Pesta Perayaan Jubileum 125 tahun Injil di Taneh Karo telah berlangsung
secara spektakuler. Bagaimana tidak,
bahwa perayaan ini dihadiri sekitar 20.000 orang yang membuat stadion bola
Samura terasa kecil seakan tidak mampu
menampung begitu banyak orang, warga jemaat gereja GBKP. Mereka berdatangan dari segala tempat, bukan
hanya dari sekitar Kota Kabanjahe dan Berastagi akan tetapi dari seluruh tempat dimana gereja GBKP
berdiri dan Injil telah ditaburkan. Dari Penen sampai Pertumbuken, dari
Berastepu sampai Tiga Lingga, dari Tiga Binanga sampai Bahorok, dari
Simalingkar sampai Mardinding, bahkan
dari Pontianak sampai Kandis, Pekan Baru dan dari Binjai sampai Bogor. Dari
semua pemukiman orang Karo berdatanganlah semua orang yang sudah dibarukan oleh
Injil Tuhan Yesus untuk menghadiri dan merayakan pesta iman terbesar yang
pernah digelar di Ibu Kota Kabupaten Karo, Kabanjahe.

Inilah pesta yang juga dihadiri oleh pejabat tinggi dan pejabat
menengah negara secara bersama sama. Gubernur Sumatra Utara, Gatot Pujo Nugroho
merasa sangat penting untuk datang ke pesta Jubileum ini di tengah kesibukannya
dalam menyambut kedatangan kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Sumatra Utara.
Hanya punya waktu sekitar 15 menit, namun beliau memaksakan diri untuk datang
dan memberi sambutan serta menyapa seluruh jemaat yang sudah berjubel di tengah
lapangan sepak bola yang menyawah diguyur hujan pagi hari dan malam hari
sebelumnya.
Menteri Hukum dan HAM
Yassona Laoly menjunjukkan rasa syukurnya sebagai salah satu dari sedikit pejabat tinggi Negara yang
beragama Kristen untuk mendatangi pesta Jubileum. Bukan hanya itu kedatangannya
akan menjadi sejarah yang mempunyai banyak makna. Memberi hormat dan kehamaten man kerina
kalimbubuna Karo Karo Ketaren mergana,
sekaligus memberi penguatan saat menyalami semua pengurus moderamen yang baru dilantik.
Bupati Kabupaten
Karo Terkelin Brahmana pun bersedia untuk tetap di tempat sampai acara hampir selesai. Menyadari dirinya yang sangat menyatu dengan
PJJ di GBKP Rawamangun Jakarta, serta besarnya kontribusi GBKP dalam penanganan
pengungsi erupsi Gunung Sinabung membuat
Bupati Terkelin dan istri menempatkan dirinya tidak hanya sebagai bupati namun
dengan sangat humble atau rendah hati mengikuti acara demi acara sebagai warga
GBKP biasa.
Pesta ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal
United Evangelical Mission yang khusus datang dari Jerman yaitu Pdt Vidon Mwombeki, PhD dan juga utusan dari gereja gereja
sahabat dari Jerman, GMIM dan Gereja Toraja. Tidak ketinggalan pejabat pejabat orang Karo
seperti Irjen Pol Drs Sadar Sebayang SH,
MH yang baru dipromosikan menjadi Kepala
Sekolah Pimpinan Polisi Republik Indonesia, Hakim Agung RI Diaken DR Yakub
Ginting SH, Kepala Personalia Kepolisian Daerah Sumatra Utara Kolonel Tabana
Bangun dan Pejabat Tinggi Kementerian Perhubungan RI Pertua Nelson Barus yang
sempat dipuji puji Gubernur Gatot Pujo
NUgroho dalam pidato sambutannya.

