Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

Dosakah Ritual Penyembahan Di Gunung Sinabung



Mengapa penduduk  tak henti melakukan ritual di Gunung Sinabung ? Sebagaimana ramai diberitakan baik melalui Media Utama, maupun Media Sosial bahwa selalu saja ada kelompok penduduk yang terkena bencana di sekitar Gunung Sinabung  melakukan ritual. Mereka melakukan ritual dengan melakukan penyembahan kepada Roh Yang dianggap berkuasa untuk menghentikan letusan Gunung Sinabung, ataupun meminta pertolongan agar tidak mendapat bencana yang lebih besar.  Tidak hanya pada tahun 2013 ini penduduk di Mardinding dan Gurukinayan yang melakukan ritual, namun pada letusan pertama pada tahun 2010 pun ritual semacam ini sudah dilakukan.


 Ritual di Gunung Sinabung

Menyikapi adanya ritual ini sebagian warga gereja (perantauan)  langsung bereaksi negatif dan selanjutnya menuduh pihak gereja kurang mampu mengajarkan prinsip prinsip kekristenan kepada warganya.  Bahkan ada yang langsung menganggap perbuatan melakukan ritual itu adalah dosa besar,  dan khasiatnya pun tidak ada.  Karena buktinya letusan Gunung Sinabung ternyata makin besar, dan mengakibatkan jumlah pengungsi pun makin banyak.  



Data terakhir pada hari ini tanggal 26 Nopember 2013, jumlah pengungsi sudah mencapai angka 17.000 yang tersebar pada lebih 28 posko yang didirikan.  Tulisan saya kali ini tidak ingin menyatakan ritual itu salah atau benar, namun sedikit berusaha untuk menunjukkan mengapa ritual itu ada.

Ritual Di Gunung Sinabung

Dari penelusuran melalui google ke beberapa tempat/gunung bisa disimpulkan bahwa ritual seperti di Gunung Sinabung ternyata dilakukan juga di tempat tempat lain.  Di Gunung TangkubanPerahu pun penduduk setempat melakukan ritual dengan mengumpulkan dan memberikan semacam sesajen.  Demikian juga di Gunung Merapi ritual ritual penyembahan pun tidak berhenti dilakukan. Bahkan salah satu tokoh penjaga ritual di Gunung Merapi adalah Mbah Maridjan, yang akhirnya menghembuskan nafasnya saat musibah awan panas melanda Gunung Merapi beberapa tahun yang lalu.


Gunung memang selalu dipakai untuk upacara upacara kosmik.  Upacara yang menghubungkan kejadian sehari hari dengan hal hal yang bersifat kosmik atau  sakral.  Pegunungan adalah simbol kosmologis pertemuan ilahi-manusia, serta titik penciptaan-penciptaan masyarakat serta kosmos. Penyembahan penyembahan dan pengorbanan pengorbanan selalu dilakukan di gunung, sebagai bukti bahwa gunung memang mempunyai makna yang sangat dalam. Ketika manusia memberikan kurban kepada dewa biasanya dilakukan di gunung, bukan dilembah atau sungai.


Tergantung pada era, budaya, dan teks, penekanan kosmologis di gunung di[ercaya sebagai : tempat berkumpulnya  para dewa, titik penghubung antara langit dan bumi, serta pusat / pusar bumi (dan dengan demikian locus penciptaan), dan lokus wahyu (diberikannya wahyu oleh para dewa kepada manusia)
Jadi dapat dipahami bahwa budaya penyembahan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar gunung adalah sebuah budaya atau kesadaran yang sudah berumur sangat panjang sekali.  Mengapa ada masyarakat memilih bertempat tinggal di sekitar gunung pun kemungkinan besar bukanlah sebuah pemilihan yang tidak beralasan.  Boleh jadi  keputusan untuk memilih tempat tinggal di sekitar gunung adalah sebuah pemilihan yang dilandasi dengan keyakinan keyakinan tertentu.

Ritual di Gunung Tangkuban Perahu

Maka kalau terjadi ritual penyembahan di Gunung Sinabung pada peristiwa letusan tahun 2010 dan 2013 tidak lah tepat jika  langsung mempersalahkannya, sebab kesadaran ini ternyata lebih dalam dan lebih lama tertanam dalam benak dan emosi  masyarakatnya.  Dengan kata lain penghayatan spiritualitas masyarakat Gunung terbentuk lebih dalam  dengan simbolisasi gunung itu sendiri.  Artinya gunung itulah kepercayaan mereka. Jika gunung itu bergetar atau meletus seperti saat ini, maka kepada gunung itulah mereka berseru dan menyembah.  Dalam hal ini menyembah gunung bukanlah menyembah batu, namun ada penguasa (roh) yang kehadirannya mereka anggap/lihat melalui Gunung Sinabung.


