Apa gerangan kesalahan terbesar Bupati Kabupaten Karo Kena
Ukur Surbakti sehingga ribuan penduduk melakukan demonstrasi untuk menuntut dia
mundur? Sudah dua hari berturut turut Senen
dan Selasa tanggal 2 dan 3 Desember para pendemo mendatangi Kantor Bupati untuk
menyampaikan tuntutannya melalui orasi serta meminta (memaksa) sebagian anggota
DPRD Kabupaten Karo melakukan Hak Interplasi.
Aksi demonstrasi ini menurut beberapa pihak yang sempat saya
hubungi akan terus berlajut sampai ada tanda tanda Bupati dilengserkan. Para pendemo pun dengan semangat yang tinggi
memberikan contoh lengsernya Bupati Garut Aceng Fikri, seolah mereka pun yakin
bahwa nasib Kena Ukur Surbakti pun akan sama.
Kembali kepada pertanyaan semula tentang kesalahan atau
kekurangan terbesar Bupati Kena Ukur Surbakti ada beberapa hal. Menurut hasil pengamatan dan analisa saya
salah satu kesalahan terbesarnya adalah dalam berkomunikasi. Bupati Kena Ukur Surbakti terkenal sangat
buruk dalam berkomunikasi. Kata-kata
yang keluar dari mulutnya sangat kasar, dan akan membuat siapapun yang
berkomunikasi dengannya merasa tidak enak, geram dan panas.
Ada sebuah contoh yang paling baru saya dengar (sebenarnya
banyak sekali contoh contoh yang lain).
Dialami oleh seorang pendeta dari
GBKP yang sedang mengatur sebuah posko tempat pengungsi dari Gunung Sinabung. Pada saat itu sang pendeta sedang
mengatur acara di Posko karena kedatangan tamu, dan si tamu yang datang
membawa bantuan meminta untuk berdoa bersama.
Sebelum acara doa dimulai tiba tiba Bupati dan
rombongannya mendatangi posko ini tanpa
ada pemberitahuan sebelumnya. Si Pendeta
sempat bingung untuk mengatur acara.
Lalu melalui pengeras suara si Pendeta mengumumkan bahwa acara akan dilanjutkan
dengan urutan doa bersama terlebih dahulu baru kemudian Bapak Bupati diberi
kesempatan untuk berpidato. Tiba tiba
Sang Bupati memanggil dirinya dan segera membentak “ Ula ka engko ngatur aku”. (Jangan kamu pulak yang mengatur diriku).
Tentu merah lah wajah sang pendeta muda ini dan dia segera
pergi meninggalkan posko pengungsi, dan bupati melalui staf dan ajudannya yang
melanjutkan acara. Setelah acara
selesai, sepeninggal si Bupati maka Camat dari Kecamatan Payung yang dari
semula memang bekerja sama dengan sangat erat dengan pendeta dalam mengatur dan
melayani para pengungsi mendatangi sang pendeta di kedai kopi. Dengan memelas sang Camat berkata kepada
pendeta untuk tidak sakit hati dan bersedia kembali bersama sama mengurus
posko.
Sangat kasar cara bupati Kena Ukur Surbakti
berkomunikasi, sehingga peranannya
sebagai pemimpin sangat rendah. Banyak
membuat orang sakit hati. Inilah kelemahan atau kesalahan yang pertama.
Kesalahan yang lain menurut saya (hal ini juga menjadi salah
satu alasan para pendemo menuntut mundur) perhatiannya yang sangat kurang
kepada para pengungsi letusan Gunung Sinabung.
Kesalahan yang berawal dari dua
faktor yang tidak dimiliki oleh Sang Bupati.
Dua faktor tersebut adalah kompetensi sebagian pemimpin pemerintahan dan
karakter sebagai pemimpin. Mari kita lihat satu persatu.
Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan untuk bekerja sesuai dengan
tuntutan jabatan untuk menyelesaikan seluruh tugas, tanggung jawab sesuai
dengan target target yang telah ditetapkan.
Jika seseorang berkompeten maka target target pekerjaan yang dibebankan
kepadanya dapat diraih pada akhir periode penetapan target tersebut. Dia akan fokus menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan wewenang dan peraturan yang berlaku.
Menurut ahli ahli
kepemimpinan(Ken Shelton) seorang bupati
kepala daerah harus mempunyai kompetensi kepemimpinan antara lain : mampu
membangun hubungan kerja yang positif dengan bawahannya, tidak mementingkan
diri sendiri, berjiwa pemimpin dalam arti memiliki jiwa/hati dan moral seorang
pemimpin. Dalam masa kepemimpinan Bupati
Kena Ukur Surbakti pergantian kepala dinas sangat sering dilakukan. Bahkan beberapa kepala dinas hanya sempat
merasakan sebagai kepala dinas beberapa bulan saja.
