Standar permainan PSSI U-19 tahun memang sangat tinggi. Mereka
tidak gentar bermain melawan tim Korea Selatan yang sampai saat ini
salah satu negara yang terhebat prestasi sepakbolanya di Asia. Namun
ketika kemarin menyaksikan langsung pertandingan antara Indonesia U-19
melawan Korea Selatan yang terasa bahwa kedua kesebelasan kelas nya
sama.
Saya pribadi merasakan suatu nuansa yang sangat berbeda dalam menyaksikan permainan tadi malam. Jika sebelumnya perasan kesal selalu muncul saat pemain Indonesia menguasai bola, maka tadi malam perasaan itu berubah. Biasanya saat
menyaksikan permainan Tim Indonesia yang lain selalu saja pemain kita
kehilangan bola, salah umpan, tendangan meleset dari sasaran atau
terlalu lama menguasai bola hingga akhirnya hilang sendiri, akan tetapi
tadi malam benar benar berbeda. Semua pemain Indonesia U-19 bermain dalam ketenangan yang sangat tinggi. Tidak terburu buru dalam memberikan umpan atau menendang bola. Jarang kehilangan bola, dan saat menguasai bola maka semua berakhir dalam ancaman yang sangat serius ke gawang Korea Selatan.

Saya benar benar melihat
penampilan Tim Indonesia yang sama sekali lain, sama sekali baru,
sangat berkelas, sangat tinggi daya tahan fisiknya, sangat siap mental dan kepercayaan dirinya. Yang saya lihat tadi malam melalui permainan Indonesia U-19 tahun seolah olah seperti Tim Indonesia yang sangat lain dibanding apa yang saya tonton dalam 5-7 tahun belakangan ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno (dulu Stadion Utama Senayan).
Ketika gol demi gol dicetak oleh Evan Dimas kapten Tim Indonesia Usia-19 tahun maka perasaan yang sangat bangga meluap. Saya melompat, berteriak, mengadu tost dengan penonton yang lain yang saya tidak kenal. Di Stadion GBK tadi malam banyak sekali teman baru yang saya dapat, semua bercerita tentang kekagumannya.
Saat Maldini Pali menggirng bola dari sisi kanan
gawang Korsel, meliuk meliuk melewati dua pemain Korsel yang menjaganya
optimisme bahwa akan terjadi gol sudah ada. Dan ketika bola diumpan kepada Evan Dimas sebelum dia menendang pun ada keyakinan sudah ada akan tercipta gol. Jadi ada trust yang sangat tinggi kepada pemain pemain Indonesia U-19 ini.
Sebaliknya ketika ada serangan dari Korsel ke gawang Indonesia, melihat gagahnya pemain belakang Indonesia ada keyakinan bahwa mereka akan bisa mengusir bola. Hansamu
Yama Pranata, Muhammad Sahrul Kurniawan, Putu Gede Juni Antara,
Fachturohman, serta Ravi Murdianto di bawah mistar gawang benar benar
berdisiplin tinggi dalam menjaga pertahannnya. Aliran bola dari daerah
pertahanan menjadi serangan benar benar dihadirkan oleh Evan Dimas dan Hargianto sehingga permainan tadi malam benar benar satu tontonan yang sangat berkelas pun sangat menarik
Dalam perjalanan pulang dari Senayan ke Bekasi saya merenung, apa kunci kehebatan Indonesia U-19 tahun ini. Dan hasil perenungan saya mengatakan ada beberapa hal yang menjadi kunci kemenangan yang membuat pelatih Korsel pun mengakuinya.
3 Kunci Kemenangan
Faktor yang pertama adalah kuatnya kerja sama antara semua pemain. Tidak ada yang merasa lebih pintar, tidak ada yang meragukan kemampuan temannya pemain yang lain. Saya lihat inilah yang benar
benar terjadi tadi malam, sehingga saat bertahan pun pemain Indonesia
sangat tenang dalam menguasai bola tidak asal tendang, tetapi semua bola
pertahanan dikonversikan menjadi serangan.
Ketika bola dikuasai pemain depan maka mereka lebih
memilih untuk memberi umpan kepada kepada temannya yang posisinya lebih
baik dibanding dengan menendang bola sendirian dengan tendangan
spekulasi. Salah satu pemain Indoensia di masa lalu yang menurut saya sangat egois adalah Budi Sudaryanto. Saya sangat kecewa kepada pemain ini, karena sejauh yang saya lihat tidak pernah memberi assist sekalipun kepada pemain yang lain khususnya kepada Bambang Pamungkas. Sangat egois menurut saya. Namun tadi malam tiga gol yang diciptakan oleh Evan Dimas adalah hasil assist dari dua pemain yang lain.
