Catatan Tambahan PJJ 16 - 22 Maret 2025

KHOTBAH LUKAS 17:11-19
Saudara-saudari dalam Kristus, dalam kehidupan ini kita sering menghadapi berbagai kesulitan, penderitaan, dan pergumulan yang membuat kita merasa tidak berdaya. Ada kalanya kita merasa jauh dari pertolongan Tuhan, seakan-akan Dia tidak mendengar seruan kita. Namun, firman Tuhan dalam Lukas 17:11-19 mengajarkan bahwa Yesus selalu hadir untuk menjawab seruan mereka yang berseru kepada-Nya dengan iman.
Perikop ini menceritakan tentang sepuluh orang kusta yang mengalami penderitaan luar biasa. Mereka dikucilkan dari masyarakat dan hidup dalam keterasingan. Namun, ketika mereka mendengar bahwa Yesus melintas, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka berseru dengan suara nyaring, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" (Luk. 17:13).
Melalui kisah ini, kita akan melihat bagaimana seruan kepada Yesus membawa perubahan dalam hidup manusia, bagaimana iman memainkan peran utama dalam keselamatan, dan bagaimana seharusnya kita menanggapi anugerah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Yesus melewati perbatasan Samaria dan Galilea
Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem, tetapi Dia tidak mengambil jalur biasa. Dia justru melewati perbatasan Samaria dan Galilea, tempat yang dianggap sebagai daerah marginal dan campuran budaya antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Ini menunjukkan bahwa misi Yesus tidak terbatas hanya untuk orang Yahudi tetapi juga bagi semua bangsa (Matius 28:19-20).
Sepuluh orang kusta berseru meminta belas kasihan kepada Yesus
Orang-orang yang menderita kusta pada masa itu dikucilkan oleh masyarakat karena dianggap najis menurut hukum Taurat (Imamat 13:45-46). Mereka tidak boleh berinteraksi dengan orang lain dan harus tinggal di luar permukiman. Karena itu, mereka hanya bisa berseru dari kejauhan, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" (Luk. 17:13). Ini menunjukkan kesadaran mereka akan kebutuhan akan belas kasihan Tuhan.
Kesembuhan terjadi dalam perjalanan menuju imam-imam
Yesus tidak langsung menyembuhkan mereka, tetapi memberikan perintah, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dalam Perjanjian Lama, imam adalah satu-satunya yang dapat menyatakan seseorang tahir dari kusta (Imamat 14:2-4). Mereka taat kepada perintah Yesus, dan dalam perjalanan, mereka mengalami kesembuhan. Ini menunjukkan bahwa tindakan iman diperlukan untuk mengalami mukjizat Tuhan.
Hanya satu yang kembali untuk bersyukur, dan ia adalah orang Samaria
Dari sepuluh orang yang disembuhkan, hanya satu yang kembali untuk memuliakan Allah. Yang mengejutkan, dia adalah orang Samaria—kaum yang dipandang rendah oleh orang Yahudi. Ini menyoroti bahwa keselamatan bukan berdasarkan latar belakang etnis atau status sosial, tetapi berdasarkan iman kepada Yesus. Yesus berkata kepadanya, "Imanmu telah menyelamatkan engkau."
Kisah ini mengandung beberapa pelajaran teologis penting:
Keselamatan berasal dari iman, bukan hanya dari mujizat fisik
Kesepuluh orang itu disembuhkan dari kusta, tetapi hanya satu yang mengalami keselamatan sejati. Ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak hanya tentang berkat jasmani, tetapi terutama tentang hubungan pribadi dengan Tuhan. Dalam perspektif Reformasi, keselamatan adalah anugerah yang diterima oleh iman (Efesus 2:8-9).
Yesus adalah sumber belas kasihan dan penyembuhan
Dalam perikop ini, Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas penyakit dan menyatakan belas kasihan-Nya kepada orang yang terbuang. Ini menggambarkan bagaimana dalam Kristus, ada pemulihan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga rohani.
Respon yang benar terhadap anugerah Tuhan adalah ucapan syukur dan penyembahan
Satu-satunya orang yang kembali bersyukur menunjukkan bahwa anugerah Tuhan tidak boleh diabaikan. Calvin mengajarkan bahwa respons manusia yang sejati terhadap anugerah Tuhan adalah hidup dalam ketaatan dan ucapan syukur (Institutes, 3.14.1).
Bagaimana firman ini berbicara kepada jemaat GBKP hari ini?
Bagi jemaat di kota besar (20%)
Banyak jemaat di kota hidup dalam kemapanan dan kadang-kadang lupa bersyukur. Mereka mungkin sering berdoa meminta berkat, tetapi setelah diberkati, mereka jarang kembali untuk memuliakan Tuhan. Perikop ini mengingatkan bahwa berkat materi dan kesuksesan bukanlah tujuan akhir. Yang lebih penting adalah memiliki iman yang membawa kepada keselamatan.
Bagi jemaat di pedesaan (80%)
Jemaat yang hidup sebagai petani dan pedagang kecil sering menghadapi kesulitan ekonomi. Mereka bisa belajar dari kisah ini bahwa Yesus mendengar seruan mereka. Ketika menghadapi kesulitan, kita harus berseru kepada Tuhan dengan iman, percaya bahwa Dia akan menyediakan pertolongan tepat pada waktunya.
1. Berserulah kepada Yesus dalam setiap pergumulan hidup
Orang-orang kusta berseru kepada Yesus, dan Dia menjawab mereka. Ini adalah pengingat bahwa dalam segala kesulitan, kita harus datang kepada Tuhan dalam doa dan iman (Mazmur 50:15).
2. Percayalah dan taatilah perintah Tuhan, meskipun belum melihat hasilnya
Kesepuluh orang itu disembuhkan ketika mereka dalam perjalanan, bukan saat mereka berdiri di hadapan Yesus. Ini mengajarkan bahwa iman sering kali harus diwujudkan dalam tindakan sebelum kita melihat hasilnya (2 Korintus 5:7).
3. Jangan lupa untuk bersyukur
Dari sepuluh orang yang disembuhkan, hanya satu yang kembali. Tuhan ingin kita menjadi orang yang tahu bersyukur, bukan hanya datang kepada-Nya saat membutuhkan sesuatu (1 Tesalonika 5:18).
4. Keselamatan lebih dari sekadar kesembuhan fisik
Yesus berkata kepada orang Samaria itu, "Imanmu telah menyelamatkan engkau." Ini menunjukkan bahwa yang terpenting bukan hanya berkat jasmani, tetapi keselamatan rohani yang membawa kita kepada hidup kekal (Roma 10:9-10).
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, kisah ini mengajarkan bahwa Yesus selalu mendengar dan menjawab seruan kita. Namun, pertanyaan pentingnya adalah: apakah kita hanya mencari-Nya saat butuh, atau kita juga setia bersyukur dalam setiap keadaan?
Marilah kita belajar dari orang Samaria yang kembali kepada Yesus, bahwa iman yang sejati tidak hanya meminta tetapi juga bersyukur. Tuhan tidak hanya ingin memberkati kita secara jasmani, tetapi lebih dari itu, Dia ingin kita mengalami keselamatan yang sejati dalam Yesus Kristus.
Solideo Gloria!
Komentar