Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

Kata Kata Kemarahan Presiden SBY Soal Bunda Putri Dari Perspektif Ajaran Krsiten

Kemarahan Presiden SBY soal Bunda Putri masih diperbincangkan sampai sekarang, bahkan arahnya semakin kencang dan semakin liar. Mulai muncul dan tersebar foto foto Bunda Putri bersama beberapa menteri dalam kabinet Presiden SBY.


Tidak hanya soal keberadaan Bunda Putri, namun bentuk kemarahan Presiden pun masih ramai diperbincangkan. Banyak yang menyesalkan, namun ada juga yang mengatakan bahwa wajar Presiden SBY marah. Tidak ketinggalan Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat pun ikut berbicara soal kemarahan Presiden SBY.


Kemarahan Presiden SBY berawal dari kesaksian mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq dalam sidang terdakwa Ahmad Fathanah. Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Luthfi mengatakan bahwa Bunda Putri adalah orang dekat SBY.


Dalam wawancara pers di Lapangan Terbang Halim Perdana Kusuma sehabis kunjungan ke Negara Brunei Darussalam, Presiden SBY  membantah tuduhan ini dengan tegas dan suara cukup meninggi. Bahkan banyak pihak yang mengatakan bahwa Presiden SBY sangat marah atas tuduhan ini.


Beginilah perkataan SBY dalam membantah kesaksian LHI, “Saya katakan 1000 persen Luthfi bohong,”.
Bahkan Presiden SBY pun sempat mengatakan, “Dia (Bunda Puteri) sangat tahu kebijakan reshuffle, itu 2000 persen bohong.”


Keluarlah  kata kata, 1000 persen bohong dan 2000 persen bohong. Yang perlu dipertanyakan mengapa SBY sampai mengatakan 1000 persen bohong atau 2000 persen bohong. Mengapa tidak cukup mengatakan 100 persen bohong saja? Atau cukup mengatakan Luthfi bohong, titik.


Ada gaya bahasa hyperbola dengan mengatakan 1000 persen dan 2000 persen. Tujuannya barangkali untuk memastikan bahwa apa yang dituduhkan LHI kepadanya adalah bohong atau benar benar bohong.


Karena Presiden SBY adalah RI 1, atau atau pemimpin no 1 di Indonesia, maka saya tertarik untuk menganalisa perkataan ini. Saya ingin membandingkan dengan ajaran yang pernah saya dengar, ajaran yang  saya juga jadikan prinsip dalam hidup saya.



Suatu saat Yesus Kristus berkata kepada murid-muridNya soal pengakuan. Dalam kitab Matius pasal 5 ayat 37 dituliskan perkataan Yesus; Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.


Jika memang ya, katakan ya. Jika memang tidak katakan saja tidak tanpa embel embel. Jika ada perkataan lain itu berasal dari si jahat. Jelas menurut ajaran Yesus Kristus tidak perlu ada embel embel seperti 1000 persen atau 2000 persen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025