Pada
hari ini Sabtu tanggal 11 April
2015 akan dimulai Sidang
Sinode GBKP yang ke 35. Sidang Sinode ini dilaksanakan di Retreat
Centre GBKP di Suka Makmur sampai tanggal 17 April, lalu dilanjutkan besoknya
tanggal 18 April dengan perayaan
Jubileum 125 tahun seh na berita
simeriah man Kalak Karo. Khusus
perayaan Jubileum akan dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Samura Kabanjahe,
sekaligus pelantikan pengurus Moderamen yang baru periode 2015- 2020. Daiharapkan
sebanyak 20.000 orang jemaat dan seluruh tamu Undangan mengikuti perayaan ini.
Sidang
Sinode yang ke 35 ini memiliki beberapa keistimewaan jika dibandinkan dengan
Sidang-sidang Sinode sebelumnya. Mari kita simak beberapa faktor yang menjadi
bukti keistimewaan Sidang Sinode yang ke 35 ini.
1.
Jumlah
Peserta. Menurut taksiran panitia, jumlah peserta
Sidang Sinode ke 35 ini akan dihadiri oleh lebih kurang 1000 peserta sidang yang
merupakan wakil dari seluruh runggun, 22 klasis, dan pengurus moderamen. Ditambah dengan konsultan yang merupakan
pengurus inti unit unit pelayanan GBKP, pengurus kategorial, tamu undangan dari
dalam dan luar negeri, dan panitia Sidang Sinode sehingga total keseluruhan
bisa mencapai 1200-1300 orang. Inilah
jumah peserta yang akan mengikuti
persidangan dan akan tinggal dan menginap di lokasi persidangan. Kalau ditambah dengan tamu tamu yang datang setiap harinya kemungkinan di
lokasi akan ada 1500 sampai 2000 orang
setiap harinya. Boleh jadi inilah
persidangan terbesar yang pernah dilakukan oleh Orang Karo selama sejarah Suku
Karo itu sendiri.
2.
Biaya
penyelenggaraan. Dalam proposal yang dibuat oleh Panitia,
jumlah biaya yang dibutuhkan sekitar 4,5 Milyar rupiah. Ini merupakan jumlah biaya tertinggi selama penyelenggaraan Sidang
Sinode. Panitia mendapatkan biaya yang
lumayan tinggi ini dengan berbagai upaya, termasuk dengan mengadakan dua kali Fund
Raising di Medan dan di Jakarta.
3. Persidangan di tengah suasana erupsi
Gunung Sinabung. Selama
sejarah GBKP dan 125 tahun Injil sampai kepada Orang Karo belum pernah ada
catatan sejarah tentang erupsi Gunung Sinabung.
Baru terjadi pada tahun 2010 (letusan yang pertama), dan tahun 2013 (letusan
yang kedua dan tidak berhenti sampai saat ini), maka persidangan Sinode GBKP ke
35 ini sangat diwarnai dengan dampak erupsi Gunung Sinabung. Tentu penentuan
arah pelayanan GBKP ke depan tidak bisa dipisahkan dengan situasi ini. Itulah sebabnya Moderamen GBKP pun menetapkan
thema Sidang Sinode dengan hati hati, dengan mencari ayat Firman Tuhan yang sesuai. Maka diambillah Jesaya 54 ayat 10, Bicara deleng-deleng miser gia, uruk-uruk pe mundu-undu, tapi
keleng ateKu tetap la miser i bas kam nari, janah padan dame si Kubahan lalap
paguh la mundu-undu." Bage nina TUHAN si ngkelengi kam tetap.

4. Menetapkan Tata Gereja GBKP 2015-2025. Salah satu materi Sidang Sinode yang
paling penting pada tahun 2015 ini adalah menetapkan Tata Gereja GBKP yang
baru. Ada beberapa perubahan yang sangat mendasar baik bentuk maupun isinya.
Sehingga sidang kali ini sangat penting dan krusial dalam menetapkan pilihan
dan keputusan terbaik untuk menyusun Tata Gereja GBKP baru.
Inilah
beberapa faktor yang membuat Sidang Sinode ke 35 ini sangat berbeda dan
istimewa dibandingkan dengan sidang sebelumnya.
Dan tentu semua jemaat GBKP dimana pun berada sangat mengharapkan agar
perjalanan persidangan dapat berlangsung dengan aman, tertib, cerdas dalam
mendalami dan menginterpretasikan semua hal, serta sabar dan bijaksana dalam menyikapi
perbedaan pendapat menuju pengambilan keputusan yang paling tepat. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam Sidang-sidang
Sinode sebelumnya perjalanan persidangan banyak diwarnai pembicaraan yang
emosional dan mau menang sendiri bahkan sampai mengeluarkan kata kata yang
kurang pantas. Namun pada Sidang
Sinode ke 34 pada tahun 2010 suasana
persidangan sudah semakin baik. Tentu
apa yang sudah baik pada tahun 2010 diharapkan terus berlanjut sampai kepada
tahun 2015 dan tahun tahun berikutnya.
