Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

Catatan Tambahan Khotbah 27 April 2025

Thema : "Bersedia Lahir kembali Dan Memperoleh Hidup Baru

(Tubuh peduakaliken ngaloken kegeluhen si mbaru)

Nas: Titus 3:1–8

 

1. Pendahuluan

Setiap orang ingin hidup lebih baik dari hari ke hari. Namun perubahan sejati tidak cukup hanya dengan tekad manusia. Firman Tuhan hari ini menunjukkan bahwa hidup baru hanya lahir dari belas kasih Allah yang bekerja lewat kelahiran kembali oleh Roh Kudus. Inilah yang disebut sebagai hidup baru dalam anugerah.

 2. Fakta Nas:

  1. Dalam surat ini Paulus menasihati Titus untuk mengingatkan jemaat:
  2. Tunduk pada pemerintah, taat dan siap untuk pekerjaan baik (ay.1).
  3. Tidak memfitnah, tidak suka bertengkar, ramah dan lemah lembut (ay.2).
  4. Mengingat keadaan lama manusia: bodoh, sesat, diperhamba hawa nafsu, keji, saling membenci (ay.3).
  5. Namun karena kasih dan rahmat Allah, kita diselamatkan bukan karena perbuatan, tetapi oleh pembaharuan Roh Kudus (ay.4–6).
  6. Orang percaya dibenarkan dan diberikan hak untuk menerima hidup kekal (ay.7).
  7. Maka, orang percaya didorong untuk berusaha sungguh-sungguh melakukan pekerjaan baik (ay.8a).


 3. Makna Teologis

Nas ini menegaskan bahwa:

  1. Keselamatan adalah karya anugerah Allah, bukan hasil perbuatan baik manusia.
  2. Kelahiran kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus adalah proses transformatif spiritual, di mana identitas lama ditinggalkan dan kehidupan baru dimulai.
  3. Etika Kristen (taat, tidak memfitnah, ramah, dll.) bukan sekadar moralitas, tapi ekspresi hidup yang telah dibarui oleh kasih karunia.

4. Kerygma dan Pesan Kontekstual 

Kerygma utama dari Titus 3:1–8 adalah:

  1. Keselamatan dan hidup baru yang sejati adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan dari moralitas atau usaha manusia. 
  2. Transformasi hidup sejati hanya terjadi ketika manusia lahir kembali dan diperbarui oleh Roh Kudus. 
  3. Pembaruan ini bukan bersifat kosmetik atau perilaku luar, melainkan menyentuh akar terdalam dari keberadaan manusia—pikiran, hati, dan relasi sosialnya.

Relevansi dengan jemaat GBKP saat ini:

Di era modern ini, banyak warga jemaat—terutama yang terdidik dan tinggal di perkotaan—cenderung menilai iman secara rasional, bahkan transaksional: "Kalau saya rajin ke gereja, Tuhan akan memberkati saya." Ini adalah bentuk iman yang berakar pada logika manusia, bukan kelahiran kembali oleh Roh.

Ada juga kecenderungan untuk menilai kebaikan hanya dari etika sosial: tidak mencuri, tidak menipu, tidak kasar. Namun firman ini menegaskan bahwa kebaikan sejati lahir dari pembaruan Roh, bukan sekadar kepatutan.

Kehidupan bergereja pun makin terjebak dalam ritualisme tanpa transformasi—ibadah berjalan, pelayanan rutin, tapi karakter dan relasi tidak berubah.

Pesan tegasnya adalah:

Jangan puas hanya dengan menjadi “baik” secara sosial. Tuhan tidak mencari orang sopan, tapi mencari orang yang hidupnya diperbarui oleh Roh-Nya.

Gereja harus menjadi komunitas transformasi, bukan hanya komunitas etika.

5. Implementasi dan Aplikasi Praktis 

Untuk Anak Muda:

Berhenti hidup ganda. Jangan tampak rohani di gereja tapi hidup sembarangan di dunia digital. Mintalah Roh Kudus memperbarui motivasimu, bukan hanya gayamu.

Lahir baru berarti membiarkan Tuhan menulis ulang tujuan hidupmu—bukan hanya soal sukses, tapi soal menjadi terang.

Untuk Ayah (Kaum Pria Dewasa):

Tunjukkan kepemimpinan yang diperbarui: bukan otoriter atau cuek, tapi penuh kasih, rendah hati, dan tangguh dalam kebaikan.

Di tengah tekanan dunia kerja dan sosial, ingatlah bahwa kekuatan ayah sejati bukan dari otot atau status, tapi dari Roh Kudus yang membentuk karakter ilahi.

Untuk Ibu (Kaum Perempuan):

Pembaruan hidup berarti juga membawa kehangatan kasih Kristus ke rumah—dalam tutur kata, kesabaran, dan perhatian terhadap yang lemah.

Dalam dunia yang menuntut penampilan dan pencapaian, jadilah teladan perempuan yang utuh karena diperbarui, bukan dibentuk oleh standar dunia.

Untuk Orang Tua (Lansia):

Jangan merasa “sudah cukup rohani.” Waktu hidup kita yang tersisa harus makin memancarkan buah Roh: damai, lemah lembut, sukacita.

Doamu, kisahmu, dan hidupmu harus menjadi sumber pengajaran tentang anugerah, bukan hanya nostalgia tentang masa lalu.

Untuk Para Presbiter dan Pelayan Gereja:

Jangan hanya mengelola gereja; biarlah hidupmu menjadi cermin kelahiran baru dan pembaruan Roh.

Kesaksian terbesar bukan dari program pelayanan, tapi dari hidup yang diubahkan, yang tidak memfitnah, tidak kasar, tapi lemah lembut dan penuh kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025