Faktor yang kedua adalah ketenangan bermain serta tingginya skill individu semua pemain Indonesia. Baik pemain belakang, pemain tengah, maupun pemain depan semua mempunyai teknik dan ketrampilan bermain yang sangat tinggi. Semangat kerja sama yang tinggi dipadukan dengan skill setiap pemain yang tinggi pasti akan melahirkan sebuah kesebelasan yang sangat hebat. Itulah gambaran Indonesia U-19 tadi malam.
Khsusnya standar mencetak gol dari Evan Dimas. Tiga peluang, tiga gol adalah prestasi yang sangat hebat. Tentang
cara Evan Dimas mencetak gol sudah pernah saya tulis sebelumnya,
bagaimana dia mencetak gol keempat ke gawang Laos beberapa hari yang
lalu. Amati gawang, ambil ancang ancang
lalu tendang bola secara terarah dengan kekuatan penuh, inilah yang
saya amati dilakukan oleh Evan Dimas saat mencetak gol ke gawang Laos.
Tadi malam, ketiga gol yang dicetaknya pun saya lihat dilakukannya dengan
cara yang sama. Bahkan pasa saat gol pertama ke gawang Korsel kuncinya
adalah dalam kecepatan prosesnya, sedang gol kedua dan ketiga benar
benar dilakukan Evan Dimas tendangan dengan kekuatan penuh. Buktinya gol kedua ke gawang Korsel tercipta meskipun bola
meluncur diantara dua kaki penjaga gawang Korsel. Tidak tertangkap
karena bola tendangan Evan Dimas sangat kuat dan sangat cepat melesat.
Faktor ketiga sebagai kunci kemenangan Indonesia tadi malam adalah tangan dingin sang pelatih Indra Sjafri. Strateginya datang dari self confident dan kemampuan membaca permainan Korsel. Lalu strategi itu diterapkan untuk mengandaskan Korsel. Yang sangat menonjol tadi malam adalah penguasaan lapangan tengah. Indonesia benar benar menguasai lapangan tengah, karena Indra Sjafri memberikan instruksi khusus mengenai hal ini. Diakui Korsel sangat kuat dikedua sayapnya, namun lemah di lapangan tengah.

Strategi Indra Sjafri benar benar efektif dan semua pemain memulai serangan dari lapangan tengah. Yang menarik dipertanyakan adalah mengapa strategi begitu dipercaya oleh semua pemain. Ternyata komunikasi Indra Sjafri dengan semua pemain sangat tinggi dan sangat kuat. Saya sangat terharu terharu kepada Indra Sjafri tadi malam, saat babak pertama ketika hujan lebat mengguyur. Indra
tidak pernah duduk di bangku pelatih dan pemain cadangan, namun tetap
berdiri disisi lapangan memberi instruksi dengan basah kuyup diguyur
hujan lebat. Pemimpin yang otentik tidak diam saat anak buahnya bertempur dilapangan. Indra adalah pemimpin yang sangat otentik dan sangat istimewa.
Dan ketika pertandingan sudah berakhir dengan
kemenangan Tim Indonesia dari tribun barat saya melihat khusus kepada
Indra Sjafri yang
berlari menemui dan memeluk setiap pemain.
Termasuk para pemain cadangan pun dia peluk satu persatu.
Ada
kalanya dia berhenti menanti pemain yang datang berlari mendekatinya,
kedua tangannya terbuka, dan saat pemain itu masuk kedalam pelukannya
dia mengangkat badan pemain tersebut tanda ucapan terima kasih dan ras
bangga.
Sempat saya lihat pula, bahwa pemain yang mengangkat dan memeluk pelatihnya yang rajin blusukan ini.
Nuansa dalam tim Indonesia U-19 memang sangat berbeda.
Dan
setiap detil yang dilakukan akan sangat berguna untuk dicatat,
dievaluasi, dimodifikasi, diterapkan sehingga kelak ada catatan bahkan
buku pintar tentang pembinaan sepak bola Indonesia.
Salut
dari lubuk hati yang paling dalam dan salam hormat untuk Evan Dimas,
Maldini Palli, Putu Gede serta Indra Sjafri dan semua pemain serta
anggota tim
Komentar