Banyak juga mantan pejabat tinggi dan menengah Orang Karo yang menghadiri acara ini. Kehadiran mereka tentu selain sebagai warga
jemaat GBKP juga sebagai bukti
kontribusi tiada henti terhadap
perkembangan GBKP ke depan. Ada Letjen (Purn) Amir Sembiring, Mayjen (Purn) Radja Kami Sembiring, Prof DR Ir Sukaria
Sinuligga, DR Budi Derita Sinuligga MMin,
Pt (Em) NJ Sembiring salah seorang entrepreneur Orang Karo yang sangat
sukses, pengusaha Bus Nasional yang sangat berhasil Terkelin Surbakti. Juga terlihat mantan bupati DD Sinulingga dan
istri.
Sedangkan rohaniawan yang terlihat hadir adalah
mantan ketua umum PGI Pdt DR Andreas Yewangoe, Pdt Petrus Sugito dari Salatiga yang
menjadi pendamping dan penerjemah Sekjen UEM dan hampir semua pendeta senior
GBKP serta lebih 200 orang pendeta GBKP yang berpakaian lengkap toga dan
stola. Lebih 1200 orang Moria se GBKP
melakukan konfigurasi gerak dan lagu yang sangat apik, serta pujian lagu dari
Serafica Jakarta yang banyak mendapat pujian.
Anak sekolah
minggu dan anak remaja GBKP pun ikut memeriahkan acara dengan tarian massal
yang sangat menarik, namun sedikit terhalang karena sempitnya lapangan yang terdesak
oleh lautan jemaat yang hadir. Pada
acara hiburan pun hampir semua seniman Karo ikut menyumbangkan lagu lagu;
Ramona Purba, Melita Br Sembiring, Nova Beru Pandia dll.
Pelantikan
pengurus moderamen yang baru dilakukan saat kebaktian oleh pendeta senior
Selamat Barus diatas panggung yang megah.
Inilah pelantikan pengurus moderamen yang paling unik karena dilakukan
saat jubileum 125 tahun dan disaksikan 20.000 orang lebih jemaat. Setelah selesai liturgi pelantikan satu
persatu pengurus moderamen ini disalami dengan sangat hangat dan akrab oleh
pejabat tinggi negara sekaligus anak beru Kalak Karo sienterem Menteri Hukum
dan HAM Yassona Laoly, PhD.

Acara pesta
perayaan Sidang Sinode ke 35 dan Jubileum 125 tahun “gereja” GBKP berlangsung
dengan sukses, dikomandoi oleh Ketua Umum Panitia Ir Setia Dharma Sebayang MM,
Sekretaris Umum Pt Mulia Perangin-angin
dan Bendahara Umum Daniel Tarigan, SE.
Susunan panitia merupakan perpaduan antara jemaat GBKP dengan pelayan
khusus (pendeta, pertua dan diaken), antara yang masih aktif bekerja dengan
yang sudah pensiun dan antara yang berdomisili di Sumatra dan di Pulau Jawa. Susunan panitia juga menunjukkan bahwa tidak
ada jarak (jarak usia, jarak geografis, jarak pelayanan) untuk bekerja
mensukseskan sidang sinode GBKP dan Jubileum 125 tahun Injil di Taneh Karo. Bahkan sekretaris umum panitia terpilih
menjadi Bendahara Umum Moderamen GBKP periode 2015 – 2020. Sebuah optimisme baru akan membaiknya tata
kelola keuangan GBKP lima tahun kedepan.
Tak ada gading
yang tak retak, tidak ada kesempurnaan tanpa kekurangan. Demikian juga dalam pesta Jubileum 125 tahun sehna Berita Simeriah
ku Taneh Karo yang dilangsungkan pada tanggal 18 April 2015 di Lapangan Bola
Samura Kabanjahe, bersamaan dengan keberhasilan
acara ada juga beberapa catatan yang
dapat dijadikan refleksi untuk melakukan perbaikan kedepan. Menurut catatan
kami ada 3 hal yang dapat dijadikan pembelajaran.
Yang pertama adalah
liturgi dan rangkaian acara. Seksi acara dikomandoi oleh 3 orang pendeta terbaik GBKP yang mempunyai
multi talenta; Pdt Irama Br Karo, Pdt Suenita Br Sinulingga dan Pdt Krismas I
Barus yang telah terpilih menjadi Ketua Bidang Koinonia Moderamen GBKP. Mereka dibantu oleh puluhan anggota panitia seksi acara yang lainnya.
Acara demi
acara dalam kebaktian semuanya kolosal dan
enak untuk dinikmati. Namun kesannya
antara satu acara dengan acara yang lain
seolah terpisah dan berdiri sendiri, tidak menampilkan satu rangkaian yang
berpadu untuk menyampaikan satu pesan.
Rangkaian acara terkesan berbeda
dengan thema besar Jubileum ini, bahkan seolah olah tidak ada themanya. Padahal thema dengan sangat kontekstual sudah
ditetapkan oleh Moderamen GBKP yaitu : “Aminna deleng mundu undu, tapi keleng ateKU
la sirang ras kam”, diambil dari Jesaya 54 : 10. Sedangkan sub thema adalah : Keleng
ate Tuhan si tetap si pengasup kita encidahken kiniulin ibas kita ngataken
kerina kecibal geluh” Nah rangkaian acara ataupun liturgi tidak
menampakkan pesan thema untuk direnungkan lebih dalam.

