Yesus Kristus ternyata pernah meletakkan satu dasar yang
amat penting tentang sistem keuangan dunia.
Sebuah dasar yang kalau dijalankan dengan disiplin niscaya akan
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat banyak. Namun dasar yang
diletakkan Kristus itu telah dilupakan oleh
banyak orang, sehingga dampaknya sistem
keuangan dunia saat ini tidak berpihak kepada orang banyak, tidak dijalankan dan tidak berpihak kepada kemakmuran rakyat
banyak.
Sebenarnya kalau dikaji lebih dalam, dasar keuangan
tersebut bukan terlupakan begitu saja,
namun ada upaya yang sangat sistematis yang dilakukan oleh pihak pihak tertentu sehingga sistem itu berbeda sama sekali dengan apa yang Yesus
Kristus pernah singgung lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Kekuasaan Keuangan dunia saat ini dimiliki oleh orang orang
tertentu, bukan kaisar dan bukan Allah.
Sehingga mereka yang paling berkuasa, melebih kekuasaan dari satu negara
atau satu kerajaan.
Dalam Matius 22 ada sebuah dialog yang awal munculnya bukan
dirancang oleh murid muridNya atau Yesus Kristus sendiri. Tapi dialog itu bermula dari keinginan Orang
Orang Farisi untuk menjerat Yesus Kristus.
Digambarkan pada Matius 22 : 15-22
22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana
mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.
22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang
Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang
jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa
pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar
pajak kepada Kaisar atau tidak?"
22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata:
"Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka
membawa suatu dinar kepada-Nya.
22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah
ini?"
22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata
Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
22:22 Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi
Motivasi awal dari
pertanyaan orang orang Farisi adalah untk menjerat Yesus Kristus (ayat15). Lalu mereka menyusun satu pertanyaan yang dalam kategori ilmu komunikasi jaman sekarang
disebut dengan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan yang jawabnya sudah bisa dipastikan dan dibingkai (framing) oleh si penanya. Pertanyaan tertutup jawabannya dikondisikan
adalah ya atau tidak, bisa atau tidak
bisa, benar atau salah.
Jawaban dari pertanyaan seperti ini dapat diarahkan kepada keinginan
sipenanya. Orang Farisi itu mengajukan
pertanyaan kepada Kristus setelah terlebih dahulu memberikan sanjungan yang
sangat tidak tulus.
"Guru, kami
tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah
dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka
(ayat 16).
Lalu mereka memunculkan
pertanyaannya :
Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak
kepada Kaisar atau tidak?"
Orang Farisi ingin menjerat Yesus Kristus dengan pertanyaan tertutup atau pertanyaan
membingkainya. Jika Yesus langsung
menjawab Ya atau boleh, maka mereka
pasti akan meneriakkan Yesus adalah kaki tangan Romawi yang saat itu sedang
menjajah Israel. Akan tetapi jika Yesus mengatakan tidak, maka
mereka pun akan menjebak Yesus Kristus sebagai orang yang menggerakkan
pemberontakan kepada Kaisar/Romawi.
Karena Yesus mengatakan tidak benar membayar pajak kepada Kaisar. Jadi dalam pandangan dan perkiraan orang
Farisi dengan pertanyaan mereka Yesus pasti akan terjebak. Yesus akan diejek sebagai guru yang tidak
murni karena menginginkan dan menggerakkan sesuatu (pemberontakan atau menyarankan
penundukan).
Namun orang Farisi kecewa sekali, karena kecerdasan mereka
tidak ada apa apanya dibanding dengan Yesus
Kristus, Tuhan dan Raja di atas segala raja”. Dihadapan Kristus Yesus orang orang sok
pandai Kaum Farisi ini ibarat anak kecil yang baru sekolah saja.
Yesus tidak serta merta menjawab, namun terlebih dahulu
meminta kepada mereka untuk
memperlihatkan alat untuk membayar pajak itu.
Lalu mereka memberikan mata uang Dinar kepada Yesus Kristus.
Bahkan sebelum meminta mata uang itu Yesus Kristus menebak
hati mereka dan secara sangat asertif menyampaikan apa yang Dia ketahui tentang kemunafikan
orang orang Farisi :
"Mengapa kamu mencobai Aku, hai
orang-orang munafik?