Siapa kah Roh atau penguasa Gunung itu? Antara lain disebut "Nini Lau Pirik".  Atau juga roh roh nenek moyang yang menjadi penjaga gunung atau para dewa atau dibata dibata. 

Mengapa Kesadaran Menyembah  Gunung Dapat Bertahan? 

Saya kira jawabannya ada dua faktor yang bisa saling terkait. Alasan yang pertama karena kesadaran yang sangat kuat dan berakar bahwa gunung adalah simbol kehadiran penguasa alam.  Penguasa gunung  adalah penguasa yang diyakini sangat baik, karena kesuburan tanah disekitar gunung dipercaya sebagai pemberian Si nini atau dewa ini.    Dalam Ilmu Tanah memang dipelajari bahwa tanah tanah di sekitar gunung adalah tanah yang paling subur, karena pembentukan tanah di gunung sangat dipengaruhi oleh debu atau lava gunung yang memang mengandung mineral mineral  penyubur tanah yang sangat tinggi. 

Ritual di Gunung Merapi

Alasan yang kedua adalah karena lemahnya pengajaran tentang Tuhan sebagai sang pencipta alam semesta.  Pengajaran tentang Tuhan seharusnya mampu untuk menggantikan sosok yang dipercaya atau disembah sebagai nini, bukan dengan cara  langsung mengatakan bahwa menyembah “nini” itu dosa dan salah besar.  Sebab selama ini “nini” itulah yang dipercaya sebagai sang pemberi kesuburan dan sang pelindung, jika tiba tiba dikatakan salah dan dosa, pastilah batin mereka membelanya mati matian. 

Dan terbukti, pada saat letusan ini, bukan kepada Tuhan mereka mengadu tetapi kepada yang dipercaya sebagai nini itu.  Sebab nini lebih jelas, daripada Tuhan dan lebih tertanam dalam kesadaran mereka. 


Bagaimana Kedepan


Menurut Ahli dan Pengamat Gunung Api yang paling berpengaruh di Indonesia Pak Surono, bahwa masyarakat Gunung Sinabung pasti akan mengalami perubahan budaya, sebab situasi Gunung Sinabung tidak akan pernah lagi seperti semula.  Gunung Sinabung menurut Pak Surono sedang dalam proses bertumbuh menuju bentuk barunya.  Perubahan budaya tentu saja dimulai dengan pergeseran keyakinan dan kepercayaan.  Maka saat inilah pihak gereja perlu menjelaskan secara ilmiah tentang Gunung Api, serta mengajarkan konsep mengenai Tuhan dengan lebih baik.

Penjelasan penjelasan gamblang mengenai Gunung Api (Gunung Sinabung) dapat memberikan evaluasi diri kepada penduduk sehingga kesadaran mereka akan adanya penunggu gunung api ternyata keliru.  Dan jika pada saat yang sama diberikan pengajaran tentang Tuhan, maka keyakinan mereka bisa beralih dari tadinya percaya kepada “nini” menjadi percaya kepada Tuhan. 


Melakukan pengajaran tentang Tuhan dengan salah satu cata yaitu interpretasi Injil Matius bisa jadi metode terbaik karena di Injil Matius lah gunung paling banyak dijadikan sebagai simbol iman dan simbol keberadaan dan kehadiran (pertemuan)  Tuhan dalam kehidupan manusia. 

Seorang Teolog yang bernama TL Donaldson dalam bukunya Jesus on the Mountain : A Study in Matius Teologi ( 1985) menganalisis enam narasi dalam Matius di mana Yesus naik gunung atau menjadikan gunung untuk memperjelas pengajarannya.  Dia mencatat bahwa " gunung " juga muncul dalam lima kali materi ucapan Yesus yaitu :

1.       Matius 5 : 14 -->  Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi

2.       Matius 17 : 20 -->  Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu

3.       Matius 18 : 12 --> "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu”

4.       Matius 21 : 21 -->  Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.
4.
5.       Matius 24 : 16 --> maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan


Dalam pengajaran yang lebih pas momentumnya serta dilakukan secara kontekstual, Gunung dapat dipakai untuk menanamkan pengertian yang sesungguhnya, siapa sebenarnya penguasa gunung yang sebenarnya.  Apakah “Nini Lau Pirik” atau Tuhan Yesus Kristus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023