Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 27 April - 3 Mei 2025

Gambar
Thema: Guna Dame Kita Ipilih Dibata (Untuk menciptakan kedamaian, kita dipilih oleh Tuhan) Nas Alkitab:  Kolose 3:12–15 A.  Pendahuluan Sejak manusia jatuh dalam dosa, dunia dipenuhi perpecahan, perselisihan, dan pertengkaran. Tetapi melalui Kristus, Allah memanggil manusia untuk mengalami pemulihan, bukan hanya hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Sebagai umat pilihan Allah, kita bukan hanya dipanggil untuk menikmati damai, tetapi juga menjadi pembawa damai dalam kehidupan sehari-hari. B.  Fakta Paulus mengingatkan bahwa jemaat Kolose adalah orang-orang pilihan Allah, yang telah dikuduskan dan dikasihi-Nya. Karena itu, mereka dipanggil untuk mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Mengampuni satu sama lain sebagaimana Kristus telah mengampuni. Mengenakan kasih sebagai pengikat utama yang mempersatukan dan menyempurnakan. Membiarkan damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati, sebab mereka dipanggil menjadi satu...

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Nas: Keluaran 19:1–8
Thema: Menjadi Imam-Imam Tuhan

I. Fakta Nas (Historis dan Naratif)

  1. Tiga bulan setelah keluar dari Mesir, bangsa Israel tiba di kaki Gunung Sinai.
  2. Allah memanggil Musa naik ke gunung untuk menyampaikan firman-Nya kepada umat.
  3. Tuhan mengingatkan Israel tentang penyelamatan yang telah dilakukan-Nya, seperti rajawali yang melindungi anak-anaknya (ay. 4).
  4. Janji perjanjian ditegaskan: Jika umat setia pada firman dan perjanjian Allah, mereka akan menjadi “harta kesayangan,” “kerajaan imam,” dan “bangsa yang kudus” (ay. 5–6).
  5. Respons umat sangat antusias dan serempak: “Segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan” (ay. 8).


II. Arti dan Makna Teologis

  • Allah adalah Allah yang mengikat perjanjian (covenantal God)—Ia tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga mengundang umat untuk hidup dalam relasi kesetiaan dua arah.
  • Panggilan menjadi imam dan bangsa kudus adalah identitas spiritual yang tidak hanya bersifat pribadi, tetapi kolektif dan missional.
  • Imam di sini bukan hanya fungsi kultis, tapi berarti perantara antara Allah dan dunia (bdk. 1 Petrus 2:9).
  • Tuhan memilih saluran komunikasi melalui Musa dan para tua-tua—suatu bentuk struktur kepemimpinan yang mengedepankan hikmat, pengalaman rohani, dan karakter yang matang (bandingkan dengan Ulangan 6:6–9).
  • Tanggapan umat penting—relasi perjanjian menuntut ketaatan dan komitmen penuh, bukan sekadar emosi spiritual sesaat.

III. Relevansi Nas dengan Keadaan Sekarang

  1. GBKP sebagai gereja Presbiterial-Sinodal memerlukan umat yang sadar akan identitasnya sebagai “kerajaan imam dan bangsa kudus,” bukan sekadar warga gereja formal.
  2. Di tengah masyarakat yang konsumtif dan sekuler, panggilan menjadi imam menantang warga GBKP untuk menjadi jembatan antara dunia dan Allah lewat doa, pelayanan, dan teladan hidup.
  3. Keluarga Kristen saat ini perlu meneladani struktur pewarisan iman dari generasi tua kepada yang muda. Tua-tua (orang tua, pemimpin jemaat) harus aktif menyampaikan firman Tuhan.
  4. Ketaatan sebagai syarat keintiman dengan Allah perlu ditegaskan dalam kehidupan bergereja yang kadang hanya ritualistik dan seremonial.

IV. Pesan Utama Nas (Kerygma) untuk Warga GBKP

"Allah memanggil setiap orang percaya untuk hidup sebagai imam yang kudus, setia kepada Firman, dan menjadi perantara kasih Allah di tengah dunia."

Panggilan ini menuntut:

  • Ketaatan total kepada firman, bukan setengah hati.
  • Identitas yang jelas sebagai umat pilihan, bukan pengikut budaya dunia.
  • Komitmen kolektif—tidak cukup hanya sebagian jemaat yang aktif, seluruh warga dipanggil.

V. Implementasi dan Penutup: Aspek Teologis Abadi

  1. Kesetiaan pada firman Allah adalah dasar relasi umat dengan Tuhan sepanjang zaman. Ini adalah prinsip kekal dari perjanjian Allah (bdk. Mazmur 119:105).
  2. Gereja bukan hanya tempat ibadah, tapi komunitas imam-imam Allah yang hidup kudus, aktif bersaksi, dan membawa terang Kristus.
  3. Implementasi konkret:
    • Membentuk keluarga sebagai “mezbah kecil” tempat firman dibaca, didengar, dan dihidupi.
    • Menguatkan peran tua-tua jemaat sebagai mentor rohani.
    • Menjadikan setiap pertemuan gerejawi sebagai momen memperbaharui komitmen kepada Tuhan.

Penutup:
Menjadi “Imam-Imam Tuhan” bukan status elitis, tapi tanggung jawab mulia dan kudus. Dalam dunia yang semakin jauh dari Tuhan, Gereja (termasuk GBKP) harus menjadi komunitas yang bersinar karena kesetiaan, kekudusan, dan keberanian untuk bersaksi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025