Situasi Tanggap Darurat letusan Gunung Sinabung sudah berakhir pada hari minggu tanggal 29 September. Dan pada hari Senen tanggal 30 September semua pengungsi sudah kembali ke rumah masing masing. Saat perpisahan pada hari Senen tersebut di Posko Induk GBKP, suasana haru terjadi ketika perwakilan
dari masing masing desa diberi kesempatan berbicara untuk menyampaikan
kesan kesannya selama berada dalam posko pengungsian.
Memang penanganan dalam posko posko pengungsian pada
letusan tahun 2013 ini sudah lebih baik dibanding pada saat letusan
pertama pada tahun 2010. Karena baik para relawan, pemerintah daerah dan juga para pengungsi sendiri sudah mempunyai pengalaman sejak letusan tahun 2010 yang lalu.
Pdt Agustinus Purba Kabid Diakonia GBKP
Situasi Gunung Sinabung sendiri pun menurut
laporan
Kompas.com tanggal 30 September sudah aman dan statusnya sudah diturunkan dari Level III Siaga menjadi Level II Waspada.
Tentu kita berharap, situasi ini akan seterusnya aman, supaya penduduk di sekitar Gunung Sinabung kembali dapat
hidup seperti suasana semula.
Dapat beraktivitas dalam mengusahakan lahan pertaniannya yang terkenal sangat subur.
Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari penanganan pengungsi pada posko posko. Selama
masa tanggap darurat dari tanggal 15 September sampai tanggal 29
September 2013 (persis 2 minggu) jumlah Posko yang ada sampai dua
puluhan dan tercatat jumlah pengungsi sampai 15.281 jiwa. Tidak terdengar ada korban jiwa dan kekurangan makanan serta kekurangan perlengakapan pada posko posko. Ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa penanganan pengungsi sudah lebih baik.
Mengapa penanganan pengungsi sudah lebih baik ? Penyebabnya
bukan hanya karena sudah ada pengalaman sebelumnya, namun juga karena
pengorganisasian penanganan di lapangan sudah lebih baik. Pengorganisasian yang lebik baik tentu saja bisa diciptakan karena kepemimpinan pun lebih baik. Kepemimpinan siapa? Apakah kepemimpinan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Karo atau Kepemimpinan masyarakat sendiri.
Lokasi posko tempat pengungsi selama masa tanggap darurat tersebar di Kabanjahe, Brastagi dan beberapa desa yang aman yang paling dekat dengan Gunung Sinabung seperti Desa Payung, jalan Kuta Rayat ke Telaga. Posko umumnya ditempatkan pada Jambur (Loosd Desa) atau halaman Gereja dan Mesjid.
Pengungsi sebelum pulang ke rumah memberikan kesannya di Posko Pengungsi GBKP
Tempat posko paling banyak ternyata dibuat dan
ditangani oleh Gereja Batak
Karo Protestan (GBKP) Ada 12 Posko yang dihuni oleh lebih 7000 jiwa pada
posko posko yang ditangani oleh GBKP. Kebutuhan
pada Posko ini selain yang diterima dari pemerintah juga sumbangan
sumbangan yang diberikan oleh jemaat GBKP sendiri baik berupa uang dan
peralatan peralatan dan makanan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir setengah dari
jumlah Posko dan jumlah pengungsi selama 2 minggu ditangani oleh GBKP,
melalui koordinasi Moderamen GBKP, para relawan terutama anak muda yang
tergabung dengan ASIGANA ( Anak Singuda Siaga Bencana). Dan
banyak kunjungan dari Jakarta serta bantuan dari lembaga lembaga swasta
dan pemerintah yang langsung diberikan kepada posko pengungsi GBKP.
Sedangkan pada posko posko yang ditangani oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Karo sangat diperhatikan oleh Bupati Kena
Ukur Surbakti.
Dan sering sekali sang bupati ini membawa pejabat pejabat atau tokoh yang berkunjung ke posko posko ini
yang umumnya berlokasi di Loos di kota Kabanjahe.
Bahkan pernah sekali Bupati Kena Ukur Surbakti membawa dan memperkenalkan
Pramono Eddy Wibowo sebagai peserta Konvensi Presiden dari Partai Demokrat.
Namun sangat disayangkan bahwa Bupati Kena Ukur Surbakti jarang berkunjung ke posko yang ditangani oleh GBKP
Dari pengalaman ini dapat disimpulkan bahwa ada dua
kepemimpinan dalam penanganan pengungsi selama masa tanggap darurat
letusan Gunung Sinabung. Yang
pertama adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Karo dibawah pimpinan Bupati
Kena Ukur Surbakti, dan yang kedua adalah Gereja Batak Karo Protestan
yang dipimpin oleh Moderamen GBKP dan koordinator pelaksananya adalah
Pendeta Agustinus Purba MA.
Dualisme kepemimpinan inilah yang membuat penangan pengungsi selama masa tanggap darurat berjalan sangat baik.
Tentu masyarakat Karo mengharapkan agar kedepan
Pemda Kabupaten Karo dapat
menjalin kerja sama yang lebih erat dan sinergis lagi dengan Moderamen GBKP.
Kerja sama ini tidak hanya dalam penanganan pengungsi namun juga dalam bidang bidang yang lebih luas dan lebih bervariasi.
Terima kasih.
Komentar