Sering dan cepatnya
pergantian kepala dinas adalah bukti bahwa bupati tidak mempunyai interaksi
yang intensif dan positif dengan bawahannya, disamping rendahnya pertimbangan
moral dan etika ketika mengganti kepala dinas yang baru saja dia angkat.
Kompetensi yang lain
yang harus dimiliki seorang bupati adalah mampu membangun kerja sama atau
koordinasi kerja antar pejabat dibawahnya, berfikir analitis serta mempunyai
cara berfikir strategik. Semua hal
dibawah ini sulit ditemukan dalam diri Kena Ukur Surbakti selama masa kerjanya
hampir 3 tahun sebagai Bupati Kepala Daerah Kabupaten Karo.
Untuk melaksanakan tugas
tugasnya sebagai bupati khususnya dalam memilih mengangkat dan memberhentikan
kepala dinas, dia dibantu seorang wanita yang bernama Molek Br Ginting. Wanita yang sehari hari berkenderaan Toyota
Fortuner ini lah yang banyak memberikan masukan kepada Bupati untuk memilih orang
yang tepat sebagai pengganti kepala dinas yang diberhentikan.
Saya melihat bahwa
mengangkat seseorang dari luar pemerintahan untuk membantu dirinya adalah
sebuah kesalahan yang awalnya disebabkan rendahnya kompetensi kepemimpinan
bupati.
Karakter
Karakter adalah sebuah
tabiat atau sifat dasar yang dimiliki seseorang yang tercermin dari perbuatan
dan perkataannya. Seorang pemimpin harus
mempunyai karakter yang baik; punyai integritas, rajin, berani, bertanggung
jawab, tidak emosional serta mampu berinteraksi dengan seluruh
masyarakatnya. Apakah dia dipercaya atau
tidak adalah hasil dari karakter yang dia miliki.
Demonstrasi yang
dilakukan oleh masyarakat adalah bukti bahwa bupati tidak mampu
mengkomunikasikan karakter yang baik
bagi rakyatnya. Apalagi masyarakat Karo yang
sangat terkenal dengan budaya bermusyawarah dan mudah memaafkan, sehingga sebuah
kesalahan akan gampang dimaafkan dan jarang disampaikan secara terbuka.
Jika saat ini kesalahan Bupati didemo oleh
ribuan masayarakat, dan demonstrasi ini diputuskan dalam budaya musyawarah,
maka dapat dilihat bahwa kesalahan yang dilakukan bupati dipersepsikan sebagai
hal sangat mendasar. Kesalahannya bukan
lagi bersifat sekali sekali atau teknis, namun berakar kepada miskinnya
karakter baik yang dimiliki.
Bisa saja semua
kesalahan bupati masih dalam tataran persepsi masyarakat. Namun jika akaibatnya kepemimpinannya tidak
dipercaya lagi, maka tuntutan mundur oleh pendemo dapat dipahami sebagai
penolakan kepada kepemimpinan bupati Kena Ukur Surbakti.
Solusi.
Memundurkan atau
melengserkan bupati dalam situasi letusan Gunung Sinabung yang terpaksa mengungsikan lebih 17.000 penduduk di
satu sisi kuranglah bijaksana. Sebab
perhatian dan pemberian bantuan kepada
para pengungsi pasti akan terganggu.
Saat ini yang paling diharapkan diharapkan adalah semua pihak khususnya
pemerintah daerah kabupaten Karo dan lembaga gereja dan mesjid, lembaga adat dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya
bersatu hati, tenaga dan perasaan untuk membantu para pengungsi. Dibawah komando dan kepemimpinan sang
bupati hendaknya seluruh kalangan bahu
membahu membantu saudara saudara yang
telah kehilangan banyak sekali.
Disisi yang lain
kelemahan kelemahan bupati dalam berkomunikasi, tidak adanya visi, strategi dan program untuk meringankan
penderitaan para pengungsi serta lemahnya karakter dassar yang dimiliki bupati
juga membuat sebagian masyarakat tidak sabar untuk melengserkannya.
Saya melihat bahwa salah
satu langkah yang bisa dibuat adalah dengan membentuk satu tim yang tugasnya memberi nasihat dan masukan kepada
bupati. Nasihat yang diberikan harus
tepat sasaran, dan gampang dilihat hasilnya oleh masyarakat. Tim ini tidak perlu banyak orang, cukup 2
atau 3 orang saja yang setiap saat mampu memberikan masukan dan nasihat yang
jitu dan tepat, objektif dan profesional kepada bupati. Dipihak yang lain bupati Kena Ukur Surbakti benar benar harus komitmen
untuk melaksanakan seluruh masukan dan nasihat dari tim ini. Bahkan menurut saya harus ada kontrak hitam
di atas putih antara tim yang dibentuk dengan bupati. Lalu masyarakat melalui DPRD memantau dan
mengevaluasi kinerja tim, kinerja bupati
dalam sisa waktu kepemimpinannya.
Komentar