Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

KRISIS KETELADANAN


Saat ini, Hari Jumat tanggal 20 Agustus 2010 sedang dilakukan Pertemuan Pra SPK (Sidang Program dan Keuangan) yang dilaksanakan di PPWG (zentrum) Kabanjahe yang dihadiri oleh pengurus Modramen secara lengkap dan seluruh BP Klasis se GBKP. Utusan Klasis terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara dari 22 Klasis. Sidang diawali dengan Kata Pengarahan dari Ketua Umum Modramen, Pdt Matius P Barus MTh.

Dalam arahannya, Ketua Umum Modramen menyinggung tentang krisis paling hebat yang sedang melanda Bangsa kita yaitu krisis keteladanan. Inilah menurut Ketua Umum Modramen Krisis yang paling serius karena dirasakan oleh semua orang, semua kelompok, semua organisassi di Bumi Tercinta Republik Indonesia. Ditambahkan bahwa sulit sekali mencari figur untuk bisa dijadikan teladan. Khususnya para pemimpin negara pada bidang Eksekutif, Legislatif dan Judikatif hampir semua pelakunya tidak mampu menjadi teladan, antara lain karena sudah terkontaminasi pola hidup materialisme. Materialisme dan Uang sudah menjadi motivasi utama dalam semua keputusan dan kebijakan, Karakter dan Kepribadian yang baik dan positif sudah tertinggalkan, bukan lagi mejadi krieteria utama dalam memilih dan menempatkan siapa yang jadi pemimpin.

Oleh sebab itu menurut Ketua Umum, krisis keteladanan ini jangan sampai masuk ke gereja khususnya GBKP. Semua pendeta, pertua, diaken, baik di Modramen dan Klasis, dan juga seluruh Runggun tetap harus mampu menjadi teladan yang baik bagi semua jemaat maupun teladan semua orang dalam praktek kehidupan sehari hari. Ditekankan, dalam hal anggaran kita semua diseluruh GBKP harus menjadi tertib. Visi GBKP yang tertuang dan diuraikan dalam GBP (Garis Besar Pelayanan ) “Nggeluh Bagi Kula Ni Kristus”, harus tetap menjadi arahan utama yang secara kental harus mewarnai semua pemimpin gereja. Kita semua harus selalu mampu menjadi teladan, tandas ketua Umum Modramen.

Dalam paparan berikutnya yang dibawakan oleh Bendahara Umum Modramen GBKP, Dkn Kristiani Br Ginting memaparkan anggaran pendapatan GBKP tahun 2009 Rp 24.219.099.082 (realisasi), tahun 2010 Rp 27.434.620.400 (proyeksi sampai akhir tahun 2010) sedang untuk tahun 2011 pendapatan yang diproyeksikan sebesar Rp 27.534.838.700. Sedangkan Belanja GBKP untuk tahun 2009 sebesar Rp 23.723.400.293 (realisasi), 2010 Rp 27.285.566.600 (proyeksi sampai akhir tahun 2010), dan proyeksi belanja untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp 28.715.161.400.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025