Aku hendak mengajarkan anak-anakku sebuah pelajaran yang maha penting dalam kehidupan ini. Sebuah pelajaran yang aku yakini akan membuat mereka akan mengerti kehidupan ini secara lebih lengkap, lebih holistik dan lebih bertujuan.
Pelajaran yang akan kuajarkan kepada mereka di satu sisi terlihat sangat sederhana. Namun dibalik kesederhanaannya terkandung seluruh karakter dan kesuksesan kehidupan. Sukses yang pernah diajarkan oleh Abraham Maslow dan tokoh tokoh motivasi lain sebagai sukses hidup yang sejati. Sebenarnya bukan hanya tokoh tokoh motivasi, manajemen dan kepemimpinan yang menyetujui dan menyarankannya namun semua tokoh pada bidang kehidupan yang lain.
Aku ingin agar anak anakku, mulai sejak usia mereka Balita mempunyai sebuah pengenalan yang mendalam tentang diriku sebagai orang tua mereka. Pengenalan yang mereka bahasakan dalam sebuah kalimat yang berbunyi seperti ini :
Bapaku Hebat. Namun Tuhan Yesus lebih hebat. Justru bapaku hebat, karena Tuhan Yesus lah yang membuat bapaku hebat.
Yang kuinginkan dan kuharapkan adalah anak anakku akan mengucapkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan. Untuk itu kalimat itu harus berisi, dan terbukti dalam contoh keteladanan hidupku. Aku harus menjadi seorang yang tidak pernah mementingkan diri sendiri, serta berprestasi dalam kehidupan dan pekerjaanku, tidak tersandung masalah moral, masalah hukum, masalah apapun. Sebab jika aku pernah sekali saja tersandung masalah, dan anak anakku tahu, maka tidak mungkin ada pengakuan jujur dan berisi yang mengatakan “
bapaku, atau ayahku hebat”.
Lho, apa mungkin seorang anak tidak mengakui kehebatan bapanya? Mungkin itu keberatan Anda.
Ya, memang tidak akan ada anak yang mengatakan bahwa bapanya tidak hebat. Karena walau bagaimanapun dia seorang anak yang (dimungkinkan) lahir ke dunia ini oleh karena orang tuanya. Namun jika orang tuanya pernah tersandung kasus hukum, misalnya korupsi. Dan pernah muncul di televisi sebagai pesakitan, saya tidak akan yakin bahwa pengakuan anaknya akan jujur dan tulus diucapkan dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Jadi aku berfikir, supaya kelak anak anakku mampu dan bersemangat mengucapkan “ bapaku hebat”, maka aku harus benar benar membuktikannya dalam seluruh usia hidupku. Aku harus jujur dalam dalam meraih prestasi hidupku. Aku harus kerja keras dalam berinovasi, aku harus berkomunikasi secara rutin dengan mereka dalam seluruh ketiadaan waktu sibukku. Aku harus menyediakan diri untuk mendengar dan menyimak pengalaman hidup mereka dalam segenap pencapaian target dan tuntutan pekerjaanku. Aku harus mengiringi kehidupan mereka dalam pengalaman konyol dan "cinta monyet" nya hingga kepada perkawinan mereka. Sehingga ada sebuah pengakuan yang akan mereka lavalkan dengan penuh isi dan kebanggaan.
Itu baru pengakuan yang pertama. Bagaimana mereka memahami pengakuan yang kedua dan ketiga. Pengakuan kedua “ Tuhan Yesus lebih hebat”. Pengakuan ketiga, “Justru Tuhan Yesuslah yang membuat bapaku hebat”.
Berat. Berat sekali ternyata untuk mengajarkan kepada anak anak sebuah pengkuan yang berbunyi
Tuhan Yesus Lebih hebat. Sebab perlu ada pengenalan yang paling dalam paling suci sejati terhadap Tuhan Yesus. Dan siapa yang mengenalkan mereka kepada Tuhan Yesus, tentu aku sebagai bapa mereka dengan istriku sebagai ibu mereka.
Justru yang kurasakan sejauh ini, jauh lebih sulit mengajarkan pengakuan bahwa Tuhan Yesus yang lebih hebat. Yang akan kulakukan, dan ini sudah kumulai, adalah mengenalkan Tuhan Yesus itu kepada mereka dengan berbagai cara. Menyuruh mereka sekolah minggu, mengajak mereka berdoa, menunjukkan gambar-gambar Tuhan Yesus serta memberi contoh dalam hidupku. Mau tidak mau mereka harus melihat aku pergi ke gereja, pergi ke tempat persekutuan, pergi mengikuti acara pelayanan. Sering kegiatan ini sangat melelahkan...tapi juga sangat melegakan dan memuaskan....
Mereka juga harus kuhantarkan jika ada kegiatan keagamaan. Bahkan aku lebih menekankan kepada semua anak anakku, bahwa aku lebih bangga jika mereka tetap ke gereja dan bersekutu dengan teman teman mereka. Aku lebih
menyetujui mereka ijin dari sekolah dari pada ijin dari sekolah minggu. Aku akan dengan antusias melengkapi kebutuhan mereka untuk mengikuti kegiatan kegiatan penguatan iman yang mereka ikuti, meskipun mereka sering sekali lebih semangat bermain game dan pergi ke tempat permainan anak. Apakah itu cukup? Yang kurasakan belum cukup, masih jauhhhh.
Aku aku mengatakan kepada mereka bahwa jika aku punya uang untuk membeli boneka atau mainan mereka itu karena aku punya uang yang kudapat dari kerja keras dan anugrah Tuhan Yesus. Aku akan memaksa diri untuk tidak pernah membeli mainan anak anakku dari uang yang tidak halal, apalagi hasil korupsi. Aku akan terus terang kepada anak anakku bahwa aku tidak punya uang, jika suatu saat aku memang tidak punya uang. Daripada aku memberikan uang hasil korupsi atau rekayasa rekayasa yang lain.
Aku juga harus sering bercerita kepada mereka bahwa Tuhan Yesus itu hebat, Tuhan Yesus itulah yang menolong dan memberkati keluarga kita. Aku akan, sekali sekali, menceritakan pengalaman hidupku sendiri saat saat Tuhan Yesus dengan nyata menolong, menyelamatkan dan memberikan prestasi prestasi dalam hidupku.
Namun yang paling utama adalah aku harus mendoakan mereka kepada Yesus Kristus. Karena menurut keyakinannku tidak ada manusia yang sanggup mengenalkan Tuhan Yesus kepada manusia lain, -bahkan kepada anak-anaknya darah dagingnya sendiri-, selain Tuhan Yesus sendiri. Aku yakin dengan seluruh air, darah, syaraf dan organ organ dalam tubuhku bahwa Tuhan Yesus lah yang paling baik dan paling mampu mengenalkan siapa diriNya kepada semua manusia yang dikasihiNya. Lalu aku akan berdoa dan mendaftarkan nama anak anakku kepada Tuhan Yesus. Termasuk semua nama sahabatku yang membaca artikel ini.
Komentar