Banyak pihak yang memujikan pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Karena tingginya partisipasi pemilih, yang menurut beberapa survey diatas 70 persen. Disamping itu pelaksanaannya yang aman dan damai serta kondusif menunjukkan kedewasaan rakyat sudah semakin meningkat.
Hasilnya pun luar biasa, tidak ada partai yang menang mutlak. Tidak ada partai yag sangat superior dibandingkan partai yang lain. Sampai
pagi hari ini, menurut hasil perhitungan cepat (quick qount) sementara
suara terbanyak diperoleh oleh PDIP dengan total suara di kisaran 19,0
%, disusul Golkar (14,30 %), Gerindra (11,40%) , Demokrat (9,60%) dan PKB (9,30%).
Perolehan suara PDIP yang belum sampai 20 persen, padahal target partai ini 27% disimpulkan oleh banyak pengamat atau analis sebagai tidak adanya Jokowi Effect. Jokowi Effect
yang dimaksudkan adalah PDIP akan memperoleh suara mendekati 30 persen
jika nama Jokowi diumumkan sebagai calon presiden dari PDIP menjelang
Pemilu. Eh, ternyata walaupun Megawati Soekarno Putri sudah mengumumkan pencalonan Jokowi hasilnya PDIP hanya memperoleh suara yang tidak significant.
Dengan perolehan sebesar 19 persen ini berarti tidak ada efek pencalonan Jokowi. Demikian lah publikasi publikasi yang bisa dibaca pada media online dari kemarin sampai hari ini.
Menurut pandangan saya Jokowi Efect ada dan sangat nyata. Saya melihatnya dari dua hal yang saya amati saat menjelang Pemilu dan sesudah Pemilu. Sebelum Pemilu banyak saya lihat dan dengar respon orang orang terhadap pencalonan Jokowi sebagai Presiden. Semua
antusias menyambutnya, terutama orang orang yang awam berpolitik dan
khususnya pula kelas menengah dan kelas buruh atau pekerja dilapisan
bawah. Namun mereka pun menurut saya sangat cerdas menyikapi pencalonan Jokowi dari komentarnya antara lain seperti ini :
“Kalau Jokowi sudah jadi presiden, sebaiknya di DPR PDIP jangan menjadi partai yang dominan. Sebab kalau PDIP dominan, maka akan ada kekuatan mutlak di tangan PDIP dan Jokowi”. Buktinya Presiden SBY dengan Demokrat yang sangat dominan pun tidak berbuat apa apa”.
Demikianlah banyak pandangan yang saya dengar di
sela sela kunjungan kerja saya ke luar daerah beberapa hari atau
beberapa minggu sebelum tanggal 9 April. Jadi
kalau dibandingkan dengan perolehan hasil pemilu ini maka tergambarlah
keinginan rakyat Indonesia, tidak ada partai yang dominan di DPR
nantinya. Semuanya harus berkoalisi.
Bukti yang kedua adalah meningkatnya partisipasi rakyat dalam Pemilu ini. Saya pikir hal ini karena efek pencalonan Jokowi. Ada sesuatu yang memberi harapan terhadap pergantian pimpinan di masa depan. Ada
optimisme dengan pencalonan Jokowoi sebagai salah satu kandidat
Presiden Republik Indonesia, sehingga banyak orang yang pada pemilu
sebelumnya tidak ikut memilih (Golput) tapi sekarang ikut memilih.
Nah, bukti berikutnya tinggal satu yaitu saat Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014 nanti. Kalau
suara untuk Jokowi berpasangan dengan koalisinya yang pas (Nasdem atau
PAN) melibihi 50 persen dalam satu putaran, maka terbukti lah Jokowi Effect itu sejalan dengan kecerdasan rakyat dalam memberikan hak pilihnya. Dengan hasil Pemilu Legislatif yang sekarang saya yakin ini adalah bukti kemenangan rakyat, demikian juga dengan terpilihnya Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya. Hidup Rakyat Indonesia..
Komentar