Featured Post

GBKP Menjadi Keluarga Allah yang Diutus untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia bagi Seluruh Ciptaan

Gambar
  (Markus 16:15; 1 Pet 2:9-10) Ceramah utuk Konvent Pendeta GBKP Wilayah 4 (7 Nov.2025) Pdt.Prof.Dr.Risnawaty Sinulingga MT.h Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan untuk kesempatan berharga saat ini dalam menyampaikan ceramah tentang visi baru gereja GBKP. Ceramah ini disampaikan menurut perumusan visi, dianalisa berdasarkan teks acuan (Markus 16:15 dan 1 Petrus 2:9-10), dibandingkan dengan panggilan gereja dalam Tata Gereja GBKP. Rumusan visi dan panggilan GBKP yang sedikit berbeda dengan teks acuan Alkitab, menunjukkan bahwa GBKP memiliki landasan dogmatis yang cukup kuat dalam perumusan vissi ini. Dalam bagian pertama ceramah, akan dipaparkan makna kata-kata dalam visi yaitu “Menjadi Keluarga Allah yang Diutus”, “Untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia” dan “Bagi seluruh Ciptaan”. Penjelasan ini penting bukan saja karena merupakan bagian dari visi GBKP, tetapi karena adanya perbedaan dengan kalimat teks Alkitab (“…beritakanlah Injil kepada segala makhluk…”) dan panggi...

Catatan PJJ 27 Juli – 2 Agustus 2025

 Thema: Mampu Menguasai Diri (Ngasup Ngkuasai Diri)

Bahan: Amsal 25:25–28

Pengantar

Kemampuan menguasai diri adalah salah satu puncak kedewasaan spiritual dan karakter manusia. Di tengah dunia yang penuh desakan informasi, tekanan emosional, dan pencobaan moral, hanya mereka yang mampu menahan diri dan bertindak bijaklah yang akan tetap berdiri teguh. Amsal memberikan gambaran tajam dan simbolik mengenai pentingnya pengendalian diri sebagai pertahanan hidup yang kokoh dan sumber kehidupan yang murni. Ini adalah panggilan untuk menjadi pribadi yang tidak hanya berbicara benar, tetapi juga mampu mengelola emosi, keinginan, dan perilaku secara bijaksana demi memuliakan Allah.



Fakta

  1. Amsal 25:25 menggambarkan bahwa kabar baik dari negeri yang jauh menyegarkan jiwa seperti air sejuk bagi orang yang dahaga.
  2. Amsal 25:26 menyatakan bahwa orang benar yang tunduk atau takut kepada orang fasik adalah seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor.
  3. Amsal 25:27 mengingatkan bahwa tidak baik makan terlalu banyak madu—sebuah metafora untuk sikap berlebihan, termasuk dalam menerima atau mencari pujian.
  4. Amsal 25:28 menegaskan bahwa orang yang tidak bisa menguasai diri seperti kota tanpa tembok—rapuh, terbuka bagi serangan, dan tidak punya perlindungan.

Arti dan Makna Teologis

  1. Kualitas informasi dan sikap hidup seseorang sering kali bergantung pada sumber jiwanya. Bila jiwa tenang dan terhubung dengan hikmat ilahi, maka informasi atau respons yang lahir darinya menjadi seperti air sejuk yang menyegarkan orang lain. Namun bila orang benar membiarkan dirinya dikendalikan ketakutan terhadap orang fasik, maka pancaran hidupnya menjadi keruh dan kehilangan kemurniannya.

  2. Madu, yang melambangkan hal yang manis dan menyenangkan, harus dikonsumsi secara bijak. Bahkan dalam hal yang baik, manusia tetap perlu menahan diri dan tidak menjadi rakus atau haus pujian. Disinilah letak pentingnya disiplin rohani—dengan hidup dalam kedekatan kepada Kristus, manusia memperoleh kekuatan untuk mengendalikan keinginan diri yang berlebihan.

  3. Pengendalian diri adalah tembok pertahanan jiwa. Dalam konsep Ibrani, tembok kota adalah simbol kekuatan dan perlindungan. Bila pengendalian diri hilang, seseorang menjadi seperti kota yang temboknya runtuh—mudah diserang oleh godaan, amarah, hawa nafsu, dan tekanan dunia. Kehidupan yang tidak dikendalikan tidak bisa menjadi wadah bagi kemuliaan Tuhan.

Implementasi

  1. Dalam kehidupan pribadi, jemaat diajak untuk melatih disiplin rohani—baik dalam ucapan, konsumsi informasi, maupun dalam reaksi terhadap situasi yang memancing emosi. Misalnya, membatasi media sosial, melatih jeda sebelum merespons konflik, dan memperkuat hidup doa.

  2. Dalam kehidupan sosial dan pelayanan, kita perlu belajar tidak membiarkan tekanan sosial atau tekanan kelompok membuat kita kehilangan prinsip iman. Kesaksian hidup harus tetap murni walaupun berada di tengah dunia yang korup.

  3. Dalam keluarga dan komunitas, pengendalian diri dapat menjadi teladan bagi anak-anak, rekan kerja, maupun sesama pelayan. Mengendalikan amarah, menjaga ucapan, dan menahan dorongan ego akan memperkuat relasi dan mencerminkan kasih Kristus yang hidup.

Power Statement

"Pengendalian diri bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan tersembunyi dari jiwa yang tunduk kepada Tuhan."


"Tanpa tembok pengendalian diri, hidup kita terbuka terhadap kerusakan. Tetapi bersama Kristus, kita memiliki benteng yang tak tergoyahkan." 


"Mari jadi sumber air sejuk, bukan air keruh—hidup yang menguatkan sesama dan memuliakan Tuhan."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025