Selanjutnya Yesus Kristus menjawab pertanyaan mereka, sebuah
jawaban yang tidak pernah diduga oleh orang orang Farisi. Jawaban yang seharusnya dijadikan dasar
sampai saat ini.
Sambil memegang uang
Dinar (Emas) itu Yesus bertanya gambar dan tulisan siapakah ini?
Dijawab oleh orang
Farisi : Gambar dan tulisan Kaisar.
Yesus menimpali : "Berikanlah
kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa
yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Kalah telak lah orang orang Farisi itu, dan mereka segera
meninggalkan Yesus dan murid muridNYA.
Inilah yang saya sebut dasar itu. Pertama bahwa mata uang itu haruslah
emas. Emas adalah benda alam, yang
dijadikan oleh Sang Pencipta. Emas atau
Perak lah yang harus dijadikan sebagai mata uang, sehingga nilainya ada. Seandainya pun uang itu hancur, bengkok,
patah, rusak tulisannya tetap ada nilainya, dan berharga untuk dipersembahkan
kepada Allah. Lalu didalam mata uang itu ada tulisan Kaisar (Penguasa dan
Pemerintah) supaya pajak yang diberikan hanya kepada penguasa atau kaisar.
Apa yang terjadi saat ini?
Tidak ada nama pemerintah atau kaisar dalam mata uang yang beredar. Semua mata uang, rupiah, dollar, gulden, atau
apa saja dikeluarkan oleh Bank. Namanya
bank sentral yang ada di tiap tiap negara.
Lalu fakta yang kedua mata uang saat ini hanya kertas. Jika kertasnya rusak, robek, atau koyak maka
nilainya tidak ada lagi. Apalagi kalau
robek, dan robekannya hilang maka benar benarlah uang Anda akan hilang senilai
yang tertulis disana.
Lalu kalau begitu siapakah pemilik Bank Sentral itu. Misalnya Bank Indonesia. Siapakah pemilik Bank Indonesia, apakah
Pemerintah Indonesia atau bukan? Kalau pemerintah Indonesia, maka sewajanynya
kalau yang menanda tangani uang itu adalah Presiden Republik Indonesia berdampingan
dengan Gubernur Bank Indonesia. Namun
kenyataannya tidak demikian, yang menanda tangani uang Rupiah itu adalah
Gubernur BI dan Deputy Gubernur BI .
Apakah Gubernur BI dan Deputy Gubernur BI adalah
representasi dari Pemerintah Indonesia?
Saya yakin tidak, sebab kalau dia representasi dari pemerintah
Indonesia, maka sebaiknya kalau salah satu penanda tangan itu adalah Presiden
RI ataupun Menteri Keuangan.
Karena di dalam mata uang itu tidak ada pemerintah atau
kaisar, maka pajak atau bunga dari uang yang kita pinjam tidak diberikan kepada
pemerintah. Sebab Kristus pun menekankan
bahwa berikan kepada Kaisar apa yang milik Kaisar, dan berikan kepada Allah apa
yang milik Allah.
Pertanyaan yang paling sulit adalah bagian yang kedua ini,
apa dasarnya memberikan uang kepada Allah?
Sebab uang yang kita pegang sekarang hanya kertas yang dikeluarkan oleh
Bank Sentral (BI)? Bukan emas, yang
mempunyai nilai tetap. Idealnya pada
bagian yang kedua ini, memberikan kepada Allah haruslah dalam bentuk emas. Tukarkan dulu uang kertas kita dengan emas
baru emasnya kita persembahkan kepada Tuhan.
Sebab emas yang dipersembahkan tetap bernilai jika seandainyapun emasnya
penyot, atau “mecepik”.
Saya melihat bahwa uang sekarang ini dibuat dari kertas
sehingga dalam uang kertas itu tidak ada hak Tuhan. Juga uang yang dibuat sekarang ini dalam
bentuk kertas supaya tetap pemilik uang kertas memberikan pajak kepada pihak
yang menciptakan dan mengeluarkan uang kertas tersebut.
Tulisan
ini saya buat untuk kita renungkan secara cerdas, kristis namun tetap rendah
hati dan hati hati. Terima kasih.
Komentar