Catatan yang
kedua adalah tentang hospitality dalam menerima dan melayani
tamu, baik tamu tamu undanganVIP maupun semua jemaat yang datang. Seluruh keramahan Suku Karo seolah hilang dan
tidak terlihat pada saat acara berlangsung.
Pada bagian VIP beberapa tamu tamu penting GBKP mendapat perlakuan yang
kurang baik, karena ketidak siapan panitia yang menyambut dan mengatur tempat
duduk. Bahkan ada beberapa tamu dari
gereja sahabat yang diam diam pergi meninggalkan tempat acara karena mereka
tidak ditempatkan pada tempat duduk yang nyama dan terhormat.
Pada bagian
lapangan tempat duduk jemaat, dalam suasana terdesak akibat membludaknya orang yang
datang beberapa orangtua merasa tidak
enak karena dipaksa pindah pada saat menikmati makan siangnya. Demikian juga pada panggung utama, terlihat ekpressi
Pdt Yewangoe menampilkan perasaan kurang nyaman karena banyak sekali orang naik
hanya untuk mengambil foto. Suasana sakral
kebaktian hilang karena antusiasme tamu dan panitia khususnya pada saat liturgi
pelantikan moderamen yang baru.

Catatan yang
ketiga adalah perlakuan terhadap tempat yang basah diguyur hujan. Hujan lebat sebelum acara pada hari H dan
pada saat acara memang tak dapat dihindarkan.
Pada hari Sabtu saat liturgi berlangsung sebagian besar lapangan acara basah dan becek,
sehingga tanpa dikomando jemaat menyerbu tempat tempat yang kering di depan
panggung utama dan di depan tempat duduk tamu tamu VIP. Akibat desakan jemaat yang berjubel ini maka lapangan yang diperuntukkan untuk
tempat tarian massal anak KA KR dan moria menjadi sempit, tentu saja acara
tarian tesebut tidak dapat maksimal dipertunjukkan
Sedangkan pada
tenda tenda yang diperuntukkan untuk tempat duduk sebagian besar jemaat tidak
bisa diduduki secara maksimal karena walaupun sudah dibentangkan tikar tikar plastik
air merembes dari tanah yang basah
akibat air hujan
Ketua umum panitia dan istri berfoto dengan panitia dan sebagian anggota moderamen yang baru
Hujan lebat
sudah terjadi satu hari sebelumnya yaitu
pada hari Jumat, sampai dinihari dan pagi hari Sabtu pada hari perayaan. Untuk mencari solusi terhadap situasi ini
maka ketua umum panitia bersama beberapa orang panitia yang lain berinisiatif
untuk menemui Sekretaris Daerah Kaenbupaten Karo yang sekaligus menjabat sebagai Wakil
Ketua IV yang bertanggung jawab untuk mengurusi tempat. Karena ada ide untuk memasang conblok atau
kayu kayu broti pada tanah lapangan yang basah.
Namun pertemuan pada hari Jumat Siang itu tidak berlangsung, karena Ibu
Sekda tidak berkenan menemui panitia
yang sudah menunggu lebih dari 30 menit.
Dengan penuh rasa kecewa panitia berangkat menuju Lapangan Samura. Tiba tiba Bupati Terkelin Berahmana mendatangi
panitia di lapangan Samura dan memantau keadaan. Segera memerintahkan anak buahnya untuk
menyedot air yang sudah menggenangi sebagian besar lapangan. Upaya ini cukup membantu dan nampaknya akan
berhasil kalau hujan tidak lagi mengguyur. Akan tetapi pada dini hari sampai
pagi hari kembali datang hujan membasahi lapangan.
Tindakan Bupati
Terkelin Berahmana yang dengan rendah hati mendatangi panitia ke lapangan dapat
mengobati kekecewaan hati ketua umum panitia dan juga hati anggota panitia yang lain,
sekaligus menyelamatkan muka anak buahnya Sekretaris Daerah. Terlihat kepemimpinan Terkelin Berahmana
dalam memecahkan masalah dan mengayomi anakbuahnya.
Informasi lain tentang Pesta Jubileum ini dapat dibaca di link ini. Bujur ras mejuah juah kita kerina.
Komentar