Gunung Sinabung belum berhenti meletus. Setiap
hari ada kepulan asap yang keluar dari dua kawahnya yang paling besar.
Melontarkan ribuan ton material berupa debu dan batu batu ringan. Suara gemuruhnya pun tak henti, meski tak
kedengaran sampai jauh. Sekali sekali
dia menggelegar menunjukkan keperkasaannya.
Gunung Sinabung sedang bertumbuh, jika selama ini dia diam manis sambil
memberikan tanah subur, udara segar dan pemandangan yang sangat indah, maka
saat ini dia bereaksi menurut kenyataan sebenarnya.
Hakekat Gunung Sinabung adalah ciptaan Tuhan. Tuhan lah satu satunya Sang Pencipta Gunung Sinabung
dan seluruh gunung di alam semesta ini. Tuhan
menciptakan gunung untuk menunjukkan kehendakNya. Salah satu kehendak Tuhan tentang gunung
adalah Yesaya pasal 2 ayat 2 dan 3 :
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung
tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub,
supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan
menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari
Yerusalem."
Tuhan membuat Gunung Sinabung untuk memusatkan perhatian seluruh
Bangsa. Di saat korupsi dan kelaliman merajalela
di seluruh pelosok Nusantara, perhatian semua Bangsa ke Gunung Sinabung.
Termasuk Badan PBB malalui UN OCHA (United Nation Office Coordinator Humanitarian
Affair) pun ikut memusatkan perhatian melalui pertemuan pertemuan yang
dilakukan. Lintas agama, lintas bahasa, lintas budaya dan disiplin ilmu
dikumpulkannya semua orang termasuk tokoh tokoh Karo dikantornya yang mentereng
di Jalan Thamrin Jakarta. Tujuannya
hanya satu, perhatikan Gunung Sinabung, perhatikan disana ada Tuhan.
Maka berembuklah semuanya memikirkan apa yang
dibutuhkan oleh 16.000 lebih pengungsi yang ada di posko posko penanggulangan
bencana. Tidak boleh ada satu orang pun yang kekurangan makanan, tidak boleh
ada satu orang pun pengungsi yang tidak mendapat tempat. Lalu berduyun duyunlah bantuan datang.
Namun, Pak Surono sesepuh Gunung Api Indonesia menegaskan. Tidak boleh hanya satu fokus, tapi harus dua
fokus. Fokus pertama adalah penuhi
kebutuhan kebutuhan darurat selama masa pengungsian. Fokus kedua adalah siapkan perubahan
masyarakat. Masyarakat dari desa desa
yang paling dekat ke Gunung Sinabung
harus mampu menerima kenyataan bahwa Gunung Sinabung tak mungkin lagi seperti
sedia kala.
Gunung Sinabung akan terus
begitu mengikuti tahapan perkembangannya.
Jadi masyarakat pun harus berubah, menerima kenyataan ini. Harus hidup dengan keadaan baru Gunung Sinabung. Jangan lagi tanya, “kapan berhenti” namun
terimalah kenyataan dan jadikan Gunung Sinabung sebagai teman, bahkan teman
paling dekat.
Gunung
Sinabung menjadi pelengkap janji Tuhan dalam Jesaya pasal 2, bahwa Gunung akan
dipakai sebagai tempat mendirikan Rumah Tuhan.
Supaya semua bangsa melihat kebesaran Tuhan dan selanjutnya hidup dalam
terang Tuhan. Maha Besar lah Engkau Ya Tuhan, namaMU abadi selama lamanya.
Amin.
Komentar