Pelantikan
pengurus Moderamen kali ini tidak dilakukan di tempat persidangan di Suka
Makmur, namun akan dilakukan pada saat
perayaan Jubileum 125 tahun Sehna Berita Simeriah man Kalak Karo yang akan
diadakan di Lapangan Bola Samura, Kabanjahe pada hari Sabtu tanggal 18 April
2015, yang dimulai jam 09.00 WIB. Dengan
demikian pemilihan
Ketua Moderamen
yang baru dan seluruh pengurusnya harus sudah selesai pada tanggal 17 April
atau paling lambat pada tanggal 18 April 2015 dinihari. Siapa yang akan menjabat Ketua Moderamen GBKP
untuk periode berikutnya?
Menurut percakapan
percakapan yang sudah beredar secara luas
namun secara tidak resmi ada dua orang kader terbaik yang akan dipilih menjadi ketua
moderamen berikutnya
yaitu Pdt Agustinus
Purba, STh, MA yang saat ini menjabat sebagai
Ketua Bidang Diakonia dan Pdt Erick Barus DTh, yang saat ini merangkap jabatan
sebagai Ketua Bidang Koinonia dan
Pelaksana Tugas Ketua Umum Moderamen GBKP sejak Ketua Umum Pdt Matius Panji
Barus MTh memasuki pensiun pada bulan Januari 2015.
Pdt Agustinus
Purba sangat menonjol terlihat kepemimpinannya ketika secara penuh tanggung jawab
menangani para pengungsi erupsi Gunung Sinabung sejak tahun 2010. Gerak cepatnya dan kemampuannya menggalang
komunikasi dan kerjasama dengan berbagai kalangan sering mendapatkan pujian
dari berbagai pihak termasuk dari gereja
gereja partner di Jerman dan gereja gereja anggota PGI maupun Non PGI. Pdt Agustinus Purba mendapatkan gelar Master
Of Art nya (S2) dari Jerman dalam bidang Diakonia dan dia menuntaskan pendidikannya di Jerman di tengah tengah tugas dan tanggung jawabnya menangani puluhan ribu pengungsi. Bukti bahwa Pdt Agustinus Purba mempunyai kualitas kepemimpinan otentik, pemimpin yang sesungguhnya.
Sedangkan Pdt
Erick Barus pemegang gelar akademik tertinggi dalam pendidikan teologi, Doktor
Theologia (S3) tentu akan menjadi calon ketua moderamen yang cukup handal. Pengalamannya sebagagi salah seorang pengurus
PGI pada tahun 2005 sampai 2010 membuat pergaulannya dengan gereja gereja sesama
anggota PGI menjadi modal dasar yang sangat kuat. Ditambah dengan tanggung jawabnya sebagai
pelaksana tugas ketua umum moderamen selama 3 bulan tentu membuktikan kapabilitas kepemimpinannya. Beruntunglah GBKP
karena mempunyai dua orang kandidat ketua umum yang sangat handal
Sedangkan
untuk calon Sekretaris umum beredar nama nama Pdt Yunus Bangun MTh, Pdt
Rehpelita Ginting STh, MMin, Pdt Christoper Sinulingga MTh, Pdt Kalvin Jawak
DTh dan Pdt Mehamat Wijaya MTh. Demikian
pula untu calon bedahara umum beredar pula nama nama Dkn Akor Tarigan, Pt Mulia
Perangin-angin yang sekarang menjadi Sekretaris Umum Panitia Sidang Sinode
sekarang.
Belakangan
muncul juga satu nama yang lain untuk calon ketua umum yaitu Pdt Jadiaman
Perangin-angin DTh yang pernah menjabat Ketua Umum Moderamen GBKP dua periode
tahun 2000 sd 2010. Saya setengah percaya dan tidak percaya akan berita pencalonan
Pendeta Perangin-angin ini, namun karena mendengarnya dari sumber yang sangat
terpercaya akhirnya saya hanya mengangguk angguk. Sebab menurut saya Pdt
Jadiaman Perangin angin jauh lebih bagus
jika didorong untuk menjadi salah satu calon bupati Kabupaten Karo pada Pilkada
nanti di tahun 2016. Karena pada Pilkada
tahun 2010 yang lalu beliau sudah memulainya sebagai calon bupati Kabupaten
Karo. Paradigma politik pendeta Perangin angin tentu sudah sangat terlatih dan sangat kuat.
Diatas
semua opini yang beredar saat ini tentu Tuhan sendiri lah yang akan mengurus
dan memilih siapa yang akan memimpin gerejanya GBKP sampai tahun 2020 yang akan
datang. Tuhan Yesus selalu ada dan hadir
serta berperan dalam seluruh tahapan sejarah GBKP, maka Dia juga lah yang akan
memilih dan menginjinkan bahkan menetapkan pengurus Moderamen GBKP periode 2015
sampai 2020. Maka sepatutnyalah semua peserta Sidang Sinode serta seluruh stake holder untuk Sidang SinodeGBKP ke
35 ini memberi kan dirinya untuk diisi serta dipimpin oleh Tuhan dalam
mengikuti pilihan Tuhan sebagai kepala gereja.
Kita mengajak
semua jemaat GBKP dimanapun berada untuk berdoa selama masa persidangan demi
kemuliaan nama Tuhan melalui GBKP. Hanya
Allah di dalam Yesus Kristus yang sanggup
menerangi pikiran manusia, sebab Dia lah Terang Yang Abadi.
Komentar