menerima secara total paradigma politiknya.  Jadinya mereka lebih bebas, lebih fleksibel dan tentu saja peluang kemenangannya pun lebih besar dan terbukti. 


Jika dibandingkan dengan Suku Batak Tapanuli, baik yang beragam Kristen maupun Islam, Suku Karo harus mengakui kalah jauh sekali.  Puluhan orang Batak Tapanuli lolos ke Senayan, tidak hanya dari Sumatra Utara tapi dari propinsi propinsi yang lain khususnya di Pulau Jawa banyak sekali meloloskan saudara serumpun kita ini.  Jumlah orang Batak Tapanuli yang beragama Kristen dan beragama Islam yang lolos ke Senayan pun hampir berimbang.  Ini menandakan bahwa paradigma politik Orang Kristen Batak Tapanuli ternyata lebih terbuka, lebih fleksibel dari Suku Karo beragama kristen.  Nama nama seperti Jhony Arlen Marbun. Ruhut Poltak Sitompul,  (P Demokrat), Martin Hutabarat (Gerindra) Martin Manurung (Nasdem), Effendi Simbolon, Maruarar Sirait, Adien Napitupulu, Trimedya Panjaitan, Junimart Girsang (PDIP), merupakan politikus handal beragama Kristen.


Singkatnya dengan fakta hasil Pemilu tahun 2014 ini, kita Orang Karo khususnya yang beragama Kristen harus mau belajar, mau mengevaluasi diri, maun bertanya, mau berubah, sehingga mempunyai kepastian dan tidak malu malu lagi untuk terjun ke dunia politik.  Juga kita harus mau mendukung dengan penuh teman teman kita orang Karo yang memilih untuk terjun ke dunia politik.  Jangan lagi malu malu atau tanggung tanggung saat mendukung calon sesama orang Karo.


Patut disayangkan kegagalan Dr Badikenita Br Sitepu sebagai anggota DPD mewakili Sumatra Utara.  Dia memperoleh sekitar 380 ribuan suara, kurang sekitar 13 ribu suara dari calon yang lolos no 4 sebagai senator.  Yang lolos sebagai no 4 adalah anggota incumbent Parlindungan Purba.  Kita masih perlu banyak belajar untuk mampu meloloskan calon senator Orang Karo ke Senayan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024